Love Is A Case [Amonat]

By Ranoru

7.7K 514 146

Seorang Forensik yang bertemu dengan Ketua kepolisian. Cinta dan sebuah pekerjaan, dimana kedua hall ini sun... More

1. A Poor Man Who Lost He's soul
2. Sir Paxley
3. Gloomy past, and scars at he's cheeks
4. New medicine
5. I can't tell the truth about my feeling Sir. Paxley❗
6. Ms. Valentina Paxley
7. Ldr
8. The doer has ben found (?)
9. Everything suck shit! ❗
10. Dear god..
11. [special] Merry Christmas Sir. Paxley❗
12. Cadia Riverlands
13. An Finch past¹
14. An Finch past²❗
15. This Case is abnormal.
16. A Whore❗
17. Second still the Second.
18. When you know you know.
19. 🧧 [Special] New year, New Journey! Gong Xi Fa Cai❗
20. You are my love.
21. Case in family
22. I am waiting for your back.
23. Bloody case
24. Weird but it's real
25. Is this the end?
26. Delayed
27. Unstabilized hormonal❗
28. Come back please...
29. The moon of the past
30. The "Drama Quen"
31. Tough love❗
32. That cold atmosphere
33. Being a 'mother'
32. Lost a piece❗

33. Louder ❗

122 12 11
By Ranoru

Natan menurunkan tubuhnya, ia duduk bersimpuh di bawah shower dengan tatapan yang terfokus kepada bagian kejantanan calon suaminya.

"Boleh?" Ia memastikan, sang Alpha hanya terkekeh usai mendengarnya. Pasalnya kamar mandi ini memiliki sisi terbuka dimana terdapat jacuzzi disana, bagaimana jika suara mereka terdengar sampai luar?

Terlihat dari wajah Natan yang sebenarnya khawatir akan sisi outdoor kamar mandi tersebut, ia terkekeh sembari menjawab "tenanglah...villa ini jauh dari pemukiman, lagi pula ibunda dan mama belum pulang...lagian kenapa harus meminta izin terlebih dulu? Biasanya kau akan langsung melahapnya tampa meminta izin, bahkan saat aku sedang tidur--Oh!"

Tampa aba aba Natan langsung memasukkan kejantanan itu ke dalam mulutnya, hingga Aamon meleguh kencang karenanya.

Sensasi hangat dengan lidah yang menari nari mengelilingi ujung penisnya membuat ia hampir terjatuh dari posisi berdirinya, gerakan yang sangat emosi.

Kepala Natan maju mundur dengan gerakan yang kasar "Natan, pelan pela--g-gaah!" Bahkan seorang Aamon sampai terhuyung karena permainan Natan.

Ia semakin lihai, manuver kepalanya benar benar seperti mainan sex terbaik sepanjang masa.

"Nata-nn keluar! Keluarkan! Natan!! Berhen--Khh!"

Spulrt

Tak biasanya ia keluar secepat ini, entah efek hormonya atau efek kenikmatan permainan Natan dalam memanuver gerakan mulutnya.

Natan masih terdiam dengan kejantanan yang terkubur penuh di mulutnya, ia tak berniat untuk mengeluarkannya. "Natan... Jangan menelannya-"

-Glup

Suara benda cair yang bergerak masuk ke kerongkongan itu membuat Aamon membulatkan matanya, ia segera melepas tautan mulut Natan dari bagian bawahnya.

Astaga lihatlah wajah hancur Natan sekarang, rambut basah yang kusut dengan kemeja yang basah sehingga menjiplak tubuhnya, sisa spermanya meleber dari mulut yang terbuka sampai ke hidung.

"Sudah ku bilang untuk jangan menelannya kan..."

"Manis...kau menjaga pola makan mu dengan baik" Ucapan itu membuat kejantanan Aamon semakin gatal untuk di isi, sial Natan benar benar semakin lihai untuk menyalakan kobaran api hasratnya kian hari.

Natan membalikkan tubuhnya, memutar keran shower agar airnya lebih panas dan mengecilkan skala air. Kedua tangannya menempel ke bagian tembok dan ia membuka kedua kakinya, menampakkan lubang dosa ke arah Aamon dengan sengaja

"Masukkan...tolong..." Ia meminta sembari menggoyangkan kedua belah sintal itu, bau vinum seketika kembali tercium dengan pekat. Oh Natan...kau membangunkan singa yang tertidur.

"Sebentar..." Aamon keluar dari shower room membuat Natan keheranan akan apa yang terjadi, apa ia terlalu berlebihan? Apa Aamon sebenarnya lelah? Apa... Ah berhentilah membuat deduksi Natan.

Selang beberapa waktu Aamon kembali masuk ke kamar mandi, membawa sebuah botol serum ke arahnya. Tapi sebelum itu ia menyalakan keran jacuzzi.

"Mon? Kita akan melakukanya disana nanti? Kau gila?" Natan bertanya dengan kesal, Aamon tidak menjawab sama sekali. Ia hanya membuka botol serum itu dan mengambil isinya melalui pipet

"Buka mulutmu" Perintah Aamon, jujur Natan tidak pernah menggunakan obat obatan pemacu hormon sebelumnya. Di sisi lain dia penasaran dan di sisi lain ia takut.

