"Kebaikan Tuhan memang sangat nyata, buktinya ia masih mengizinkan kita untuk bersama"
.
.
.
"Hiks...hiks...hiks..."
Gracia menangis sangat keras, sambil menundukkan kepala nya, sungguh ungkapan yang bilang penyesalan selalu datang terlambat memang nyata adanya.
"Titttttt...."
Suara dari monitor EKG yang nyaring menyadarkan Gracia, ia langsung menegakkan kepala nya, melihat monitor EKG terlihat lah garis lurus di sana.
Berdasarkan Drama Korea yang ia tonton tanda lurus di monitor EKG menandakan jika kondisi pasien dalam keadaan yang tak baik.
"Christy?"
Gracia beranjak dari kursi nya, ia menekan tombol emergency yang ada di atas brangkar dengan brutal.
"Dokter! Suster!"
Jika ada sesuatu yang terjadi pada Christy ia akan menyalahkan diri nya sendiri.
Team Medis tak kunjung datang, membuat Gracia semakin frustasi, masa bodo ia di bilang pengacau asalkan adik nya bisa dapat penanganan.
Brakkk!!
Pintu ruangan tempat Christy terbuka dengan kasar, orang pertama yang masuk adalah Frieska, di ikuti Veranda dan Keenan di belakang nya.
Gracia langsung menyingkir memberikan ruang kepada 3 Dokter itu.
"Maaf mbak Gracia, sebaiknya mbak keluar agar Team Medis bisa leluasa memberikan penanganan kepada pasien"
Gracia menggeleng.
"Enggak! saya gak akan pergi! Christy adik saya! saya mau melihat"
Suster terus membujuk Gracia untuk keluar, tapi Gracia kekeuh dengan pendirian nya, ia tak akan keluar.
"Sus, biarin gak apa - apa biar Gracia disini"
Veranda memberikan izin untuk Gracia tetap berada di dalam.
"Tapi Dokter Ve"
"Kalau Ve bilang boleh, ya udah ikutin aja! daripada sibuk nyuruh Gracia keluar mending bantuin!"
Frieska membalas ucapan Suster dengan ketus.
Akhirnya Suster melepaskan Gracia dan membantu Team Medis lainnya memberikan penanganan pada Christy.
Veranda melirik sekilas ke arah Gracia, untuk pertama kali nya ia melihat Gracia menangis se-keras itu, padahal seingat nya Gracia salah satu orang yang sangat keras.
Gracia memperhatikan semua yang di lakukan Team Medis pada adik nya, butuh 30 menit lama nya Team Medis bekerja.
Setelah selesai Veranda mendekat ke arah Gracia, ia tersenyum lalu memeluknya erat.
"Kak Ve, adik aku baik - baik aja kan?"
Veranda memegang bahu Gracia.
"Kamu tenang aja Gre, itu tadi adalah tanda kalau Christy sudah melewati masa Koma nya, sebentar lagi dia sadar"
"Aku takut kak, aku takut kehilangan lagi, sudah cukup aku kehilangan Bunda dan Ayah, aku gak mau kehilangan adik aku"
.
.
Zee P.O.V
Zee masih bersama Marshall, ia benar - benar mengikuti kemana Marshall melangkah.
Langkah Marshall terhenti di depan sebuah rumah, rumah tempat Marshall tinggal.
"Ini rumah aku!"
Zee melihat rumah Marshall, sejenak ia berfikir katanya rumah nya gak kayak Mansion? terus ini apa? Ballroom Hotel?
"Kamu bilang gak kayak Mansion? gak kayak Mansion apa nya?"
Marshall tertawa.
"Kan aku bilang rumah aku besar tapi bukan
Mansion, ini dunia nyata bukan dunia Wattpad"
"Ya kan thor!"
(Iyain aja dah, padahal lu lagi di dunia wattpad shall - Author)
"Kamu gak bisa bedain rumah biasa sama Mansion ya?"
Karena pusing denger Zee komen mulu, akhirnya Marshall menarik tangan Zee untuk masuk.
"Aduhhhh!!! Marshall!!!"
Sampai di dalam Zee bisa melihat interior rumah Marshall yang sebenarnya tidak ada beda nya dengan yang ada di rumah nya.
Interior khas rumah - rumah Konglomerat yang di hiasi dengan pilar - pilar tinggi, marmer alias keramik yang berkilauan, akses lift, dan juga baang - barang antik super mewah.
"Kamu beneran tinggal sendirian? di rumah sebesar ini?"
Marshall mengangguk.
"Enggak, aku gak bener - bener tinggal sendirian, ada beberapa pekerja disini, ada art, security, tukang kebun, lengkap"
Zee menggeleng.
"Gak maksud aku, kamu tinggal disini sendirian gak ada keluarga kamu satu pun gitu?"
"Iy..."
Kringggg...Kringggg...
Suara handphone Zee mengalahkan atensi mereka berdua, Zee langsung mengerutkan dahi nya, mengangkat telephone yang ternyata dari cici nya yang kedua, Gracia.
