September 2018
SMA Jujutsu Kaisen Prefektur Tokyo
Hari ini benar benar terik, hari yang tepat untuk merebahkan diri di atas lantai yang dingin, dengan buah semangka yang baru saja dikeluarkan dari lemari pendingin.
Namun, para murid SMA Jujutsu Kaisen Tokyo justru sedang giat melatih kemampuan pribadi dan tim nya
[Y/N] meminum air mineral dingin dengan peluh yang membanjiri pelipisnya "Ahh segarnyaaaa" ucapnya.
Setelah berlatih bersama Maki dan yang lainnya selama kurang lebih satu bulan, ia merasa memiliki peningkatan ketahanan fisik dan barrier nya juga jauh lebih kuat sekarang
Pelatihan yang ia lakukan bersama murid lain juga lumayan membuatnya lupa akan keinginannya untuk mempelajari teknik segel, sampai Gojo mengingatkannya kembali pada siang hari itu
"[Y/N].. Saat mengunjungi kediaman klan Gojo, ada satu hal yang kulupakan.." ucap Gojo
"Ya? Apa itu?" jawab [Y/N]
"Di bukit dekat kediaman, ada sebuah tempat yang selalu dikelilingi dengan barrier. Aku tak yakin sejak berapa lama barrier itu ada disana. Namun tak ada satupun dari klan ku yang dapat memasuki barrier itu.." ucap Gojo menjelaskan
"Lalu? Kau tak mencoba menghancurkannya?"
"Aku memang penasaran, namun aku tak merasakan hal aneh ataupun berbahaya dari dalam sana.. menurut six eyes ku, barrier itu seperti sihir penghenti waktu, sepertinya waktu tak berjalan di dalamnya.. Kepala klan Gojo sebelumnya tak ada yang pernah mengusik tempat itu.. Jadi aku memutuskan untuk tak pernah mengusiknya juga. Bagaimana, mau coba kesana?"
"Boleh! Kapan kita bisa pergi?" ucap [Y/N] bersemangat
"Sekarang?"
"Aku penuh dengan keringat. Tunggu dulu, aku akan bersiap siap sebentar" ucap [Y/N] sambil melangkah pergi menuju kamar asramanya
"Jadi... Kalian mau pergi berdua saja?" ucap Panda berbisik pada Gojo
"Ya.. begitulah" jawab Gojo
Seketika Panda dan Toge tersenyum sambil cengengesan, sebelum akhirnya kembali berlatih bersama murid murid lainnya
Megumi masih menatap Gojo dengan wajah yang canggung, ia menggeleng gelengkan kepalanya, seolah memberikan isyarat kalau ia tak mengatakan apapun, pada siapapun
***
"Selamat datang, Gojo-sama... Nona [Y/N].. Senang kau mengunjungi kami lagi disini..." Ucap kepala pelayan kediaman Gojo, tersenyum manis sambil memberikan salam
Seorang pelayan lain nampak membawa barang bawaan [Y/N] kedalam kediaman
[Y/N] balas memberikan salam, "Maaf, kali ini sepertinya aku akan merepotkan kalian lagi.." ucapnya
"Tidak apa apaa.. Kami senang tuan kami akhirnya terus menerus membawa seorang wanita ke kediaman yang suram ini hohoho"
"Cukup, kakek tua. [Y/N] punya hal penting yang harus ia lakukan bersamaku.." jawab Gojo
Mendengar kalimat Gojo, wajah kepala pelayan dan beberapa pelayan lainnya tersipu malu "Apa yang kalian pikirkan?" ucap Gojo
"Mau kami siapkan ruangan utama yang lebih luas? Yang di dalam nya ada pemandian yg lebih luas juga? Kami akan buatkan air hangat nya dari sekarang..."
Wajah [Y/N] nampak memerah, hampir semerah tomat. Ada apa sih dengan para pelayan yang terobsesi dengan keturunan tuannya ini?
Gojo memperhatikan wajah [Y/N] yang mulai merasa tak nyaman "Tidak. Ruangan kamar yang biasa kami pakai saja, seperti waktu itu.. Dan jangan siapkan apapun yang aneh aneh!" ucapnya
Seketika, para pelayan memberi hormat dan langsung pergi ke tempat nya masing masing
"Maaf.. Mereka tak sopan lagi" ucap Gojo
"Tak apa.." jawab [Y/N] masih dengan wajahnya yang merah padam
"Hmm.. Mau istirahat dulu atau kita langsung kesana?"
