ᴘᴇᴛʀɪᴋᴏʀ {ᴇɴᴅ}

By _Chiraochi85

1.4K 126 22

Aroma feromon milik Arkhan seperti bau tanah kering yang bercampur dengan tetesan air hujan aromanya dapat me... More

ᴘʀᴏʟᴏɢ
1. Petrikor
2. Petrikor
3. Petrikor
4. Petrikor
5. Petrikor
6. Petrikor
7. Petrikor
8. Petrikor
9. Petrikor
10. Petrikor
11. Petrikor
12. Petrikor
14. Petrikor
15. Petrikor
16. Petrikor
17. Petrikor
18. Petrikor
19. Petrikor
20. Petrikor
21. Petrikor
22. Petrikor
23. Last Chapter
24. Bonus Chapter

13. Petrikor

23 5 0
By _Chiraochi85

Paginya Reksa terbangun dengan kepalanya yang terasa berat karena Reksa terus menangisi kedua orang tuanya semalam dan dia tidak dapat menemukan keberadaan Arkhan di sampingnya. Dirinya mengerang pelan sebelum bangkit dari kasur berjalan keluar kamar berniat untuk mencari keberadaan Arkhan, tetapi nihil, Arkhan tidak ada di manapun. Maka dia memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan berbaring di atas sofa, bagian belakang kepalanya mulai terasa berat jika dia terus berdiri.

Mendadak Reksa menyesali keputusannya semalam untuk mabuk, ya semalam saat Reksa sedang berjalan-jalan dengan Arkhan mereka berdua tidak sengaja berpapasan dengan beberapa teman lama Reksa di Shanghai dan mereka mengajak Reksa untuk pergi reunian sebentar yang berujung Reksa pergi mabuk ke club bersama teman-teman lamanya dan Arkhan memutuskan untuk kembali ke hotel sampai waktu menjelang tengah malam Reksa pulang dengan keadaan mabuk dan menangis di depan Arkhan, dia tidak pernah bersikap seperti itu sebelumnya, Reksa di mata Arkhan adalah sosok yang paling tegar yang pernah dia temui setelah Mamihnya.

Dalam hatinya Reksa berdoa semoga Arkhan tidak memutuskan untuk kabur karena melihat sisi lain dari dirinya.

Dan doanya terkabul, dia mendengar suara pintu hotel yang di buka dari luar membuat Reksa tersenyum dan dia dapat mendengar suara langkah berat Arkhan yang mendekat ke tempatnya.

"Reksa" Ucap Arkhan dia langsung berjongkok di depan sofa dengan wajah tepat di depan Reksa.

Reksa menyingkirkan tangannya yang sejak tadi menutupi wajahnya, menatap Arkhan yang dengan lembut tersenyum kearahnya "Kamu makan dulu ya? Aku udah beli makanan dan obat pengar di bawah"

Arkhan membantu Reksa untuk duduk di atas sofa, menyiapkan sup hangat yang dia beli dari restoran di samping hotel menemani Reksa sampai makanan di mangkoknya habis.

"Pinternya" Puji Arkhan saat Reksa juga meminum obat pengar yang dia beli "Sudah merasa lebih baik?" Tanya Arkhan kemudian.

Dan Reksa mengangguk, kesedihannya semalam memang belum sepenuhnya hilang, tapi setidaknya kini beban yang terus menghantui pikirannya sedikit berkurang. Reksa tidak pernah cerita soal apa yang dia rasakan kepada siapapun termasuk Arkhan dan Mamihnya, terlebih lagi soal masalah keluarganya.

Dia hanya tidak ingin terlihat menyedihkan di depan keluarga yang berusaha keras membuatnya bahagia.

Setelah selesai membereskan sampah makanan, Arkhan duduk di samping Reksa yang masih duduk di atas sofa dengan televisi yang menyala di hadapannya. Untungnya televisi itu hanya menayangkan saluran lokal tentang kota Shanghai, tidak membuat mereka berpotensi untuk melihat berita tentang Arkhan yang masih belum berhenti mengudara di Jakarta sana.

