Tandai typo
“Apa karena hal ini aku kehilangan kekuatan spiritual ku, tapi kenapa aku bisa setuju melakukan hal berbahaya seperti itu!! Dasar bocah tengik! Sebenarnya apa yang dia tawarkan padaku sehingga aku setuju untuk mengulang waktu!!”
Lima dari jiwa dan lima dari penderitaan, lima adalah dasar dari hukum naga merah. Mereka yang memiliki berkat dapat meminta hal apapun, saya Aleneo Mannix Stanley memberikan nyawa, kekuatan dan semua hal yang saya punya untuk melakukan perjalanan waktu. Tidak ada ingatan, tidak ada kenangan hanya ada penderitaan untuk menebus ke tabuan sebagai perjanjian.
Readly menyimpan kembali surat perjanjian yang terbuat dari sisik naga. Naga merah agung itu menghela napas, pantas saja Readly merasakan ada hal yang ganjal dari ingatannya. Ternyata ini adalah efek samping menjalani kehidupan dari jiwa yang berbeda di setiap belahan dunia.
“Melakukan perjalanan waktu dan mengulang waktu adalah hal yang tabu,” Naga merah memejamkan matanya sejenak sebelum berucap, “Jadi sekarang kita ada di kehidupan yang ke berapa? Seharusnya sudah yang ke 6 bukan, Jadi penderitaan apa lagi yang akan kau hadapi karena melanggar tabu di kehidupan kali ini Aleneo?” dia kembali bicara, “Aku harap bisa mendapatkan ingatan ku kembali di masa lalu, ini menyebalkan karena tidak tahu apapun mengenai alasan Aleneo melakukan hal tabu.”
Jika ingin ingatannya dan ingatan Aleneo kembali Aleneo harus melewati serangkaian penyiksaan mental yang ekstrim, Readly berharap Aleneo bisa menemukan jawaban atas pilihan yang dia buat dikehidupan kali ini agar kehidupannya bisa berakhir di dunia ini. Jika Aleneo tidak menemukan alasan mengapa dia melakukan hal tabu itu maka jiwanya akan memudar seiring berjalannya waktu.
***
Amy berjongkok di depan gerbang mansion Grand Duke Lefan. Amy tidak tahu lagi harus mencari Aleneo kemana semua tempat yang pernah Amy dan Aleneo kunjungan telah ia sisir, namun Amy tak mendapati keberadaan Aleneo dimana pun dan Hazel adalah kesempatan terakhir bagi Amy untuk mengetahui keberadaan Aleneo.
“Nona saya sudah mengatakannya Grand Duke sedang tidak ada di kediaman, lebih baik anda pulang saja. Jangan terus membuang waktu karena Grand Duke kami tidak tertarik pada seorang wanita.”
Amy mendengus pelan mendengar ucapan pengawal kediaman Grand Duke.
“Kau sudah mengatakan alasan itu sebanyak 7 kali selama aku tinggal di sini, apa tidak ada alasan yang lebih baik lagi?”
Pengawal itu terlihat berpikir lama sebelum membuka pintu gerbang dan berjalan mendekati Amy, ia berjongkok dan berbisik lirih pada gadis di sampingnya.
“Nona ini bukan alasan tapi kenyataan. Tuan kami sendiri yang menyuruh kami mengatakan hal itu pada para wanita yang datang ke Mansion, jadi saya sarankan untuk anda melupakan tuan kami karena tuan kami tidak tertarik pada wanita, anda cantik dan masih muda jangan sampai salah memilih dikarenakan cinta bu––”
“Danil!”
Sang pengawal bernama Danil segera beranjak bangun dengan sikap siap. Tangannya di lipat kebelakang dan dadanya di busungkan ke depan.
“Ya, tuan Grand Duke saya sudah melakukan tugas saya seperti biasanya.”
Suara lantang sang pengawal membuat Amy menutup telinganya. Sedangkan Hazel hanya bisa menghembuskan napas panjang.
“Sudah selesai bergosipnya sekarang pergi berpatroli di sekitar mansion,” perintah Hazel yang langsung dilaksanakan dengan cepat.
Selepas kepergian pengawal Grand Duke. Hazel berjalan mendekati Amy yang masih pada posisinya.
Satu alis Hazel terangkat, “Apa kau berniat menjadi seorang pengemis setelah kabur dari rumah, Amy?”
Amy mendelik, “Memangnya salah siapa aku terus menunggu di sini?”
