START!!
.
.
.
.
.
.
.
.
___________________________________________________
Saat Teo dan anak serta menantu nya asik sarapan dengan sedikit obrolan kecil di meja makan, tiba tiba saja mereka kedatangan tamu. Jevan menawarkan diri untuk membuka pintu, saat pintu terbuka ia mengernyit menatap seorang pria di hadapannya.
"Oh hai." Sapa pria tersebut.
"Siapa ya?"
"Say-"
"KAK GAMA!!"
Bhuk!!
Jevan terbelalak melihat sang istri yang tiba tiba memeluk pria asing di hadapan nya. Ah tida tidak, bukan asing. Ia pernah melihatnya tapi lupa, dimana?
Lebih kaget lagi saat dengan lancang nya pria yang ternyata adalah Gama itu mencium kening sang istri.
"Eh eh, apa apaan nih." Ucap Jevan yang menarik Jenan yang membuat pelukan sang istri terlepas.
"Kenapa?"
"Pakek nanya lagi, ni orang siapa. Lancang banget make nyium nyium segala, ga tau istri orang apa." Ucap Jevan dengan kesal.
"Lah, Jevan lupa? Kan gue udah kasi tau tadi siapa kak Gama. Gue kerjain aja kali ya." Batin Jenan yang mempunyai niat jahat terhadap sangs suami.
"Oh belum kenalan ya, kenalin gue Gama. Sep-"
".. Sepupunya Ajun sama Shua." Gama menatap penuh tanya pada Jenan yang mengedipkan sebelah matany. Gama mengangguk paham, seperti nya adik kecil nya inis sedang bermain main kecil dengan sang suami. Oke, ’aa Gama akan membantu.
"Ah iya itu, gue sepupu nya Junior." Beruntung Jenan menyebutkan nama orang yang Gama kenal. Jika tidak, ia sudah pastikan jika ia akan lupa menyebutkan nama itu kembali.
"Bukan siapa siapa kok main nyium istri orang sembarangan, mana depan suaminya lagi." Celetuk Jevan yang membuat Jenan mengatup bibirnya rapat rapat menahan tawa.
"Gue kesini mau ngucapin selamat buat pernikahan kalian, sekalian gue ngasih hadiah. Nih." Jenan segera merebut hadiah yang di taruh dalam sebuah paper bag berukuran kecil.
"Yaudah di ucapin kan, sekarang mau apa lagi?"
"Bisa kali gue nginep?" Pertanyaan itu membuat Jevan merasa ingin menyumpal mulut laki laki di hadapan nya ini dengan kaus kaki nya yang tidak dicuci selama berminggu-minggu.
"Siapa sih Na, No. Tamu nya kok ga di ajak masuk?" Baru saja Jevan ingin membuka mulutnya ingin menyaut permintaan Gama, sang Bubu tiba tiba datang dan mengacaukan.
"Halo Tante." Sapa Gama dengan tanpa dosanya.
"Iya halo." Balas Teo dengan senyum terbaiknya. Tuan rumah yang sangat ramah, bukan?
"Ayo bawa masuk tamu nya." Saat Jevan yang sibuk menatap tajam kearah Gama, Jenan mengambil kesempatan untuk membisikkan sesuatu ditelinga Teo.
Teo membulat kan mulut nya kemudian terkikuk pelan, ia merasa ide menantu nya ini sangat cemerlang. Teo yang masih sedikit kesal dengan sang putra pun menyetujui ajakan Jenan untuk mengerjai Jevan.
"Ayo kak masuk." Jevan terperanjat ketika Jenan menarik pergelangan tangan Gama dan melewati nya begitu aja.
Disofa juga Jevan menatap nyalang ke arah Jenan yang justru bermanja pada Gama dihadapan nya.
Sudah, ia sudah tidak tahan. Ia bukannya cemburu, melainkan merasa tidak di hargai karena biar bagaimanapun dia adalah suami Jenan, bagaimana bisa Jenan bertingkah manja pada pria lain di hadapan Suaminya sendiri.
TAGG!!
Jenan terperanjat kala melihat Jevan yang beranjak sembari menampar meja dengan kertas di tangan nya.
"Gue mau nyari angin di luar, Lo berdua lanjut aja. Kalau perlu lanjut di kamar sana!"
GARRR!!
Lagi lagi Jenan terperanjat kembali ketika pintu yang ditutup teramat keras oleh Jevan, sedetik setelah itu ia pun terbahak diikui oleh Teo yang berada di dapur.
"Udah udah, kualat Lo ntar ngetawain suami. " Tegur Gama.
"Eh tapi ngomong ngomong, anak ganteng ini siapa? Bubu belum di kenalin loh." Ucap Teo menyadarkan Jenan dari ketawanya yang sudah bengek.