"Kita seharusnya udah check out hari ini" Ucap Reksa kepalanya kini bersandar di bahu lebar milik Arkhan.

"Iya, sekalian aku sudah memperpanjangnya tadi"

"Cuma satu malam kan? Soalnya sore nanti kita harus udah ada di Jakarta"

Arkhan menoleh, menatap Reksa yang masih menonton televisi "Memangnya besok kita mau kemana?" Tanyanya.

"Rahasia. Tapi aku udah booking hotel"

"Hotel? Kita gak bakal pulang ke rumah aja?"

Reksa menggelengkan kepalanya "Ribet kalau harus pulang, soalnya jaraknya cukup jauh"

"Gimana kalau ke Jakarta nya besok pagi aja?" Saran Arkhan, kondisi Reksa saat ini masih belum cukup baik dan dia takut jika berkendara berjam-jam dapat membuat kondisi Reksa semakin parah.

"Gak bisa, kalau sesuai rencana kita seharusnya udah berangkat sekarang" Jawab Reksa sambil memeluk erat lengan besar Arkhan dan terus bersandar dengan nyaman di bahu sang alpha "I miss your scent" Ucap Reksa tanpa sadar.

Arkhan tersenyum salah tingkah sebelum membiarkan aromanya memenuhi ruangan, Reksa menarik napasnya panjang sebelum membiarkan tubuhnya relax dengan menghirup feromon khas yang menenangkan milik Arkhan.

"You're so clingy these day's" Ledek Arkhan yang kini sudah berbaring di atas sofa dengan tubuh Reksa yang berada tepat di atas tubuhnya.

"I am" Jawab Reksa sambil terus membubuhkan beberapa kecupan singkat di leher Arkhan, berharap aroma yang sedang dia hirup sekarang akan terus menyelimuti tubuhnya.

"Are you okay? Kita bisa minggir dulu sebentar kalau kamu mau istirahat"

Reksa terkekeh pelan, sudah tiga kali Arkhan mengatakan hal yang sama di sepanjang perjalanan mereka menuju Jakarta. Keduanya bahkan belum satu jam meninggalkan bandara, masih butuh waktu sekitar dua jam lagi untuk sampai ke tempat tujuan. Beristirahat hanya akan membuat mereka menghabiskan waktu lebih lama.

"I'm fine. Kamu boleh tidur kalau ngantuk, nanti aku bangunkan kalau sudah sampai" Jawab Reksa jujur.

Reksa merasa kalau tubuhnya juga kini sudah lebih baik dan kepalanya juga sudah tidak terasa sakit, terimakasih untuk peran besar feromon Arkhan yang jauh lebih ampuh di bandingkan dengan sup dan obat pengar yang dia makan.

Arkhan hanya menghela nafas, rasanya dia ingin menawarkan diri untuk mengambil alih kemudi, tapi takut hal itu justru akan membahayakan mereka berdua. Jalanan menuju Jakarta terlalu ramai, tidak seperti rute ketika mereka menuju ke Shanghai dua hari lalu.

Maka Arkhan memutuskan untuk terus mengoceh sepanjang jalan, membuat Reksa tertawa agar tidak terlalu lelah menatap jalanan lurus di depan.

Mobil mereka akhirnya sampai ke parkiran hotel yang cukup besar di tengah kota, Arkhan masih belum tau kemana mereka akan pergi besok hari dan dia juga tidak ingin bertanya membiarkan rencana yang Reksa susun berhasil mengejutkannya nanti.

Dengan di lengkapi masker dan kacamata hitam dia mengawasi Reksa yang sibuk di depan meja resepsionis hotel, menjaga koper besar yang berisi keperluan milik mereka berdua.

"Let's go" Ucap Reksa sambil menarik pergelangan tangan Arkhan menuju lift, menekan tombol lantai untuk unit yang akan mereka tempati selama satu hari.

Arkhan tersenyum melihat Reksa kembali bahagia dan tidak sedih lagi.

"Kenapa?" Tanya Reksa yang menyadari kalau Arkhan terus menatapnya sejak tadi.