Tak pakai lama ia kembali menegakkan tubuhnya dan mendekat ke arah Aamon, ia mendangak sambil membuka mulutnya lebar.

Satu tetes obat itu masuk ke dalam mulutnya, rasanya manis seperti coklat dan seketika otaknya terasa bergairah entah karena apa. Padahal itu baru satu tetes. 

Di sisi lain Aamon dapat melihat perubahan reaksi Natan yang sebelumnya menampakkan wajah penasarannya menjadi wajah penuh gairah, 'Efeknya sangat luar biasa' Batin Aamon.

Tampa basa basi ia langsung menelan satu shot pipet dari botol serum tersebut, Natan langsung membulatkan matanya. Satu tetes saja sudah membuat ia mabuk hasrat, ini apa lagi?! Satu shot?! 

'selamat tinggal pingang ku' Ucap Natan di dalam hati.

"Aamon...itu berlebiha...n.." Rintih Natan seraya meraih botol serum yang Aamon pegang, langsung ia merebutnya dan menaruh di rak shampo dan sabun yang berada di dalam shower room

Kakinya langsung terasa lemas, mungkin karena efek obatnya. Aamon melihat Natan dengan posisi menungging di depanya, apa ini saatnya? Sial sepertinya sisi hewanya yang akan mengambil kendali malam ini.

Thrust

"ANGH!! AHH!! H-nnhh" Natan merengek, tubuhnya gemetaran hebat saat benda keras itu menusuk bagian belakangnya tampa aba aba sama sekali. Kakinya tak tahan untuk berdiri namun dengan sigap Aamon mengangkatnya.

Tangan Natan mengengam erat rak di depanya, matanya membulat sempurna di sertai semburat merah yang muncul di kulitnya. "Aamon! Turunkan! Turun--Aahhn!! Sak-it! Aaahhn!!"

Aamon tak menghiarukan rengekan Natan, ia mempererat gengaman di pinggang ramping Natan dan memaju-mundurkan dirinya.

Bunyi kecipak basah mendominasi ruangan shower room itu, leguhan berkali kali keluar dari mulut Natan bertanda ia menikmati permainan panas ini.

Selang beberapa hentakan keras Aamon mengeluarkan segala isi amunisinya ke dalam perut Natan. Tak ada kata istrahat, ia kembali menghentakkan pinggangnya kembali.

"AHH~mNhhHnn~~ oh~"

Aamon menurunkan tubuh Natan di sela sela ia menghentakkan pinggangnya untuk masuk ke dalamnya, walau sisi hasrat Natan mendominasi ia masih ketakutan kala telapak kakinya mulai menyentuh lantai, "Licin! Aamon! Licin! Janga--nnhgh"

Enggan mendapatkan rengekan, Aamon langsung melepaskan tautan bagian bawah mereka lalu mengangkat tubuh Natan. Membawanya keluar dari shower room.

Natan terengah engah di dalam gendongan Aamon, kepalanya mulai pusing dan terasa panas begitu juga dengan Aamon.

Aamon mematikan keran yang menyala mengisi jacuzzi di bagian outdoor kamar mandi tersebut, tubuh keduanya terendam di sana.

Tak menunggu lama Natan langsung duduk di atas pangkuan Aamon di dalam Jacuzzi, tanganya bergerak ke bawah untuk meraih kejantanan Aamon di bawahnya.

"Bergeraklah" Aamon mempersilahkan, Natan terkekeh pelan dan memasukkan kejantanan itu ke dalamnya.

"Eengh! Aa-aah~" Desahan kembali ia keluarkan kala menerima masuk benda tersebut.

Natan mengengam erat kedua bahu Aamon dan mulai mengerakkan pinggangnya untuk maju dan mundur, memberikan stimulasi surga untuk junior kecil calon suaminya disana.

Aamon mendongakkan kepalanya kala menerima gerakan mendadak itu, leguhan ia keluarkan sebagai respon. Senyuman terukir di bibirnya

Natan memajukan tubuhnya dengan pinggul yang masih bergerak, "umnn~ kau suka dengan ini? Hmm?" Goda Natan seraya membelai luka di pipi kiri Aamon.

Aamon menegakkan kepalanya kembali "yes...please, more" Jarak yang dekat di antara mereka memunculkan kesempatan untuk menjamah bibir ranum istrinya bagi Aamon.

Aamon ikut mengerakkan pinggangnya guna mengejar perlepasan mereka berdua, efek obat ini sangat luar biasa.

"Fuck!!" Natan menjambak rambut Aamon di bawahnya, gerakan naik turun semakin ia cepatkan hingga sampai di titik perlepasanya

Aamon mengeluarkan semuanya ke dalam tubuh Natan dan sialnya mereka tak memakai alat kontrasepsi.

Persetan dengan itu semua, lagi pula sebentar lagi mereka akan menikah.

"Balik tubuhmu"

"H-Hah?"

"Balik...berbaliklah"

"A-ahn...yah? Balik..iya"

Saat berbalik kaki Natan tak sengaja menarik penutup lubang jacuzzi sehingga air di dalam bak itu semakin turun perlahan, entah Aamon atau Natan mereka tak menyadari hal tersebut.