"Oh iya Bu, Nana sampe lupa. Ini Kak Gama sepupu dekat Nana dari Buna. Sekaligus bodyguard Nana juga mulai sekarang." Ujar Jenan memperkenalkan.
"Halo Tan, saya Mazgama Arkahsa. Anak tunggal Demian." Sapa Gama sembari mengulurkan tangannya.
"Iya iya, aduh ganteng banget berondong." Celetuk Teo yang terpesona dengan ketampanan Gama. "Eh itu gimana, Na. Kamu sama Jevan kan mau pindahan siang ini, ini udah jam berapa? Jevan nya kemana pula tuh." Sambung Teo.
"Eh iya ya, dia kan belum berkemas." Ucap Jenan yang baru menyadari akan hal itu. "Gimana dong?"
"Eee bentar dulu, selain mau nginep. Kaka kesini selain mau ngasi hadiah, Kaka juga mau hadiah dari Nana." Ucap Gama yang membuat Jenan mengernyit.
"Apa?"
"Itu yang Nana sebut tadi loh, kayak nya hubungan Nana akrab ya sama dia?" Tanya Gama dengan malu malu yang membuat Jenan mengulum senyumnya.
"Junior?" Gama mengangguk mantap, ia menyerahkan ponsel nya pada Jenan yang sudah bisa di tebak apa maunya.
Our Destiny
Junior tengah berjalan jalan di dekat taman, ia baru selesai berbelanja di mall terdekat. Hanya berniat menenangkan pikiran nya sekaligus mencari angin. Tiba tiba saja suara notifikasi ponsel nya berbunyi mengusik lamunan nya yang menikmati angin sepoi sepoi menabrak wajah manis nya.
Ia melihat kontak nama yang tidak terdaftar, "Siapa si?" Gumam Junior.
Tak di kenal
10.20
Hai adek😍
Anda
10.21
Siapa ya?
Tak di kenal
10.21
Aku Gama, masih inget ga?
Junior terlihat berfikir sejenak, dan terus menanyakan 'siapa?
Anda
10.22
Gama yang mana ya? Saya ga ada kenalan dengan nama Gama.
Tak di kenal
10.22
Buset sa bisa nya babang Gama yang tampan ini di lupain😔
Junior meringis melihat pesan yang dikirim orang yang mengaku namanya Gama tersebut, menjijikan!
Anda
10.23
Saya bener bener ga kenal sama kamu, berhenti mengirimi saya pesan kalo memang ga ada kepentingan. Saya sibuk.
Tak di kenal
10.22
Ituloh dek, kita kan ada kenalan kemaren di acara nikahan nya Nana sama suaminya.
Anda
10.22
Ooo yang kemaren nyungsep karena keasikan ngejar gue?
Junior sudah ingat sekarang dan tiba tiba saja ia mengulum senyum nya.
Gama
10.23
Aelah, pake diingat bagian yang itunya
Junior semakin mengulum senyumnya kala membayang kecerobohan pria yang baru di kenali nya waktu itu.
Anda
10.23
Ydh.
Gama
10.24
Udah di sv belum dek, nomer babang Gama nya?
Anda
10.24
Hm
Gama
10.24
YES!!!😍
Junior hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat pesan terakhir yang dikirim Gama, setelah itu ia memasukkan ponselnya ke saku Kembali. Saat asik berjalan, ia melihat siluet orang yang di kenali nya tengah duduk di bangku taman.
"Itu kok kayak Jevan laki nya Nana?" Gumam Junior, ia pun mengambil ponselnya untuk menghubungi Jenan. Ia manager Jenan, ia tau jika Jenan hari ini akan pindahan kerumah barunya jadi ia segera menghubungi Jenan untuk menanyakannya.
"Halo Na?"
"Iya halo, kenapa Jun?"
"Lo udah pindahan emang?"
"Belum lah, katanya kan lo mau bantu bantu."
"Trus sekarang gimana? Gue mau otw kerumah Lo, tapi gue liat laki Lo ngejogrok Bae di kursi taman sendiran mana kaosan lagi. Gue kira Lo udah selesai pindahan atau jadwalnya di ubah jadi nanti sore."
"Lo liat Jevan? Dimana?"
"Di taman dekat Mall, ga jauh dari rumah mertua Lo."
"Gue kesana sekarang, pastiin tu orang ga kemana mana."
"Iya cepetan."
Panggilan pun di tutup sepihak, Junior menunggu Jenan datang sembari terus memantau Jevan takut takut dia pindah tempat
"Mana?" Jenan tampak terengah engah, karena memang ia cuma berlari dari rumah. Jarak dari rumah juga cukup dekat jadi tidak perlu memaki kendaraan.