"Gapapa, you look so pretty with that shirt anyway"

Reksa mengalihkan pandangannya dia mendadak salah tingkah karena mendengar pujian tiba-tiba dari Arkhan dan Arkhan tidak berbohong Reksa benar-benar terlihat cantik dengan pakaian tanpa lengan tersebut dan itu sangat pas di tubuhnya.

Style Reksa

"Jakarta lagi panas hari ini dan aku gak mau keliatan mandi keringat di hotel mewah kayak gini" Ucap Reksa seakan bisa membaca isi pikiran Arkhan.

"I said nothing?"

"But I know what you're thinking"

Perdebatan mereka tidak berlangsung lama karena kini keduanya sudah sampai di depan pintu kamar, Reksa yang pertama masuk dan dia di buat takjub dengan interior yang mewah di sana, jutaan rupiah yang dia habiskan ternyata mendapatkan hasil yang sempurna.

Hotel yang dia sewa kali ini hanya memiliki satu kamar, Reksa tidak ingin menghabiskan uang lebih karena Arkhan pasti berujung memintanya untuk tidur di ruangan yang sama dengannya nanti malam.

"Kamu mau mandi?" Tanya Reksa begitu melihat Arkhan yang akan masuk ke kamar mandi.

"Kenapa? Kamu mau mandi bareng sama aku?"

Netra Reksa membulat, dia memukul bahu Arkhan dengan kertas yang ada di tangannya "Jangan ngomong sembarangan!" Ucap Reksa kesal.

Arkhan tertawa "Aku cuma mau liat apa bathub nya pas buat kita pakai mandi berdua nanti" Jawabnya membuat Reksa salah tingkah.

Reksa tidak menjawab ucapan Arkhan dan memilih untuk berjalan ke ruang tidur, dia menatap puas kamarnya yang luas dan di lengkapi sebuah televisi besar. Setidaknya nanti malam dirinya tidak perlu tidur berhimpitan dengan Arkhan.

Walau faktanya Reksa lah yang selalu menempelkan wajahnya di leher sang alpha semalaman.

"Jangan bilang sama Mamih karena aku gak ngasih kamu makanan yang bergizi selama tiga hari" Ucap Reksa

Arkhan hanya tertawa "Kamu tenang aja aku masih free kok sampai bulan depan, jadi masih ada waktu buat aku workout nanti" Jawabnya.

Mereka kini sedang berada di sebuah rooftop restoran sengaja Reksa memilih tempat yang di ujung jauh dari keramaian agar tidak ada orang lain yang mengenali Arkhan.

"Sampai sekarang aku masih takjub sama kota Jakarta" Ucap Reksa tiba-tiba, kembali mengingat ketika dia pertama kali menginjakkan kakinya di sana.

"Kenapa? Apa karna ada aku?"

Reksa menatap ke arah Arkhan yang berada di kursi depannya "Seriously?" Tanya Reksa dengan nada tidak percaya.

Arkhan yang masih memakai topi baseballnya itu pun ikut menatap Reksa "Bener kan? Kamu datang ngerantau ke Jakarta terus malah ketemu sama aku, aktor tampan bernama Arkhan Raevano Alderick" Jelasnya dengan bangga "Bahkan kamu langsung tinggal bareng aku dan ngabisin waktu bertahun-tahun di sampingku, dan sekarang kamu jadi pacarku" Lanjutnya lagi.

"Aku setuju untuk semuanya, kecuali poin yang terakhir"

"Really?"

"Tapi aku belum pernah bilang ya, dan kamu juga gak pernah mengajakku berkencan"

"Okay, Areksa Xavellyn. Would you be mine?"

"No. You're too young"

Arkhan berdecak kesal sebelum menatap Reksa dengan serius, melihat bagaimana Reksa yang tersenyum dengan jahil karena berhasil menggodanya "I love you, I love you so much. Dan aku gak bisa mikirin kemungkinan lain selain kamu yang jadi pasanganku untuk selamanya dan aku gak mau orang lain aku cuma mau kamu" Jelasnya, berusaha menemukan kalimat yang pas untuk membuat Reksa percaya soal apa yang dia rasakan.