Aamon terkekeh pelan melihat Natan yang benar benar linglung seperti orang yang mabuk, Omega itu perlahan mengeluarkan kejantanan yang masih bersenggama di dalam tubuhnya

Ia membalikkan tubuhnya dari hadapan Aamon, ia pegang pinggiran jacuzzi lalu menaikkan pinggangnya ke atas.

"Begini? Mon? A-Ah kenapa aku jadi menurut seperti ini sih--AAHN!" Alunan teriakan keluar dengan merdu, itu sangat candu bagi Aamon hingga Alpha itu semakin bringas. 

Aamon jambak surai silver itu ke belakang, ia angkat kaki kiri Natan dan mengangkatnya. Dengan posisi itu cengkraman otot pinggul akan mengencang dan lebih erat, Aamon menggunakan kesempatan ini untuk bergerak lebih cepat "angh! Ahmn~ haa-ah! Pela-an! H-Hannhhg! Pela-aanh!! Aamon!" Teriakan Natan semakin kencang karena posisi itu.

Aamon baru sadar bahwa air dalam jacuzzi itu hampir terkuras habis. Ia melepas jambakanya lalu membalik tubuh Natan, khawatir jika Natan akan terpeleset karenanya.

"Kenapa di keluarkan?" Tanya Natan seraya membenarkan posisi tubuhnya agar lebih nyaman, Aamon hanya mengeleng sebagai jawaban lalu memasukkan kembali kejantananya yang masih tegang menahan amunisi di dalamnya

"Airnya hilang, aku takut kamu terpeleset" Jawab Aamon yang kemudian memeluk tubuh Natan di bawahnya "aku bergerak" Lanjutnya.

Terlihat dari raut Natan bahwa ia sangat bahagia. Mulutnya menganga meneriaki nama Aamon berkali kali, pupilnya menghadap ke atas merasakan kenikmatan duniawi yang sampai menusuk ke otaknya.

Posisi mereka semakin merosot ke bawah karena permukaan licin jacuzzi tersebut, namun Aamon tetap tak goyah untuk menggerakkan pinggangnya. Memberi stimulasi berlebihan kepada Natan yang sudah kehilangan akal di bawahnya.

Melihat raut Natan di bawahnya membuat kepemilikanya terasa ingin muntah, kekasihnya ini benar benar pandai membekuk hasratnya.

"Fuck oh!! Aku keluar! Sialan aku keluar!" Aamon melepaskan cengkramanya di surai Natan, ia baru sadar

"Bayi!! Bayi! Beri aku bayi!! Aanmhh!! Ohh!!"

"Kau mau bayi Natan? Berapa banyak hmnn?"

"Banyak...mnaah~ banyak bayi! Banyak!!"

"Kau gila.."

"Bayihh!! Aku mau!" 

Aamon menarik tangan Natan, menaruh telapaknya di atas perut bagian bawah Omega itu dan menekanya ke dalam. Natan dapat merasakan sebuah ujung yang menabrak permukaan kulitnya berkali kali hingga matanya terbelalak 

Aamon mempercepat manuver pinggangnya untuk mengejar ejakulasi, sampai desahan Natan kini berubah menjadi teriakan. Di dorongan ke tiga terakhir Aamon menanamkan benih benih cintanya tepat di bagian paling dalam Natan  

Spulrt

Natan mendongakkan kepalanya di saat cairan hangat itu mulai mengisi penuh rahimnya, "Ah-hah...Aamon keluarkan..itu banyak! Perutku penuh! Sakit!" Natan membulatkan matanya kala menyadari di bawah permukaan tanganya terasa seperti mengelembung 

perlu waktu selama 20 detik bagi Aamon untuk melepaskan seluruh benihnya ke dalam Natan, waktu yang cukup lama untuk sebuah ejakulasi.

"Dengan begini...kita akan memiliki banyak bayi" Ucap Aamon seraya melepaskan tautanya, perlahan kulit yang menonjol itu kempis secara perlahan bersamaan dengan aliran cairan putih yang mengalir keluar dari lubang sengamanya.

"Mnnh, banyak...bayi" Natan menjawab dengan anggukan lalu kesadaranya langsung menghilang.

"Aku terlalu berlebihan malam ini.." Runtuk Aamon.

.
.
.

Semburat cahaya membangunkan si surai silver yang terlelap di atas kasur, matanya berkedip mencoba menetralisir cahaya yang tertuju kepadanya dan membalik tubuhnya.

"Istriku..." Suara berat di sebelahnya membuat ia tersentak kaget, langsung matanya terbuka dan melihat dada bidang suaminya yang menghadap ke arahnya 

"Damn..." Umpatnya yang memilih untuk berdiri dari posisi terlentang

Aamon juga ikut berdiri dari sana, merogoh kemeja putih yang sudah tertata rapi di dalam almari kamar, "Ibunda dan mama sudah kembali, mereka sedang menyiapkan sarapan untuk kita" Ucapnya

Dengan wajah bantal ia berjalan ke dalam kamar mandi, semenit dua menit tidak ada reaksi. Aamon pikir kehadiranya sudah tidak di butuhkan di sana, ia berinisiatif untuk pergi dari kamar

BRUK!