"Langsung saja, Gojo-san.." ucap [Y/N] yakin
"Baiklah.. sini" ucap Gojo sambil merentangkan kedua tangannya. [Y/N] menatap tak mengerti dengan apa yang Gojo coba lakukan
Gojo akhirnya menjelaskan maksudnya "Bukitnya agak jauh.. di ujung sana. Agar menghemat waktu" ucapnya sambil menunjuk sebuah bukit di belakang kediamannya
[Y/N] mengangguk, ia mendekati Gojo yang merentangkan kedua lengannya. Saat [Y/N] telah sampai kedalam jangkauannya, Gojo kemudian melingkarkan lengannya pada pinggang [Y/N]
Tak lebih dari satu kedipan mata, keduanya telah berpindah tempat ke bukit tujuan
[Y/N] tak melihat barrier apapun disana, semuanya terlihat seperti bukit biasa, sampai tangan Gojo mencoba menjangkau udara kosong, yang ternyata adalah sebuah barrier yang menolaknya masuk "Lihat, aku tak diperbolehkan masuk" ucapnya
[Y/N] mencoba melakukan hal yang sama, ia menyentuh dinding tak terlihat itu dengan tangannya. Dan firasat Gojo benar adanya, barrier itu tak menolak keberadaan [Y/N]
[Y/N] menatap ragu pada Gojo, Gojo membalas tatapan [Y/N] dengan anggukan yang pasti "Kalau terjadi sesuatu padaku di dalam sana..." ucap [Y/N]
"Aku takkan berpikir dua kali untuk menghancurkan barrier nya" jawab Gojo
Gojo memang kekanakan dan terkadang menyebalkan, namun ia dapat selalu di andalkan dan [Y/N] selalu mempercayainya
[Y/N] kemudian mengangguk, dan mulai masuk kedalam barrier tak terlihat itu
Saat masuk kedalam barrier, bukit itu terlihat sama saja seperti yang ia lihat di luar barrier. Bedanya, disana ada sebuah pohon wisteria yang familiar dalam ingatannya. Pohon wisteria tempat Murasaki sering menghabiskan waktu berdua dengan kekasihnya
Gojo juga benar soal sihir penghenti waktu, di dalam sana waktu tak berjalan dengan semestinya. Bahkan kupu kupu yang terbang tak bergerak dari tempatnya, melayang begitu saja di udara
[Y/N] terus mendekat pada pohon wisteria itu, ia merasa pohon itu terus menerus memanggilnya, dan berbisik langsung pada jiwanya
[Y/N] meraih bunga wisteria yang menjuntai di atas kepala nya, kemudian menyentuh dahan utama dari pohon itu
"Ceritakan padaku, semuanya.." ucap [Y/N]
Pohon wisteria itu kemudian bercahaya untuk sesaat dan kembali redup dengan cepat. Bersamaan dengan redupnya cahaya tadi, banyak informasi yang masuk kedalam kepala [Y/N], sangat banyak
Segala ingatan Murasaki yang berkaitan dengan leluhur Gojo, kini ada didalam kepala [Y/N]. Seketika, kepalanya begitu terasa sakit, seperti siap meledak kapan saja
[Y/N] memaksakan kakinya untuk terus melangkah keluar dari barrier. Sambil menahan rasa sakit pada kepalanya
"Gojo-san..." Ucap [Y/N] saat seluruh tubuh nya keluar dari barrier, satu tangannya memegang kepalanya yang begitu sakit, dan tubuh nya mulai limbung kedepan
Gojo segera menahan tubuh [Y/N] sebelum ia limbung sepenuhnya. Dan sesaat kemudian hidung nya juga mulai mengeluarkan darah. Gojo segera menggendong nya, dan berteleport kembali ke halaman kediaman
"Nona! Gojo-sama! Apa yang terjadi?" Ucap kepala pelayan yang terlihat panik saat melihat kondisi [Y/N] "Bawa handuk, air hangat, dan buatkan obat pereda nyeri secepat mungkin!" ucap kepala pelayan memberikan perintah pada pelayan lainnya
"Dimengerti!" Ucap beberapa pelayan
Gojo setengah berlari menggendong [Y/N] dan membaringkan tubuh nya yang lemas ke atas ranjang tidurnya. Kurang lebih Gojo tau apa yang sedang terjadi pada [Y/N]. Kemungkinan otak nya saat ini kelelahan akibat begitu banyak informasi yang masuk dalam waktu yang terlalu cepat
Beberapa pelayan dan kepala pelayan kemudian masuk membawa obat pereda nyeri dan membersihkan darah yang sebelumnya keluar dari hidung [Y/N] dengan handuk dan air hangat
Saat itu [Y/N] nampak berada dalam ambang batas kesadarannya. Ia seperti tak sadarkan diri dan tak merespon apapun, namun wajah nya jelas begitu nampak sedang menahan kesakitan yang teramat
"Tuan.. Nona harus meminum obatnya" Ucap kepala pelayan. Gojo mengangguk, dan meminta semua orang keluar dari ruangan
"[Y/N], minum dulu obatnya.. setelah kau minum obat nya pasti kau merasa lebih baik" ucap Gojo
[Y/N] tak menjawab, mungkin ia bahkan tak mendengar apapun yang Gojo katakan sebelumnya
Obat yang para pelayan bawakan merupakan obat tradisional yang diseduh dalam sebuah cangkir kecil, mungkin tak lebih dari seteguk
Gojo kemudian mengambil cangkir obat itu "Maaf, mungkin akan sedikit pahit" ucapnya
Ia kemudian memasukkan ramuan obatnya kedalam mulutnya sendiri, mengangkat tengkuk leher [Y/N], membuka sedikit mulut [Y/N] dengan jarinya, kemudian memindahkan ramuan obat yang semula ada dimulutnya kedalam mulut [Y/N]
Kesadaran [Y/N] yang tersisa membuat tangan kanannya meronta ronta dan mencoba mendorong Gojo menjauh, menolak cairan pahit yang kini ada didalam mulutnya
Gojo tak tinggal diam, ia menggenggam erat lengan [Y/N] yang terus meronta, dan memastikan semua obat masuk kedalam tenggorokannya
Setelah ia yakin semua nya telah tertelan, Gojo melepaskan tautan bibir diantara keduanya "Pintar" ucapnya
Ia kemudian menyeka sisa sisa cairan yang ada di ujung ujung bibirnya dengan punggung tangannya
"Setelah ini rasa sakit nya akan berkurang sedikit demi sedikit, bertahanlah, [Y/N]..."