60 hari bersamamu

By shenotgirl

16 0 0

kami rasa waktu yang diberikan tuhan akan begitu panjang untuk dilalui, nyatanya kami hanya di berikan waktu... More

prolog
kematian

kritis

3 0 0
By shenotgirl

Seolah takdir tidak memberi ku waktu istirahat, babak penderitaan baru akan dimulai dalam hidupku. Entah akan seperti apa tuhan membuatku harus mengerti kata sabar dan ikhlas.

Setelah 7 hari kematian ayah. Aku dan ibu memutuskan untuk kembali ke jakarta meneruskan kehidupan yang sudah ayah bangun sekian tahun untuk kami.

Pagi Hari seperti biasa, kamu sibuk dengan kegiatan masing masing, aku yang sibuk berangkat kuliah dan ibu yang sibuk mengurus bisnis ayah.

"Aku berangk ini omat dulu Bu, nanti kalo ada yang urgent telfon aja, aku pulang malem soalnya ada kegiatan di kampus" ucapku berpamitan. Sekarang pukul 7 pagi dan kelasku akan dimulai pukul 8.

"Tenang banyak yang bantuin ibu, kamu gak usah mikirin yang di sini, sana berangkat kebiasaan mepet jam kamu itu"

Aku hanya cengengesan, mau bagaimana lagi daripada aku menunggu dosen.

***

Setiba di kampus aku langsung menuju kelas pertama di pagi hari, menghampiri teman ku. Namanya shanty, aku biasa memanggilnya Shan, dia teman SMA ku. Iya hanya dia yang ku kenal di kampus ini, selebihnya hanya teman formalitas kelompok belajar.

Dosen datang menjelaskan materi yang cukup membuat kepalaku pusing dan mengantuk. Ingin tidur tapi takut di keluarkan dari kelas. Begini begini kalau Soal sekolah dan kuliah aku termasuk anak baik yang tidak neko neko tapi tidak memiliki bakat apapun dan prestasi apapun.

"Tidur jam berapa Lo ngantuk sampe ga karuan gitu" tanya shanty

"Ga tidur kayaknya, ga bisa tidur gua mikirin hidup" gurau ku

"Mikir hidup, dijalanin aja bund nanti juga masanya abis"

"Dijalanin sampe kaki gua keropos juga kalo takdir tuhan jelek tetep aja gua mending mati" ucapku saat kami sudah duduk di bangku kantin.

"Mati masuk surga sih aman, kalo lu mati masuk neraka ya mending hidup"

"Asli penduduk neraka sih kalo gua" candaku

"Mending makan sih za, kenyang juga kita abis itu balik"

"Balik? Bukannya nanti ada kelas mister brondong" tanyaku. Jangan salah sangka dosenku itu bukan brondong asli, umurnya lebih 50 tapi gaya hidup nya mengikuti generasi muda, kami sering menyebutnya mister brondong atau duda perjaka.

"Kelasnya di ganti besok katanya, hari ini dia ada kunjungan ke luar negri"

"Sendiri?" Tanyaku

"Kayaknya sih iya" jawab shanty tidak yakin

"Alah bukan kunjungan sih itu, dia liburan sambil nyari janda" ucapku.

"Iya kali, secara dia kan duda perjaka. Btw, langsung balik lu, atau ikut nongkrong dulu bareng yang lain"

"Langsung balik, ibu gua ga ada yg bantuin di resto"

"Resto Segede gitu, karyawan buat apa boss kalo yang punya masih ikut kerja"

"Ngerti ibu gua lah ya, gua balik deh" aku berdiri meninggalkan meja dan menuju stand makanan untuk membayar dan sekalian membungkus Karna bakso kantin adalah makanan favoritku.

"Hati hati loh, diculik setan Wewe"

"Setan Wewe takut sama gua Shan"

Aku pun berjalan keluar menuju gerbang depan, dengan memesan ojol aku menuju perjalanan pulang. Tiba dirumah aku hanya melihat televisi yang mati, biasanya sudah menyala Karna ayah hanya akan berangkat kerja saat aku sudah pulang.