Suara hantaman kencang membuat Aamon yang baru sampai di depan pintu kamar tersentak "NATAN! ADA APA?!" Ia berteriak panik, bahkan kedua orang tuanya yang sedang memasak ikut kaget.

Pintu di paksa Aamon hingga itu terbuka dan ia melihat Natan yang terduduk di depan wastafel, tubuhnya gemetar dengan nafasnya berat seolah ia baru saja melihat sesuatu yang mengerikan.

Dengan sigap Aamon mendekat ke arahnya "ada apa? Natan?! Hei!" Ia terus menerus memanggil nama calon istrinya, tidak ada respon selain ia yang gemetaran dengan nafas yang berat

"Natan!! NATAN!" Barulah saat Aamon menyentaknya ia berhasil merespon, ia kembali bernafas dengan normal tetapi kali ini ia menangis. Aamon tarik tubuh kecil itu ke dalam dekapannya "Ada apa sayang? Kenapa?" Tanganya berkali kali mengusap pelan pucuk kepala Natan.

BRAK!

"Apa yang terjadi?!" Valentina membuka pintu kamar dengan kencang, langkahnya benar benar panik di ikuti Lunox yang mengekor dari belakangnya

Ia mendengar suara isakan dari kamar mandi yang terbuka, segera ia dekati dan melihat Aamon tengah memeluk tubuh Natan di lantai kamar mandi "Mon?" Valentina memanggilnya, Alpha itu melihat ke belakang lalu mengangguk pelan

"Akan ku pegang dia" Ucapnya di jawab anggukan oleh Valentina, wanita itu mengeret tangan Lunox untuk ikut keluar dari sana.

Wanita beta itu terkejut kala Valentina menutup kembali pintu kamar itu "aku belum sempat melihat-"

"-Tidak ada bercak merah di tubuh Natan, rambutnya kusut...mereka melakukanya tadi malam" valentina terdiam sejenak sebelum melanjutkan ucapanya 

"Mereka melakukanya di kamar mandi?" Lunox bertanya, sontak Valentina membulatkan wajahnya terkejut

"D-Dari hasil pengamatan ku...ya, kamar mandi kamar mereka agak berantakan"

"Postcoital dysphoria, ia teringat masa lalu dimana kejadian pelecehan itu terjadi" Lunox menjawab, sontak mata Valentina membulat sempurna "dan Aamon melakukan hal yang hampir sama seperti masa lalunya di kamar mandi" Lanjutnya.

"Kurasa pernikahan mereka akan sedikit kacau..." Ucapan Valentina membuat Lunox mendesis pelan sambil memukul lenganya 

"Jangan berkata seperti itu Valen!"

"Maafkan aku, tapi...ah sudahlah mari melanjutkan kegiatan kita selagi menunggu mereka berdua."

.

.

.

Suara air yang berkecipak di dalam bathtup berulang kali terulang, tangan seorang pria kecil mengengam erat bagian pinggir bathup sebagai penyangga keseimbanganya.

Tangisanya terdengar lirih dan tak di hiraukan sama sekali dengan pihak belakangnya yang terus menerus melakukan hal yang tidak senonoh kepada pria kecil itu

"Sakit....tuan...sakit..."

"Aku sangat ingin memberikan mu cupangan bocah! Ah pasti ibu Parker itu akan langsung memarahiku habis habisan"

"Sa-Sakit!" 

"Sialan! Ini sangat enak, bocah sepertimu lebih cocok untuk menjadi seorang jalang"

"Tuan...Natan kesakitan.....berhenti! Tolong!! Sakit!-"

-DEG

Natan tersentak dalam tidurnya, nafasnya terengah engah, begitu juga tubuhnya yang terasa basah karena keringat, juga...kenapa tangannya terasa mengengam sebuah bulu? Bukan, itu seperti rambut.

Natan menolehkan wajahnya, ia melihat Aamon yang menunduk karena rambutnya di tarik oleh dirinya

"A-Ah? Aamon..." Natan perlahan merenggangkan gengaman tanganya, Aamon hanya mengangguk pelan dan merapikan rambutnya kembali.

"Pagi..." Sapa Aamon seraya merogoh segelas air dan sebuah obat di sebelah kasur itu, Natan menganggukkan kepalanya pelan dan menerima obat tersebut

"Efek obatnya sangat keras, apa tubuhmu terasa sakit?" Aamon bertanya. Natan kembali menjawab dengan gerakan tubuh, bukan suara.

"Natan?"

"Mnh?" 

"Ada apa?" 

"...." Natan enggan menjawab, tatapanya hanya tertuju ke bawah dengan alis yang sedikit mengkerut. Aamon paham betul akan raut wajah tersebut, Natan tengah memikirkan masa lalunya.

Alpha itu menghela nafas lalu duduk di pinggir kasur "apa itulah alasan mu membenci bathroom sex? Selama ini?" Tanya Aamon

Perlahan air mengalir keluar dari netra biru zamurdnya di ikuti suara isakan pelan "maaf..." Ucapnya pelan, Aamon masih diam berkutik.