"Kenapa?" Tanya Reksa karena dia ingin terus mendengar kalimat Arkhan yang membuat hatinya berdebar.

"Karena aku cuma suka sama kamu. When I said that I want to protect you and mom and dad, I really meant it. Aku mau ngelindungin kamu bukan karena kamu kakak angkatku, bukan karena lima tahun lalu Mamih bilang kalau kamu bakal jadi bagian dari anggota keluargaku, it's more than that"

Reksa memperhatikan Arkhan yang terus berbicara dengan semangat sepertinya dia memang sungguh-sungguh.

"Dan aku juga ingin mempunyai hak penuh untuk melindungimu, sebagai seorang alpha dari omega mereka" Ucap Arkhan kali ini dengan suara lembut yang mengalun indah di telinga Reksa, dia yakin kalimat yang Arkhan ucapkan barusan akan terngiang-ngiang di kepalanya.

Tangan Arkhan terulur untuk meraih tangan Reksa, membawanya ke dalam genggaman hangat karena udara di luar sedang dingin akibat pagi yang hampir datang "Please, be mine" Ucap Arkhan lagi.

Reksa hanya mengangguk, berkata iya untuk permintaan Arkhan.

Kini keduanya sudah kembali ke hotel dan sedang mengobrol bersama dengan posisi Arkhan yang tiduran di paha Reksa.

"Kamu pernah mikir gak sih, gimana kalau di kehidupan sebelumnya orang yang aku cium itu kamu?" Ucap Arkhan tiba-tiba. "Maybe in our past life, kita tuh pasangan yang tiba-tiba nikah karena di jodohin sama orang tua, tapi hidup kita tetap bahagia karena kita saling suka" Lanjutnya lagi sambil menatap langit-langit kamar hotel.

"Atau bisa aja dulu itu aku adalah seorang Dewa yang di takdirkan buat hidup di dunia sama kamu makhluk yang nunggu aku ribuan tahun lamanya" Ucap Arkhan lagi.

Kali ini Reksa tertawa dia memukul pelan pergelangan tangan Arkhan "Kamu kebanyakan mengkhayal" Ledeknya.

"I'm an actor, tentu saja aku harus banyak berkhayal supaya bisa masuk ke dalam karakterku" Ucap Arkhan membela diri.

Keduanya terus melanjutkan berbicara hal yang tidak masuk akal, tentu karena mereka merasa bahwa dunia yang mereka jalani sekarang terlalu sulit untuk di hadapi bahkan saat mereka berjalan beriringan. Membayangkan betapa indahnya dunia jika Arkhan tidak menjadi seorang aktor terkenal dan menjalani kehidupan sebagai orang biasa terdengar jauh lebih menyenangkan.

Tidak perlu bersembunyi di balik topi dan masker hitam, atau berdiri sejauh mungkin dari orang yang sibuk mengurus keperluan untuknya, Arkhan juga ingin menemani Reksa, Arkhan juga ingin mengurus Reksa tanpa harus takut wajahnya tiba-tiba terpampang di headline utama berita.

Sampai akhirnya mereka tertidur tepat sebelum matahari terbit, dengan tubuh yang saling mendekap, berusaha menyakinkan diri bahwa setelah ini tidak akan ada lagi masalah baru yang harus mereka hadapi.























































































































Tobe Continue...........

Continue Reading

You'll Also Like

717K 73.6K 31
Tentang ia yang hanya bayangan di keluarga nya, tentang ia yang harus di paksa kuat oleh keadaan, dan tentang ia yang harus bisa tegar di saat semua...
28.2K 1.3K 29
"Kenapa kita harus sembunyi, ketika mendengar kabar orang meninggal?" "Takut!" "Apa yang perlu di takutkan? Bukankah kita semua juga akan meninggal...
2.8M 436K 50
your source of happiness
396K 23.2K 35
"mungkin ini takdir, hidup bersama malvin" -Haikal Samudra "menjadikanmu sebagai pendamping hidup adalah keputusan yang tepat" -Malvin Abriandra kisa...