"Bentar"
"Halo"
"..."
Zee membulatkan matanya.
"Hah ci Gre serius? Christy udah sadar? Alhamdulillah ya Allah, ya udah aku ke RS sekarang!"
Tut!
Zee menutup telephone nya secara sepihak.
"Shall, aku harus ke RS sekarang, adik aku sadar dari koma nya"
"RS mana? aku anterin ya?"
"Gak usah shall, aku bisa sendiri"
"Udah gak usah banyak komen, aku anter, kamu kasih tau aja RS mana"
.
.
1 jam kemudian...
Zee dan Marshall sampai di RS, dimana mereka berdua langsung di sambut Shani, Jinan, Cindy, Sisca, dan Michelle.
Bruk!!
Zee langsung menubrukkan tubuh nya ke Shani.
"Ci, akhirnya Christy sadar"
Senyum bahagia terukir di raut wajah Zee.
"Kamu sama siapa Zee kesini?"
Jinan membuka suara karena melihat seorang pemuda yang datang bersama Zee.
"Oh ini, namanya Marshall"
"Shall kenalin ini cici aku Shani, ini temen - temen nya ci Shani, kak Cindy, kak Jinan, kak Sisca, dan kak Michelle"
Cklekkk..
Pintu ruang ICU terbuka, Veranda keluar di ikuti Keenan dan Frieska di belakang.
Plus Gracia yang sedang di peluk Frieska.
"Ve gimana?"
"Seperti yang di informasikan Gracia, Christy sudah melewati masa Koma nya, dia akan terbangun sebentar lagi karena efek obat bius yang aku suntikan tadi masih bekerja"
Pernyataan Veranda membuat semua orang lega, akhirnya Christy sudah sadar.
Tugas mereka selanjutnya yaitu masih mencari Donor Hati untuk Christy.
"Marshall?"
"Kak Keenan?"
Marshall ternyata mengenal Keenan.
"Kamu kenal dia yank?"
Keenan mengangguk.
"Jelas lah aku kenal, dia anak nya Professor Bima, kamu inget gak sama Professor Bima? yang mimpin Operasi Besar di Aussie 7 tahun lalu"
Veranda menjentikkan jari nya.
"Iya aku inget, tapi aku gak tau kalau dia ini anak nya Professor Bima"
"Aku sempet ketemu Marshall beberapa kali di Aussie, bukan nya kamu lagi proses S2 ya?"
Zee menatap Marshall sambil menyipitkan mata nya.
"Wait? S2 maksudnya kamu S2 shall?"
Marshall menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
"Sorry aku belum cerita kalau aku sebenernya Dokter, aku kuliah karena ngambil kelas Akselerasi sekarang lagi proses pendaftaran buat S2 di Aussie"
Keenan tertawa.
"Proses S2 tapi kok udah mimpin 2 operasi besar di Aussie"
"Fries, sayang, gimana kalau kita ajak Marshall buat jadi Dokter nya Christy"
.
.
17:00
"Makasih ya shall udah mau nganterin"
Marshall tersenyum.
"Sama - sama"
"Jadi gimana? kamu setuju sama ajakan nya kak Keenan?"
Marshall tertegun, sejujurnya ia juga bingung apakah akan menerima ajakan Keenan atau tidak.
"I don't know, aku gak tau, tapi coba aku pikir - pikir lagi, aku pulang ya! salam buat adik kamu"
Marshall memakai helm nya, lalu pergi dari hadapan Zee, ya sebuah permulaan yang bagus untuk mengenal satu sama lain.
Zee lalu kembali ke dalam gedung RS, menuju ruangan rawat Christy.
.
.
Marshall P.O.V
18:00
Pukul 6 sore akhirnya Marshall sampai juga di rumah nya, sampai di rumah ia di sambut oleh para bodyguard sang kakek Abraham Lapian.
"Tuan Marshall darimana saja?"
"Bukan urusan kamu!"
Marshall terus berjalan menghindar, namun langkah Marshall terus di ikuti.
"Apakah Tuan menemui putri dari Aryasatya?"
"Bos Besar padahal sudah melarang Tuan untuk berhubungan dengan keluarga Aryasatya"
Marshall menghentikan langkah nya.
"Kalau saya menemui nya, memang nya kenapa? terserah saya lah!"
"Tapi Tuan Marshall ini perintah dari Bos Besar"
Marshall menghela nafas, sudah cukup ia semakin jengah kali ini.
"Kamu bilang tuh ke Bos Besar kamu! jangan pernah libatin saya! saya ini manusia bukan boneka yang bisa se-enak nya di setir gitu aja!"
"Kalau Bos Besar kamu itu emang gak suka sama keluarga Aryasatya ya udah! gak usah libatin saya!"
"Paham kamu!"
Setelah mengucapkan hal itu dengan penuh emosi yang meluap - luap, Marshall langsung hendak melanjutkan langkah nya menuju kamar nya yang ada di lantai 2.