"Banyak hal yang belum kamu ketahui tentang ku...tapi kau sudah yakin untuk menikah denganku, maaf...." Omega itu kembali berucap

Segera Aamon menidurkan tubuhnya di sebelah Natan, dengan wajah yang saling berhadapan "cantik mu akan hilang jika ada air mata di wajahmu" Tutur Aamon seraya mengusapkan jarinya pelan di sekitaran mata Natan yang terpejam.

"Aku memang orang yang bodoh...orang yang bangsat...orang yang sialan...orang yang...egois akan pekerjaannya. Namun aku siap untuk menjadi suami untuk seorang dokter forensik yang terlalu workaholic selama ini, aku siap untuk mengurusi urusan rumah tangga di selangi pekerjaan, aku siap untuk menjadi ayah bagi anak kita nanti" Ungkapan manis Aamon tuturkan sehingga Natan kembali menangis karenanya

Kekehan Aamon keluarkan seraya mengangkat tubuh Natan, menaruhnya di atas tubuhnya yang terlentang. "Ceritakan padaku jika sudah siap, aku akan menunggu" Bisiknya pelan yang justru membuatnya kembali menangis lagi

"AAAHH!! AAMON KAU BAJINGAN! AAMON SIALAN!! AKU MEMBENCIMU!! HEUK...WAAAHHH!!!!" Tiba tiba saja Omega itu bangun dan memukul mukul dada Aamon di bawahnya di sertai air mata yang masih menetes

"Ow! Ow! Hei itu sakit-"

"-BAJINGANNN! KAMU SIALAN!!"

"Natan!! Natan sakit! NATAN!"

"Xavier...sebelum aku mengenalnya, aku benar benar tak nyaman jika di sebelah pria asing. Kaki dan tangan ku akan gemetaran, pandangan ku kabur, dan air mataku tiba tiba turun" Jelasnya mengakhiri sesi mukul memukul yang ia lakukan kepada Alpha di bawahnya.

Aamon sama sekali tak berkutik, ia hanya mengangguk sebagai respon. "Ingat saat aku histeris saat tengah melakukan intevigasi terhadap kasus pembunuhan pelacur kelas atas dulu? Saat kita semua melihat ayah Ling, si Yu Zhong itu...lalu aku mengucapkan 'aku pernah di posisiya' saat itu.." Kelihatanya Natan benar benar ketakutan atas peristiwa itu, tanganya mulai bergetar dan isakan mulai terdengar lagi.

"Ya...aku ingat, kembali ku ucapkan bukan? 'Saat sudah siap maka ceritalah kepadaku' tidak apa aku disini" Aamon memegang punggung tangan Natan, mencoba untuk membuatnya tenang walau sebenarnya itu sia sia.

Natan mengangguk pelan, ia kini mengubah posisinya yang duduk di atas perut Aamon menjadi duduk di pinggiran kasur. Tatapanya beralih ke suasana lautan siang dari jendela kamar "Ayah pantiku...ia dengan teganya melakukan perbuatan biadab itu kepada diriku tampa rasa bersalah sama sekali." Lanjutnya

"Dia terus menerus meniduriku, dia sengaja tidak memberikan bekas luka cupangan agar ibu Parker tidak mengetahuinya dan dia...dia heuk.." Natan kembali meneteskan air matanya lalu mengusapnya lagi. "Paginya aku terbangun di atas anduk yang ada di lantai kamar mandi, tak ada luka kemerahan atau ungu di tubuhku saat berkaca di depan cermin kamar mandi...itulah kenapa aku kaget tadi, maaf Mon" Lanjutnya.

"Dan ia melakukanya di kamar mandi?" Aamon bertanya, di jawab anggukan pelan oleh Natan. Aamon mulai paham, mulai dari alasan mengapa Natan benar benar menghindari melakukan hubungan badan di dalam kamar mandi, dimana ia sedikit gemetaran saat berbicara dengan orang yang sudah tua, dan dimana dia sangat merasa mati saat Xavier meninggal dengan perlakuan yang tidak wajar.

"Lantas, ada tindak pidana terhadapnya?" Aamon kembali bertanya. Natan hanya mengeleng pelan dan air matanya kembali meluncur begitu saja

Natan menjambak rambutnya, ia menghadap ke bawah "biadap itu kabur dan menghilang tampa kabar...panti asuhan ku sudah melaporkan perihal ini terhadap pihak berwajib namun tak berujung kasus ini sudah terjadi 22 tahun yang sialnya lagi orang itu sudah berkali kali merubah bentuk wajahnya dan memalsukan data dirinya...bisa jadi ia kini menjadi seseorang yang lain dan kembali berhadapan dengan ku-"

"-Shhh tak apa, kau aman ada bersamaku" Dengan cekatan Aamon lepas kedua tangan Natan yang menjambak surainya sendiri, "Biarlah yang berlalu biar, Natan ku Natan ku...jangan menangis" Ucapan itu membuat Natan menunjukkan senyumanya kembali, terutama nada yang Aamon tambahkan di akhir kalimatnya membuat kekehan keluar dari kedua mulut mereka.