"Noh yang make baju kaos putih kan? Lo samperin dah."
Jenan mengangguk kemudian berjalan mengambil langkah besar ke arah Jevan yang sekarang tengah memainkan ponsel nya dengan damai seolah beban di hidup nya telah terbang entah kemana. Hingga seruan Jenan membuat seluruh beban yang berterbangan itu kembali hinggap ke tubuhnya, ia menatap malas ke arah Jenan.
"Apa? Kirain lagi asik kelonan sama SEPUPU nya Junior itu, atau bahkan bentar lagi ngegantiin gue." Ucap Jevan dengan menekan kata sepupu dan memelankan suara nya di kalimat terakhir.
Jenan merotasi kan kedua bola matanya "Lo cemburu?"
"Dih pede bgt Lo gue cemburuin Lo."
"Trus apa nama nya tadi, Lo kabur gitu aja dari rumah pake alibi nyari angin dan sekarang kata kata Lo tadi tuh juga kayak orang cemburu tau ga."
Jevan beranjak dari duduk nya kemudian berdiri di hadapan Jenan "Ga ada sedikit pun rasa cemburu gue ke Lo, biar bagaimanapun dengan atau tanpa ada nya cinta gue itu suami Lo. Dan gue ngerasa ga di hargain sama sekali dengan sikap Lo tadi." Jevan menatap tajam manik Jenan.
"Cih, bicara Lo bijak banget yah. Waw banget tau ga."
"Lo di malam pernikahan kita bukannya ada di samping gue buat nyambut tamu tamu yang masih berdatangan, ini Lo malah asik cipokan sama PACAR Lo itu di kolam belakang. Lo pikir gue ga tau, hah?!"
Jevan mengerjap, sebelumnya ia cuma berniat menghampiri Caroline untuk meminta maaf. Namun entah kenapa Caroline malah mencium nya yang sebelumnya ga pernah sama sekali, ia juga bingung ingin melepaskannya namun Caroline tengah terisak di tengah berciuman. Ia tau jika perasaan wanita itu sakit melihat kekasihnya bersanding dengan orang lain selain dirinya.
"Gue minta maaf untuk itu, tapi gue jujur gue ga suka sama liat Lo kayak gitu tadi. Apalagi tadi juga ada Bubu, bubu orang nya ga ketebak. Dia mungkin aja tadi fine fine aja liat Lo gitu ke cowok lain di hadapan gue, ga tau aja di belakang Lo dia ngomong apa."
"Lo ngejelekin nyokap Lo?"
"Ga gitu, gue takut nya Bubu malah nganggep Lo yang ga ga setelah ini."
"Ya bagus kan, biar kita ga perlu effort lebih buat cerai."
Jevan terdiam sejenak, 'cerai' ya?
"Terserah deh, gue mau balik. Kita pindahan kan siang ini?" Tanya Jevan mengalihkan pembicaraan.
"Nah itu, gue nyamperin Lo tadi karena mau nyuruh Lo cepet beberes."
"Lo belum beresin baju baju gue?"
"Belum lah."
Jevan mendesah pasrah, "Lo gimana si jadi istri, kok ga ada inisiatif nya buat beresin keperluan suaminya."
"Dih, jijik gue. Udah ah ayo balik gue mau cepet cepet pindahan mau milih kamar baru." Ucap Jenan setelah itu keduanya tertawa dengan candaan kecil sembari menyusuri jalan pulang.
"Yeeee gue di lupain." Cibir Junior kemudian menyusul kedua pengantin baru tersebut yang asik bercanda di depan.
Kini ketiganya sudah tiba di rumah keluarga Baskara. Jevan yang tadinya senyum sumringah berubah jadi malas ketika mendapati Gama yang masih berada disana.
"Ni kutu ngapa masih ada disini sih." Gumam Jevan sangat pelan yang hanya di dengar oleh Jenan yang berada di sebelah nya.
"Apa? Lo kutuan?" Tanya Jenan dengan Cengo nya.
Bukannya menjawab, Jevan hanya mendelik kemudian berjalan masuk lebih dulu tidak lupa menyenggol bahu Gama yang tersenyum ke arah Junior di belakang Jenan.
"Lo belum cerita tentang gue yang sebenar nya sama Laki lo?" Tanya Gama yang melihat sikap Jevan barusan. Jenan hanya menggeleng sembari tertawa kecil.
"Awas kualat loh."
"EYYYOOOO SEBASTIAN ARSANA MAHARDIKA KOMBEK!!!" Semua netra kini beralih menatap malas Abas yang tiba dengan merentangkan kedua tangan nya ke udara.