Namun, lagi dan lagi langkah nya terhenti.
"Marshall bicara apa kamu tadi?"
Marshall menoleh, suara itu adalah suara kakek nya Abraham Lapian.
"Wow! anda ada disini rupanya! bagus! biar anda bisa camkan itu baik - baik!"
"SAYA MARSHALLINO LAPIAN MENOLAK DI JADIKAN BAHAN DAN JUGA JEMBATAN UNTUK DUA KELUARGA YANG SALING BERSELISIH SELAMA BERTAHUN-TAHUN LAMANYA"
"JADI JANGAN PERNAH LIBATKAN SAYA! KARENA SAYA BUKAN BONEKA YANG BISA DI SURUH - SURUH! DI MAINKAN DENGAN SESUKA HATI!"
"ANDA PAHAM? TERIMA KASIH"
Sang kakek mendengarkan semuanya, ia paham dengan kemauan Marshall, namun sayang nya sepertinya hati nya kini sudah beku.
Sampai kapan pun keluarga Lapian tak sudi berhubungan dengan keluarga Aryasatya sang penjilat.
.
*flashback ON.
Jakarta, 1998
Tahun 1998 adalah tahun dimana Indonesia sedang di landa sejumlah krisis, salah satu nya krisis moneter yang tak hanya berdampak untuk Perekonomian Indonesia namun juga Perekonomian di beberapa negara di seluruh dunia.
Membuat beberapa Perusahaan di Indonesia harus gulung tikar karena mengalami kerugian yang sangat fantastis.
Namun berbeda dengan Perusahaan - Perusahaan lainnya, dua nama Perusahaan yaitu Aryasatya Group dan Lapian Corp justru meraup pundi - pundi keuntungan yang luar biasa, membuat dia Perusahaan ini menjadi Perusahaan yang bertahan di tengah - tengah krisis yang terjadi.
Melihat hal ini dua Perusahaan ini akhirnya memutuskan untuk berkolaborasi dengan menjalankan sebuah bisnis bersama.
Awalnya bisnis yang di kelola dua Perusahaan ini sangat sukses bahkan dengan adanya bisnis ini baik Aryasatya Group maupun Lapian Corp berhasil menciptakan banyak lapangan pekerjaan untuk para karyawan yang mengalami dampak PHK Massal di tempat mereka bekerja sebelumnya.
Keuntungan yang mereka dapat juga tidak main - main.
Namun, itu hanya awalnya sampai akhirnya di temukan lah kasus penggelapan dan korupsi yang terjadi di tubuh Petinggi - Petinggi membuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang baru saja di bentuk saat itu meringkus beberapa Petinggi salah satu nya adalah Abraham Lapian, CEO dari Lapian Corp.
Abraham di tangkap dan di jatuhi hukuman 10 tahun penjara, ia juga mau tidak mau harus mengembalikan uang - uang hasil korupsi yang nilai nya tak terhingga banyak nya.
Namun, dari sekian banyak Petinggi Lapian Corp yang di tangkap, tidak ada satu pun Petinggi dari Aryasatya Group yang di tangkap, padahal mereka juga secara tidak langsung terlibat.
Ternyata akhirnya lewat tangan kanan Abraham Lapian, terungkap lah bisnis kecurangan, dimana Aryasatya Group telah melakukan tindakan penyuapan kepada salah satu Jaksa Penuntut Umum (JPU) dan juga salah satu Hakim, membuat Aryasatya Group bisa terbebas dari jeratan hukum.
.
Bertahun - tahun berlalu, hingga akhirnya tiba lah di tahun 2023, Abraham Lapian yang telah bebas dan menetap di Italia masih menyimpan rasa dendam pada keluarga Aryasatya, membuat ia memerintahkan seluruh anak buah nya untuk memburu seluruh keturunan Aryasatya.
Tak terkecuali kedua orang tua 4 saudari Aryasatya, alias kedua orang tua dari Shani, Gracia, Zee dan Christy.
Dimana kedua orang tua mereka merupakan keturunan ke-3 / anak ke-3 dari Kepala Keluarga Aryasatya yang asli, kakek dari Shani, Gracia, Zee, dan Christy.
Abimana Aryasatya.
Dan ya terjadilah tragedi penembakan itu, tragedi yang akhirnya mengubah seluruh jalan hidup keluarga Aryasatya, yang tadi nya hidup harmonis tanpa drama, berubah menjadi selalu mencekam.
*flashback Off.
~tbc.
.
Abraham Lapian (Joe Taslim)
Abraham Lapian - Kakek Marshall
Punya trust issue dan dendam
kesumat yang tak pernah usai kepada keluarga Aryasatya.
.
Abimana Aryasatya (memang nama aslinya 😂)
Abimana Aryasatya - kakek Aryasatya bersaudari.
Sekarang ia tinggal menetap di Mexico, menghabiskan masa tua nya sambil menikmati harta - harta nya yang tidak kunjung habis.
...