"Kenapa harus menggunakan nada sih...sial senduku hilang karena mu"

"Beginilah cara kak Xavier menenangkan ku usai pemakaman papa"

"Lucunya-"

-Tok tok tok

"Aamon! Natan! Sarapan--maksutnya makan siang..sudah siap!! Segeralah keluar!" Suara Lunox menyadarkan mereka berdua untuk terdiam

"Segera!!" Natan menjawab, dirinya langsung bergerak untuk membenarkan baju yang ia kenakan dan membuka kunci kamarnya, kala tubuhnya menghilang dari pandangan Aamon barulah Alpha itu berdiri dari kasur

Deru ombak dari balkon kamar membuyarkan pikiran Aamon yang tengah berfikir untuk menyusul Natan, ia kembali teringat lagi masa romansanya di zaman dulu. Momen pertama kali ia bertemu dengan Floryn.

Deru ombak di jembatan kala itu...

Ah...masa lalu yang kelam..

"Floryn...aku meminta izin untuk melepaskan mu dan mengantinya orang baru ya? Tenang disana bunga ku yang sudah layu" Tutur Aamon menatapi lautan luas di balkon kamarnya.

Pintu kamar kembali terbuka, menampakkan Natan dengan wajah penuh antusiasme menghadap kepadanya, "Aamon!! Bunda memasak Lasagna!! Ayo segera makan!" Ucapnya.

Aamon hanya menjawab dengan anggukan pelan, "Apa ada hidangan dingin?" Ia bertanya seraya berjalan untuk meninggalkan kamarnya menuju ke ruang makan

"Mnn ada, tiba tiba sekali"

"Cuacanya panas"

"Aneh"

"Aneh? Apa kau itu manusia yang meminum air panas di pantai saat siang hari?"

"Air panas lebih menyehatkan sedari pada air dingin saat cuaca panas! Terutama suhu air yang masuk tidak akan mengejutkan saraf suhu di lidah sehingga kemungkinan terkena dehidrasi akan berku-"

-Cup

"Mnhh aahm Monh..."

Natan membalikkan tubuhnya kala Aamon tiba tiba mencium bibinya saat menjelaskan fenomena dehidrasi akibat perubahan suhu, dengan bibir yang masih bertaut. Begitu juga Aamon yang mengangkat tubuh Natan dengan langkah yang masih berjalan menuju ke ruang makan.

Hingga sampailah mereka di ruang makan dengan posisi yang masih sama begitu juga masih menautkan bibir mereka satu sesama lain

"ekhem...Aamon, Natan.."

Tak Aamon tak Natan mereka berdua membulatkan matanya kala mendengar suara Valentina, mereka melepaskan cumbuanya dan melihat ke arah meja makan yang di duduki oleh Cici, Leomord, Claude, Gusion, Zilong, juga Ling beserta anak anak mereka disana.

Ling dan Gusion menutup mata anak mereka masing masing dengan mata yang membulat sempurna, terkejut dengan kedatangan Aamon dan Natan dengan posisi tak senonoh.

Langsung Natan turun dari gendongan Aamon dan menampar pelan kedua pipinya "Ah! Itu sakit...a-ah! Hallo! Keluarga Dexter dan Zhao serta Cici...haha..ha..ha" Wajah Natan memerah kala ia melihat satu persatu personil yang duduk di kursi meja makan.

"Hallo...Natan, wah! Kedatanganya sangat spesial sekali!" Seru Cici seolah ia senang melihat adegan barusan

Lunox menghampiri Aamon yang membeku di belakang Natan "susah ku bilang ada tamu masih saja!!" 

"Sungguh, aku tadi khilaf"

Tawa serentak mereka keluarkan, sungguh pengalaman yang memalukan untuk calon pasutri ini.

***
|Ruang kumpul villa Paxley|

"Jadi perubahan mendadak akan terjadi, di baju, desain, dan tamu nantinya" Cici menatap keseluruhan orang disana terutama Aamon dan Natan yang membulatkan matanya 

"P-Perubahan? ini sudah H-20 hari menuju pernikahan kita bukan.." 

"Maafkan aku Natan, aku lupa bahwa Aamon adalah ketua pusat kepolisian cabang kriminalisme...karena pangkatnya tinggi pihak kepolisian mewajibkan menggunakan acara penikahan komando, aku sudah memohon mohon untuk melakukanya dengan prosesi biasa tetapi yah..." Jelas Valentina dengan perasaan bersalah.

Natan mengeleng pelan "emn...tidak apa bunda, aku hanya terkejut tolong jangan merasa bersalah" Jawabnya

"Lalu tempat acaranya? Apa mewajibkan di gedung pertemuan kepolisian?" Aamon bertanya, seraya memegang kedua tangan Natan.

Gusion mengangkat tanganya "tercantum di Undang Hukum Kepolisian bab 700 hak asasi utuk melakukan prosesi di gedung pertemuan kepolisian adalah tidak wajib, aku membaca buku peraturan kepolisian"

"Y-Ya...aku sudah menghubungi Edith untuk merombak desainya, hanya menambahkan sentuhan dikit tentang kepolisian. Memang mereka ini sangat merepotkan" Cici mengaruk kepalanya yang tak terasa gatal dengan tatapan yang terfokuskan ke lembaran kertas di tanganya.