Beberapa detik hening,
"Ga ada yang nyambut?"
"Nih bantu angkut ke mobil!" Abas menatap Jevan yang baru saja melempar tas berukuran besar tepat di wajahnya dengan malas.
"Pait pait." Abas meringis.
Our Destiny
"Yaahhh~ tinggi banget.." Lirih Chandra kala melihat buku yang ia cari berada di rak paling tinggi, sementara tubuhnya tidak setinggi itu, ia melompat pun justru hanya akan mengacaukan keadaan.
Mata nya mengedar kesekitar kemudian manik indah itu pun menangkan kursi kecil yang ada di bagian paling pojok. Ia menghampirinya kemudian menggunakan kursi kecil itu untuk mengambil buku yang ia cari.
Naas nya ia tidak mengecek kursi tersebut yang ternyata salah satu kaki kursi tersebut sudah rusak, saat ketika ingin menapak kan kedua kaki nya tentu saja kalian sudah tau apa yang akan terjadi selanjutnya.
Yup, kursi tersebut oleng yang membuat Chandra ikut terhuyung kebelakang, Chandra berteriak slay, namun saat membuka matanya ia merasa dirinya sedang melayang di udara.
"Kamu gapapa?"
"Astaga Mae!! Calon mantu Mae ganteng amat."
Batin Chandra ketika bersitatap dengan orang yang menangkap tubuhnya.
"Kamu ga papa?"
"E- eh, oh gapapa kok Kak. Makasih loh."
"Lain kali tuh hati hati, ini kursinya rusak tuh salah satu kaki nya patah."
"Iya kak, tapi aku justru berterima kasih sama Kursi ini."
"Kenapa gitu?"
"Karena dia udah bikin aku jatuh trus di peluk sama Kaka deh." Ucap Chandra dengan centilnya membuat Mahesa tertawa gemas.
"Bisa aja kamu, Kamu ngapain disini? Suka baca buku juga?"
"Ga sih kak ini saya mau beli buku titipan Nana, dia yang suka baca buku." Saut Chandra malu malu.
"Oh Nana istrinya Vano? Yang mana bukunya?" Chandra nunjuk rak buku paling atas.
"Oh haha, kamu ga bisa ngambil nya?" Sekali lagi Chandra hanya mengangguk angguk manjah:)
Setelah itu Mahesa pun mengambil buku yang di maksud hanya dengan sedikit berjinjit, Chandra semakin di buat jatuh cinta melihat perhatian kecil yang di beri Mahesa. Usai membayar buku masing masing, keduanya pun keluar bersama dari Gramedia?
"Makasih ya kak, udah bantu ambilin buku nya. Sama udah nangkep saya tadi, kalo ga bukan sekarang bisa aja ketindih sama banyak buku." Chandra berujar.
"Iya santai aja, ini mau bareng saya aja? Saya juga mau kerumah pengantin baru itu soalnya." Ajakan Mahesa tentu di terima dengan antusias oleh pria berkulit Tan tersebut.
"Kaka ga kerja emang?" Tanya Chandra pas sudah duduk di kursi penumpang.
"Habis nugas ke desa kemaren di kasi cuti 5 hari." Mendengar itu Chandra hanya ber-oh ria.
Keduanya kini menuju kerumah baru Jevan dan Jenan bersama. Chandra sangat senang bisa semobil dengan pria yang ia damba.
Chandra berniat ingin membantu Jevan dan Jenan beberes sekaligus mau numpang makan katanya:)
"Nah, kalo dari alamat yang di kasi Vano sih ini nih rumah nya." Ucap Mahesa sembari melihat lihat rumah dan alamat nya.
"Gede juga ni rumah, wih bisa kali kita nginep disini kali kali kak." Celetuk Chandra.
"Ya kalo kamu mau nginep ya silahkan, izin sama yang punya rumah. Masa ngajak ngajak saya.' saut Mahesa sembari menggelengkan gelengkan kepalanya.
"Ya nanti maksud Echan pas kita udah nikah nanti." Sekali lagi Mahesa hanya di buat geleng geleng kepala dengan ucapan Chandra yang menurutnya hanya candaan semata.
"Yaudah yuk masuk, kata Vano beneran ini rumah nya." Ujar Mahesa yang tidak menanggapi serius perkataan Chandra kemudian berjalan lebih dulu. Chandra hanya mendengus dan mengikuti langkah Mahesa dengan malas dari belakang.
"Ku akan tetap mencintaimu secara ugal ugalan meski kau menganggap perasaan ku hanya sebatas candaan."
Jangan tanya ucapan siapa, itu kata hati Chandra yang terdalam😌
Our Destiny chep 09 completed 😉
Jangan lupa vote dan komen🤩