Hazel berdehem pelan, “Maaf, aku tidak tahu jika orang yang datang adalah dirimu, ngomong- ngomong apa kau datang seorang diri? Dimana manusia parasit yang selalu mengikuti mu itu?!”
“Itu juga yang ingin aku tanyakan padamu, apa kau tahu dimana Baginda Kaisar sekarang?”
“Tidak, aku terlalu sibuk dengan pekerjaan ku. Kau tahu sendiri belakangan ini banyak penduduk kota yang menghilang.”
Mata Amy melotot ketika memikirkan sesuatu. “Hazel jangan-jangan Baginda Kaisar diculik.”
Seketika tawa Hazel lepas mendengar ucapan Amy, “Apa kau bercanda, manusia yang seperti monster itu diculik? Itu tidak mungkin terjadi.”
Amy berdecak, “Kau benar juga, lalu kenapa Baginda Kaisar tidak pulang ke rumah?”
“Sejak kapan dia menghilang?”
“Dari siang sampai malam ini,” jawab Amy sedikit gusar.
Hazel terdiam lama sebelum kemudian berucap, “Pulanglah biar aku yang mencari Aleneo, sepertinya aku tahu dia ada dimana.”
“Tidak, ada sesuatu yang harus aku katakan pada Baginda Kaisar hari ini, jadi aku akan ikut dengan mu.”
Hazel tahu begitu keras kepalanya Amy jadi dengan pasrah ia mengangguk.
Beberapa menit berlalu mereka kini sudah sampai ditempat tujuan.
Amy hampir saja menabrak punggung Hazel dihadapannya jika ia tidak mengerem dadakan.
“Kenapa tiba-tiba kau berhenti berjalan?”
Hazel tak menjawab sebaliknya satu tangan pria itu terulur kebelakang, seolah melindungi Amy dari sesuatu. “Hawa dan aura di tempat ini terasa berbeda, Amy tetaplah di belakang ku.”
“Hazel apa ini sihir perangkap bernama Amer!”
Ditempatnya Hazel tersentak tatkala mendengar teriakkan Amy di depan sana. Satu alis Hazel terangkat bingung.
“Sejak kapan Amy di sana?” Hazel berdecak gemas dan melangkah menuju Amy. “Dari dulu Kenapa kau sangat suka menyelinap pergi?”
Amy tak mengindahkan perkataan Hazel, wanita itu masih tampak kagum dengan sihir yang ada di depan matanya.
“Siapa orang yang membuat sihir ini, dia sangat hebat.” ucap Amy kagum.
Hazel mendengus, “Ini sihir milik Aleneo, tingkat pertama dari sihir pembantaian.”
“Sihir pembantaian? Aku pikir sihir Amer hanya sihir perangkap biasa saja.” Amy dengan takut melepaskan tangannya dari sulur tanaman tersebut.
Melihat sikap Amy, Hazel menggeleng geli namun tak lama karena tiba-tiba saja Hazel merasakan hawa membunuh mulai mendekat kearah mereka.
“Amy.”
“Aku tahu.” jawab Amy, sama seperti Hazel ia juga merasakan hawa tidak mengenakan itu. “Menurut mu monster apa yang akan keluar dari dalam hutan itu?”
“Mungkin monster banteng bertanduk empat.”
Amy menggeleng tak setuju, “Menurutku itu singa berkepala harimau.”
“Apa? Memangnya ada monster semacam itu?” tanya Hazel tak habis pikir, “Ah, sudahlah jangan terus menebak hal yang tidak pasti, bersikap waspada saja.”
Amy terkekeh kecil, “Aku hanya ingin mencairkan suasana, ini terlalu tegang aku tidak menyukainya.”
Detik berikutnya tidak ada lagi yang berbicara, mereka mulai fokus menatap sosok yang mulai keluar dari dalam kabut hitam. Sosok itu mulai memperlihatkan wujudnya yang bersimbah oleh darah segar. Wajah dan pakaiannya tak luput dari noda merah.
“Baginda kaisar?”
“Aleneo?”
“Apa kau mau mati Hazel? Siapa yang menyuruh mu membawa orang asing ke tempat ku?!” ketika mengatakan hal itu mata merah Aleneo menatap dingin kearah Amy.
“Apa yang terjadi pada Aleneo? Kenapa dia bersikap seolah tidak mengenali ku??” gumam Amy lirih.
Bersambung...
Aleneo sok² an nggak kenal sama Amy, nanti Amy di embat ama Hazel, nangis🤧🫂