"Aku akui memang ada suatu masalah, terutama kita sudah mengirim surat pernyataan pernikahan kalian ke kepolisian pusat sebagai izin di hari ketika dirimu pulang dari wajib militer...dan yah baru terkirim tadi pagi" Jelas Valentina

Natan menepuk pelan wajahnya lalu menutupnya dengan kedua tangan, kakinya bergerak seakan ia sedang berfikir keras "Untuk baju? Kepolisian memiliki desain sendiri bukan?" Aamon bertanya

Valentina kembali menjawab di sertai gelengan kecil "tidak, untuk itu kita hanya membutuhkan bros emas dengan logo bintang satu seperti logo pangkat Aamon sekarang. Aku sudah meminta kepolisian mengirimkanya tenang saja" Jawabnya, semua orang menghela nafas dengan perasaan lega

"Untuk tamu, aku sudah membawakan beberapa list orang penting yang berhubungan dengan Cabang Kriminalisme. Kemungkinan besar 45% akan tidak hadir karena memang posisi mereka itu sangat sibuk" Zilong menyerahkan sebuah dokumen coklat kepada Valentina, wanita Alpha itu mengangguk pelan seraya menerima dokumen coklat tersebut.

"Banyak orang penting tentu saja harus menambahkan kuota kursi karena pasti akan membawa ajudanya masing masing yang jumlahnya ulala" Cici menambahkan, Valentina langsung memijat dahinya usai mendengarnya

"Pasti ada masalah di bagian pengiriman pesan...oh sialan ini terlalu mendadak!" Wanita alpha itu nampaknya sudah lelah.

"Dan Natan, kamu suka bunga matahari kan?" Kini Cici menatap Natan dengan tatapan berbinar seolah sesuatu yang menyenangkan akan terjadi, Omega itu hanya mengangguk pelan sebagai jawaban

Cici menepukkan tanganya, terlihat bentuk imajinatif berupa lampu menyala di atas kepalanya "Ah! Lebih baik kita langsung ke lokasinya saja! Kita sudah membahas hal yang di rombak, bagaimana?" Usulnya

"Mnn, tentu tetapi sepertinya aku dan Valentina akan menyusul..." Lunox memegang bahu Valentina yang sudah nampak berpasrahkan diri kepada gejolak apapun yang terjadi.

"Ikutlah saja tak apa Lunox..."

"Tidak apa Val, lagi pula bayi ki-"

"-HAH?!" Natan langsung menegakkan punggungnya yang sebelumnya bersender ke headboard sofa, seluruh wajah dalam ruangan itu juga terbelalak kaget usai mendengarnya terutama Aamon dan Natan.

Aamon dengan tangan yang gemetaran menunjuk kepada ibundanya "I-Ibunda ka-kau..."

"Kau kenapa? Belagak menjadi anak yang sok polos itu tak cocok untukmu" Jawab wanita Alpha itu dengan wajah bangga

"Tuan muda, saya akan menjaga mereka berdua...pergilah dengan tenang" Leomord yang sedari tadi sibuk berbincang dengan pelayan menghampiri mereka.

"Leo dia!! Dia!!" Aamon semakin menunjuk nunjuk ke arah Valentina 

"Sudahlah sudah!! Langsung ke lokasinya saja!" Cici langsung memotong reka adegan begitu saja.

***
|Wedding ceremony hill|

"Edith!!!"

Suara melengking khas seorang wanita membuat wanita bersurai pirang yang masih sibuk dengan hologram di sekitaran tubuhnya itu membalikkan badan "Cici! Hai, lama tidak bertemu!" Sapanya

"Waaahh!!! Kenapa kamu tidak menerima lowongan kerja di bagian industri musik sih!!"

"Maaf Cici, aku sudah tak sanggup bertahan di industri musik lagi"

"Padahal desain mu itu mahalll dan mewaaahh sekali! Tapi biayanya murah!"

"Maaf ya Cici, oh! Kalian semua teman tuan Paxley dan Parker yang akan menjadi Paxley kan?" Edith menatap Zilong dan Ling serta seorang gadis kecil di atas gendongan Ling

"Ah, hai..anda nona Edith kan? Saya sering melihat anda dalam kredit film" Ling menunduk di ikuti Chang'e di dalam gendonganya, Edith terkekeh pelan mendengarnya.

Satu pertanyaan pasti muncul di benak mu, untuk apa memantengi layar kredit film sampai selesai? Jadi, Ling masih terbawa suasana misi mereka di dulu kala dimana ia tengah menelik seorang pembuat film yang bekerja sama untuk membuat film dewasa dengan korban anak kecil. Sehingga ia perlu mencari kerja sama orang lain dalam pembuat film itu melalui kredit film.