Aku duduk di sofa menyalakan televisi tanpa mengganti pakaian atau membersihkan diri. Bayang bayang ayah masih terlihat jelas di dalam rumah ini.

"Andai ayah di sini pasti aku udah minta antar jemput" keluhku sambil merebahkan diri

"Lagian tuhan itu ga akan adil sama makhluknya"

Kring...

Hp ku berbunyi, Sandy orang kepercayaan ayahku menelfon

"Halo? Kenapa?" Tanyaku heran, sebab Sandy hanya akan menelfon jika itu penting.

"Kerumah sakit sekarang, ibu kamu pingsan di resto"

Deg...

Apalagi ini tuhan - batin ku

"Rumah sakit mana?" Isakku tertahan, aku harus kuat dan bisa untuk ayah.

"Pelita hati, langsung ke IGD"

Aku bergegas pergi, tidak peduli televisi masih menyala atau rumah yang tidak ku kunci. Jalanan terasa padat bagiku saat ini. Waktu yang biasa ku tempuh 15 menit terasa lama bagiku.

***

Aku tiba dirumah sakit dan menuju IGD, hatiku sudah tidak terbentuk, rasanya tulang tulang badanku lemas.

"Gimana mas, ibuk gpp kan?" Tanyaku saat ku lihat Sandy di depan ruang IGD

"Kamu temui dokter dulu" ucap Sandy

Aku bergegas masuk dan menemui dokter jaga disana "dok saya anak atas nama ibu Lita"

Dokter menghela nafas "umur kamu?"

"18"

"Baik kamu cukup untuk menerima penjelasan ini"

"Ibu kamu mengalami pecah pembulu Darah otak yang mengakibatkan otak sebelah kanan tidak berfungsi dan berdampak pada saraf badan sebelah kiri. Diagnosis yang kami lakukan ibu kamu terkena stroke ringan" jelas dokter

"Apa ibu kamu punya riwayat darah tinggi"

"Iya dok, tapi ibu gamau cek rutin Karna takut" jawabku dengan terburu buru.

"Itu masalahnya, penderita hipertensi harus cek up setidaknya seminggu sekali untuk mengontrol tensinya, setelah ini kami akan usahakan yang terbaik"

Aku pergi menuju taman rumah sakit, menumpahkan segala tangisku disana. Bertatapan dengan langit biru, bertanya dalam hati mengapa aku diberi ujian seperti ini setelah ayah ku lalu ibu, akan seperti apa tuhan membanting tubuhku. Rasanya aku begitu lelah dengan semua ini.

***

Keputusan telah dibuat ibu harus melakukan operasi di kepalanya dan proses penyembuhan itu akan sangat lama, lihat saja akan seberapa kuat aku menjalani semua ini.

Setelah menjalani operasi ibu dinyatakan kritis dalam 3 hari untuk pemulihan pasca operasi dan apa pilihan terbaikku untuk menjadi rumah sakit rumah kedua ku.

Ibu dinyatakan siap untuk pulang setelah hampir dua Minggu berada di rawat. Tapi konsekuensi yang harus di dapat Karna dampak operasi itu adalah ibu terkena stroke setengah badan. Dan aku harus bolak balik rumah sakit untuk cek up berbagai dokter setiap minggunya.

"Jahitannya sudah kering, Minggu depan sudah bisa di lepas, dan di usahakan untuk dijaga pola makan dan insulinnya" jelas dokter saat aku sedang menemani ibu cek up.

"Setelah lepas jahitan perlu cek up terus atau tidak dok" tanyaku

"Tidak perlu, kamu cukup cek tekanan darah dan gula, kalau perlu Carikan terapi diluar rumah sakit agar pemulihan sarafnya lebih cepat"

"Baik, besok pertemuan terakhir dengan saya, semoga cepat sehat dan pulih kembali ya Bu"

Aku pulang dari rumah sakit dan langsung mengistirahatkan badanku, rasanya seharian dirumah sakit dan menjaga ibu badanku terasa remuk.

Kring...
Hp ku berbunyi, bibi ku di Sulawesi yang menelfon, aku memang jarang menelfon siapapun Karna menurutku mereka hanya bisa memberi kata kata tanpa membantu atau mengerti apa yang aku rasakan.

