Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuu
اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ🕊️🌹
───◆──┈••✾•◆❀◆•✾••┈──◆───
{ Happy Reading }🕊️
Jangan merusak diri kamu dengan hal yang di namakan PACARAN. Ingat pacaran itu HARAM!
~ Ning Nadia
Sore hari yang lumayan mendung, Gus Rahsya berkeliling pesantren untuk melihat kegiatan para santri. Dia berjalan sendirian memasuki kawasan area santriwan. Para santri yang melihatnya bertanya tanya pasalnya tangannya Gus Rahsya yang di gendong dan di perban.
"Permisi Gus"sapa seorang santriwan yang di angguki oleh Gus Rahsya.
"Itu tangannya Gus Rahsya kenapa?"
"Patah nggak sieh?"
"Hah yang bener tangannya Gus Rahsya patah?"
"Kecelakaan kemarin itu ya"
"Ya Allah Gus ku... Kasian tangannya patah"
"Emang separah itu ya sampai tangannya patah?"
"Berarti Gus Rahsya nggak ngajar dong"
"Udah di sekolah Gus Rahsya cuma ngajar di kelas dua belas masa iya sekarang nggak ngajar ngaji"
"Yah hilang sudah semangat ngaji ku.."
Gus Rahsya mendengar semua ocehan para santriwati yang membicarakannya. Sampai saat ini, Gus Rahsya sepertinya masih menjadi idola para santriwati di sini dan banyak yang berharap menjadi pasangannya padahal aslinya Gus Rahsya sudah menikah bukan.
Dengan langkah yang pelan, Gus Rahsya menghampiri seorang santriwan yang duduk sendirian di sebuah bangku di dekat pohon. Terdengar bahwa santri itu sedang menghafalkan nadhom alfiyah "Assalamualaikum"
Santri itu mendongak "Wa'alaikumsalam"jawabnya.
"Sedang apa disini sendiri?"tanya Gus Rahsya.
"Sudah lihat lagi nge hafal masih nanya, emangnya kamu sendiri ngapain?, santri disini ya, ngapain kesini?"ucap santri itu.
Gus Rahsya menaikan sebelah alisnya "sepertinya santri baru"
Gus Rahsya berdehem kemudian bersuara "nama kamu siapa?"
"Alfian"
Gus Rahsya mengangguk anggukkan kepalanya "sedang menghafalkan nadhom alfiyah?"Alfian itu mengangguk.
"Kenapa disini?, kenapa tidak di asrama saja?"
"Di asrama berisik!"
Gus Rahsya tidak bersuara lagi membuat Alfian mendongak"kamu siapa?, tangannya itu kenapa?"
Gus Rahsya menjawab"kamu tidak tau saya siapa?"
Alfian menggeleng "nama saya Rahsya"mendengarnya Alfian mendelikkan matanya "biasanya para santri disini memanggil saya Gus Rahsya"
Alfian meletakkan kitabnya dan berdiri seraya menunduk"Maaf Gus, saya tidak tau kalau saya sedang berhadapan dengan Gus Rahsya. Maaf sekali atas perkataan saya yang kurang mengenakkan Gus"
Gus Rahsya menampakkan wajah datarnya membuat Alfian semakin khawatir kalau dirinya akan di hukum karena telah lancang berbicara seenaknya dengan Gus nya sendiri"duduklah. Tidak papa, kamu santri baru kan?"
Alfian mengangguk"iya Gus"
"Kalau mau menghafalkan coba di baca dulu beberapa kali setelah itu di hafalkan, dan kalau bisa jangan langsung banyak, kalau langsung banyak kamu ngehafalnya maka susah"
Alfian mengangguk"iya Gus, terima kasih sudah memberi tau saya"
"Na'am waiyyaka. Kalau begitu saya pergi dulu Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuu"
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuu"
Alfian menatap punggungnya Gus Rahsya yang terus berjalan"pantesan semuanya pada takut sama beliau, ternyata wajahnya kelihatan galak. Eh tapi kan Gus Rahsya baik"
Aneh sih memang.
Mendapatkan sapaan dari banyak santrinya, tidak membuat Gus Rahsya tersenyum sama sekali. Dia hanya membalasnya dengan anggukan kepala dan menjawab mereka.
Di tengah tengah dia berjalan, Gus Rahsya melihat santrinya sedang berada di kebun pesantren dengan membawa keranjang yang biasanya di gunakan untuk memetik buah naga dan juga sayur lainnya. Gus Rahsya menghampiri mereka "Assalamualaikum"
Mereka membalikkan badannya kemudian menunduk "Wa'alaikumsalam Gus"
"Sedang apa disini?"
"Kami di perintahkan Kyai Hilmi untuk memetik sayur sayuran yang sudah siap untuk di masak dan buah buahan yang sudah matang Gus"
Gus Rahsya mengangguk anggukkan kepalanya"yasudah selesaikan tugas kalian setelah itu segeralah bebersih karena sudah sore. Ingat jangan sampai ke Maghriban dan kalau kalian telat saya takzir kalian semua meskipun ini tugas Kyai Hilmi"
Mereka mengangguk patuh"na'am Gus"
"Lanjutkan tugas kalian"mereka mengangguk dan kembali melanjutkan tugas mereka semua.