"Ya...ehehe jangan terlalu membesarkanya juga, oh gadis yang lucuu apa kamu mau lihat sulap?" Ucapan Edith di jawab anggukan kecil dari Chang'e, "Lihat di tanganku, tidak ada apa apa kan? Dan...tada!" Sebuah permen muncul dari telapak tangan Edith

Chang'e tersenyum melihat pertunjukan yang terjadi di depanya, ia melihat ke wajah Ling seolah meminta izin untuk menerima permen yang di acungkan kepada dirinya. Omega itu tertawa pelan usai melihat wajah memintanya

"Mn, ambilah...terimakasih nona Edith. Jika seseorang memberikan barang kepadamu maka kau harus bilang?" Ling menerima permen itu dari tangan Edith lalu memberikannya kepada Chang'e dalam gendonganya

"Terima-kaaih" Ucap Chang'e sambil menunduk usai menerima permen tersebut

"Aww gemasnya, boleh ku gendong sebentar?" Tanya Edith dengan wajah gemas

"Cang-e mau! Tante ba-ik! Mau!" Seru gadis itu, Ling menghela nafas usai mendengarnya dan mau tak mau memberikan Chang'e kepada wanita bersurai pirang itu

"Terimakasih Ling!" Ucap Edith  yang kemudian langsung lari kecil menuju ke Natan dan Aamon yang baru saja menginjakkan kaki mereka di hall terbuka itu

Natan membulatkan matanya terkejut. Ia tak menyangka bahwa ornamen pernikahan mereka semakin meriah dan elegan dengan tambahan bunga kuning di sela sela bunga mawar putih disana di sertai mawar biru yang warnanya sama seperti pupil Aamon.

Bunga matahari, Natan sangat menyukainya karena selalu mengarahkan kelopaknya ke arah matahari berada sampai senja datang. Di malam hari, diam-diam bunga matahari kembali menghadap ke timur.

Hingga bunga matahari menua, dan tidak lagi mendongak untuk mengikuti arah matahari. Namun dia akan selalu menghadap ke timur, seperti tidak ingin melewatkan sinar matahari pertama di pagi hari sampai seluruh biji bunganya kering.

Sama seperti Natan yang tidak ingin mengalihkan pandanganya ke suatu hal yang sangat ia butuhkan dan ia fokuskan.

Bunga yang memiliki banyak kesan dan fenomena unik bagi Natan sehingga ia tertarik kepadanya.

Air mata menetes kala Natan melihat pemandangan di depanya "oh tuhan...ini benar benar terjadi.." Isaknya pelan, Aamon di sebelahnya hanya memiringkan senyumanya dan memeluk Natan 

"Aku sangat senang Aamon...tapi kenapa air mata yang keluar?" tanya Natan seraya mengusap netra biru zamurdnya berkali kali

"Tidak apa...menangislah saja, itu air mata kebahagiaan Natan...menangislah" Bisik Aamon mencium pucuk rambut Natan dengan pelan, isaknya semakin mengencang kala pelukan itu di eratkan sehingga tercipta suasana sendi bagi mereka yang disana.

"Apa desain ku terlalu acak acakan Cici?!" Edith membisik kepada Cici di sebelahnya yang ikut meneteskan air matanya, Gadis periang itu mengeleng geleng lalu memeluk Edith dengan erat

Gusion ikut tersentuh melihat kakaknya yang memeluk seorang calon istri yang benar benar ia yakinkan, ia sangat bahagia karena dengan kehadiran Natan ia tak lagi melihat Aamon mengurung dirinya kala masa rut tiba dan keluar dalam keadaan tangan tersayat dan luka lainya.

"Mama nangis?" Clayon, putranya memegang pipi Gusion yang basah karena air mata. Dirinya hanya mengeleng sebagai jawaban

"Tidak Clayon...mama sangat bahagia"




________________________
Botol serum : botol yang biasanya di gunakan untuk serum muka, botol ini mempunyai pipet di dalamnya.

Shower room : ruangan shower yang biasanya terletak di pojok kamar mandi, shower room ini lebih luas sedari pada shower biasa.

postcoital dysphoria : rasa bersalah/kepanikan yang muncul setelah melakukan sex, dapat di picu karena trauma, penyakit kelainan saraf otak, pertama kali melakukan sex, dan lain sebagainya. (Tetapi lebih terfokuskan kepada luka mental)
________________________

Hi reader semoga kalian suka sama chapter kali ini ya, sengaja Author buat panjang sebelum Hiatus hehehe, udh di lunasin nih biar ga nanggung -3-

Kemungkinan besar Author kembali di bulan November yaa reader tersayang!!
Di tunggu chapter dmn mreka pake baju putih² tehe

Luv  ❤
-Author

Terimakasih sudah membaca di tunggu updatenya ya~
Rab 16 Okt 24

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 84.3K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
21.9K 2.4K 26
Menjadi terkenal adalah suatu dambaan bagi seluruh umat manusia. Meski terdengar menyenangkan, percayalah itu semua hanya omong kosong. Tidak peduli...
102K 11.9K 68
Al-Haitham dan Kaveh hanyalah dua profesor yang menginginkan ketenangan dalam hidup mereka. Hanya saja, tak disangka karma dari kehidupan sebelumnya...
17.8K 2.7K 13
" just by interacting with you, by the time I realise it, this world becomes colorful, as if flowers are blooming. " ; love letter - yoasobi status :...