"Halo" ucapku

"Halo za, gimana kata dokter cek up tadi"

"Minggu depan terakhir cek up, lepas jahitan, setelah itu bisa lepas dari rumah sakitt, tinggal cari terapi diluar rumah sakit atau meneruskan yang sudah ada" jelasku dengan singkat

"Alhamdulillah kalauu gitu, gimana rencana habis ini kamu mau dimana rawat ibu" tanya bibiku

"Emangnya mau dimana kalau bukan dirumah ayah?" Tanyaku kebingungan

"Rencana keluarga ibu mau dibawa ke kampung, biar dirawat bibi Endah dan kamu bekerja di sini sambil ikut merawat ibu"

"Hah" kebingungan ku semakin bertambah jika aku dan ibu pindah lalu bisnis ayah bagaimana dan rumah ini

"Terus yang jaga rumah dan resto ayah siapa?"

"Rumah kamu bisa di kontrakin sedangkan resto ayah bisa dijual atau kamu bisa serahkan ke orang kepercayaan ayah disana"

Oke, menurutku ini saran yang salah tapi kalau aku merawat ibu sendiri pun rasanya aku tidak sanggup, bagaimana nnti aku akan menata masa depan ku

"Terserah kalian lah" pasrahku

***

Dua Minggu cukup untuk mengatur kepindahan dan mengurus resto ayah agar ditangani oleh mas Sandy dengan baik dan laporan harus kuterima setiap bulan

Untuk urusan rumah sudah ku serahkan kepada pak jito selaku RT setempat. Aku sudah membereskan barang dan segala perlengkapan di dalam rumah.

Besok pagi aku sudah akan berangkat menuju kampung meninggalkan semua kehidupan dan segala kenangan di sini, bagiku tempat bukan berarti apa apa asal kenangan ayah masih berada di dalam ingatanku.

"Gimana pak Bandi, mobil siap berangkat untuk besok?" Tanyaku memastikan

"Siap mbak, mobil dan mesinnya sudah saya bawa ke bengkel untuk besok"

"Pak Bandi istirahat tidur, besok subuh kita udah berangkat, pak Bandi juga besok bawa mobil sendiri, jadi harus siapin tenaga"

Pak Bandi merupakan supir pribadi ayah dan Sekarang digunakan oleh ibu saat mengelola resto. Setelah ini pak Bandi akan di tempatkan untuk membantu mas Sandy mengelola resto.

"Mbak gpp ninggalin kota dan semua kenangan ini" tanya pak Bandi

Aku mengambil nafas dalam "mau gimana lagi pak, ngurus ibu sendiri lama lama saya juga ga bisa, saya juga masih harus ngurus masa depan saya gimana"

"Bapak diatas sana pasti bangga liat anak kesayangannya kuat" pak Bandi coba menguatkan diriku

"Engga pak, ayah disana pasti kecewa sama anaknya"
"Udah malem pak, saya masuk dulu, bapa juga tidur"

Aku masuk ke dalam rumah meninggalkan pak Bandi di teras. Pergi menuju kamar dan membuka album foto ku.

"Seandainya ayah disini dan ga ninggalin adek, pasti ceritanya ga akan kayak gini kan yah"

Berbaring di atas ranjang sambil memeluk figura ayah, berharap yang kupeluk bukan figuranya tapi ayah.

Continue Reading

You'll Also Like

8.2K 468 8
!! -BxB -bahasa kasar -gasuka? skip lah gausah ribet. catatan: cerita ini cuma khayalan author dan gaada sangkut pautnya sama dunia nyata.
2.9K 263 12
Berisi GhostShip Yang berhubungan dengan seorang Pavel Naret Promphaopun🔥
560K 50.3K 15
Side Story Asher Kendrix S2. Keluarga Cemara ? Keluarga Asher Kendrix. Anak yang beruntung ? Asher Kendrix.
16.8K 2.2K 18
ㅤㅤㅤ౨ৎ ֺ ׅ ✁ 𓂂 ⌜ ♡ ˖ ▷ ㅤㅤㅤAwalnya, aku pikir ini akan bertahan lebih lama dari yang aku harapkan, tapi nyatanya mereka memilih untu...