Di sebuah negeri supranatural, sepasang sahabat kini duduk bersama. Berbeda bangsa dan spesies tak menghentikan keduanya. Kedua pria muda itu kini duduk di sebuah batu besar perbatasan dua bangsa yang saling bertolak belakang.
Sepasang kaki pucat dan sebuah ekor berwarna hijau berkilau nampak berjejer saling berayun seiring dengan keseriusan obrolan mereka.
"Semoga persahabatan kita akan terus terjalin di generasi selanjutnya" kata si pria pucat dengan sepasang taring mungil di bibirnya.
"Apa perlu kita jodohkan anak kita kelak agar hubungan kita tetap terjaga?" Tanyanya. Si vampir muda itu tiba-tiba berbinar dan mengangguk.
"Tentu. Janji ya" katanya. Mereka pun tertawa akan hal tersebut.
______
Beberapa tahun kemudian...........
Warna biru pekat nampak dari dalam air membuat di duyung muda berenang dengan semangat ke permukaan. Sama dengan pria muda lainnya, semangat dirinya benar-benar membara.
Namun, semuanya sirnah saat kepalanya sampai di permukaan. Pria duyung itu memutar bola matanya malas.
"Kenapa kau di sini lagi?" Tanyanya sinis melihat seoarang pria pucat duduk di depan batu menatap dirinya dengan wajah yang juga agak malas.
"Ayah menyuruh ku untuk bertemu dengan mu, menyebalkan" katanya. Mendengar itu membuat pria duyung itu kesal. Dia langsung mengibaskan ekor indahnya tepat di depan pria itu hingga membuatnya basah.
"Kau pergi saja, lagipula aku tidak mau dengan mu" katanya. Pria itu menghela napas pelan, tak peduli denganya yang penting dia duduk di sana saja.
"Terserah mu yang penting aku sudah di sini" katanya. Mendengar itu membuat Minho nama duyung itu kesal, tapi dengan kedatangan vampir gila ini hatinya tak boleh suram.
Setelah pergi dari pandangannya, pria yang duduk di atas batu itu menghela napas pelan.
"Kenapa bisa ayah menyuruh ku menikah dengan pria aneh itu, dia juga seorang duyung. Sungguh merepotkan" katanya. Memikirkan saja dia sudah pusing, apalagi Chan itu benci dengan air.
Semakin usia mereka bertambah, semakin pula matang waktu keduanya menikah. Dan hari itu pun tiba, pernikahan antar keluarga mereka dilakukan dengan meriah. Awalnya memang agak tabu, tapi antar bangsa mereka pun menerima.
Kini Chan berdiri di hadapan pria yang sudah menjadi istrinya itu. Tubuh setengah ikan itu kini berada di sebuah bak mandi yang berada di dalam kamar mandi mereka.
"Sementara kau tinggal dulu di sini" kata Chan. Pria dingin itu benar-benar tak membuat Minho gusar sedikit pun.
"Baik, tempat ini sekarang wilayah ku. Jadi kau tidak boleh masuk ke sini" katanya. Chan agak kesal, tapi hari ini adalah hari pernikahan mereka akan sangat malu didengar oleh orang tua dan kedua adiknya jika mereka bertengkar.
"Terserah kau Tuan Lee Minho" katanya. Pria itu pun keluar dari sana. Minho menatap ke sekeliling, benar-benar asing. Rumahnya di laut tak seperti ini.
" Apa aku akan betah di sini" katanya. Minho agak menghela napas, dia pun kini merogoh sesuatu yang berada di jas yang masih dia pakai.
"Kata ayah dengan kalung ini aku bisa punya kaki seperti waktu itu" katanya sembari menatap sebuah kalung di tangannya.
Minho kemudian memakai kalung cantik dari sang ayah. Dalam beberapa detik ekor warna hijau itu kini berubah menjadi sepasang kaki jenjang dan cantik. Kaki itu sungguh aneh dan rasanya sulit digerakkan. Tapi matanya kini fokus ke jari-jari mungil di bawah sana. Sungguh sangat menggemaskan.
"Tapi aku tidak suka, lebih baik ekor cantik ku. Jadi aku akan menyimpannya" kata Minho sembari melepaskan kalung itu. Sepasang kaki itu pun akhirnya kembali menjadi ekor hijau miliknya. Sembari beradaptasi Minho berusaha menikmati rumah barunya ini. Entahlah berapa lama dirinya akan bertahan.
Minho tiba-tiba membuka matanya saat mendengar suara keributan dari luar kamar. Nampak Chan berbicara dengan beberapa orang di luar sana. Tiba-tiba Minho terkejut saat pintu kamar mandi dibuka dari luar dan nampak dua orang anak kecil masuk ke dalam dengan berlari.
Mereka mendekat menghampiri Minho dengan mata yang berbinar-benar, di belakangnya ada Chan dengan napas yang tersengal-sengal.
"Kalian lari sangat cepat" kata pria itu. Minho dikerumuni oleh anak-anak itu, mereka menyentuh ekor Minho layaknya anak kecil yang penasaran.
"Kakak ternyata benar seorang duyung" kata salah satu anak. Minho sebenarnya agak risih karena tubuhnya disentuh seperti ini.
"Ayo keluar jangan ganggu kak Minho" ujar Chan berusaha untuk membawa keduanya pergi. Mereka menggeleng sembari memegang bak dengan erat.
"Mau di sini kak, kak Chan pergi sana" kata mereka. Chan menjadi malu karena ulah kedua adik kembarnya itu. Dia pun dengan paksa menggendong keduanya walaupun kedua bocil itu berteriak.
Minho memegang dadanya saat mendengar suara gebrakan pintu yang kasar darinya. Hidup di darat rupanya sangat keras.
"Itu adik-adik bang Chan?" Gumam Minho. Ya sebelum menikah, ayahnya sering bercerita dengannya. Bahwa Chan itu adalah seorang anak sulung dari keluarga ini dan umurnya lebih tua dari Minho. Ayahnya mengatakan bahwa Chan punya beberapa adik, tapi Minho terkejut jika adik yang dimaksud masih sangat kecil.
"Keluarga ini aneh" kata Minho kemudian. Dia jadi ingin pulang, tinggal bersama ayah, ibu dan kedua kakaknya. Memang kedua kakaknya sudah menikah tapi lebih enak tinggal di sana daripada di sini. Apalagi dia tak terlalu kenal dengan Chan.
"Siapapun tolong bawa aku pulang" kata Minho dengan wajah lemasnya.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
Gais ini ceritanya pendek ya, cuma 10 CHAP dan isinya rata-rata 800 kata. Alurnya juga cepat dan to the point, jadi mohon permaklumannya ya.
Semoga suka 😍