Gus Rahsya membalikkan badannya dan melangkah pergi dari kebun. Tetapi baru beberapa langkah, Gus Rahsya kembali lagi menghampiri santrinya"kalian"mereka mendongak dan menghampiri Gus Rahsya"na'am Gus?"
"Nanti, tolong ambilkan buah naga dan bawa ke ndalem. Kalau ada yang bertanya bilang saja saya yang menyuruh"
"Baik Gus, nanti kami ambilkan"
Gus Rahsya mengangguk kemudian pamit pergi dari sana.
^^^^
Usai membantu Bu nyai berberes, Mayra pergi ke kamarnya untuk mengingatkan pada Gus Rahsya untuk minum obat.
Begitu masuk, Mayra melihat Gus Rahsya yang duduk di ranjang dengan memejamkan matanya dan menyenderkan kepalanya di kepala ranjang.
"Gus"Gus Rahsya membuka matanya.
"Iya?"
"Gus Rahsya udah minum obat?"tanya Mayra.
"Sudah Ra"
"Alhamdulillah kirain belum"Gus Rahsya tersenyum tipis.
Melihat Mayra yang melangkah membuat Gus Rahsya bertanya"mau kemana lagi?"
"Kekamar mandi sebentar"Gus Rahsya mengangguk"jangan lama lama"
"Iya.."setelah Mayra masuk kedalam kamar mandi, Gus Rahsya kembali memejamkan matanya
Sekita sepuluh menit Mayra berada di kamar mandi kini dia sudah keluar.Mayra menghampiri Gus Rahsya dan duduk di pinggirnya. Melihat Gus Rahsya yang terus memejamkan matanya membuat keningnya Mayra mengkerut. Tangannya bergerak menempel di dahinya Gus Rahsya "astaghfirullah..."
Gus Rahsya membuka matanya "kenapa Ra?"
"Badannya Gus Rahsya panas"Mayra menyentuh tangannya Gus Rahsya.
"Kepalanya pusing ya?"Gus Rahsya mengangguk"cuma sedikit aja"
"Kok nggak bilang sih Gus.."
Gus Rahsya tersenyum tipis"kenapa sih, kayaknya khawatir banget?"
"Gimana nggak khawatir, kemarin habis bikin jantungan di RS sekarang baru pulang udah panas aja badannya"
"Saya nggak papa Ra, mungkin cuma karena belum vit aja"
"Tapi kan Gus..."
"Ra.."melihat Gus Rahsya yang menatapnya dengan intens membuat Mayra tidak bisa berpaling.
"Ohh ya, ada hal yang ingin saya beritahukan pada kamu"
"Apa?"
"Besok saya harus pergi ke kudus untuk menghadiri rapat penting di sana"
"Besok?"Gus Rahsya mengangguk.
"Tapi kan Gus Rahsya belum sembuh.."
"Saya sudah sembuh Ra"
"Badannya Gus Rahsya panas loh, masa mau pergi sih"
"In Syaa Allah besok udah nggak kok"
"Tapi Gus nanti siapa yang bantu Gus Rahsya disana?, tangannya belum bisa di gerakin"
"Saya tidak sendirian Ra. Ada ustadz Zaki dan juga ustadz Alfian yang ikut bersama saya"
"Tapi kan sama aja. Mereka cuma nemenin"
"Nanti--"
"Jangan pergi dulu.."
"Tapi ini rapat penting Ra"
"Kenapa nggak Abi aja?"
Gus Rahsya mengerutkan keningnya melihat Mayra yang terus saja membantah dan memaksanya untuk tidak pergi ke kudus "Ra, kamu tau?. Abi mengutus saya untuk memimpin pesantren ini itu karena Abi udah tua. Abi juga sudah tidak bisa bepergian jauh. Kalaupun iya itu kepentingan mendesak. Satu lagi, besok Abi ada jadwal pergi ke pesantren Darul Qur'an jadi tidak bisa. Dan kenapa kamu malah mengusulkan untuk Abi yang harus pergi kesana?"
"Aku ngusulin Abi yang datang juga karena Gus Rahsya sedang sakit. Kalau Gus Rahsya nggak sakit, aku nggak akan ngelarang"
"Iya saya tau, tapi saya bukan anak kecil yang harus di bantu untuk melakukan apapun. Saya sakit, saya masih bisa melakukan aktifitas. Saya tidak koma dan saya masih bisa berdiri. Hanya saja tangan saya yang belum bisa di gunakan untuk melakukan aktivitas seperti biasa"
"Itu sebabnya aku ngelarang Gus Rahsya untuk pergi. Iya memang aku tau Gus Rahsya bukan anak kecil. Tapi apa Gus Rahsya nggak mikirin kesehatan Gus Rahsya sendiri?"
"Saya mikirin kesehatan saya, tapi saya juga harus mikirin pesantren dan pesantren juga harus menjadi prioritas saya!"
"Tau nggak sih Gus, disini itu aku khawatir!"
"Saya tau!. Tapi apa yang harus di khawatirkan Ra?!"
"Gus Rahsya kenapa sih nggak pernah mau dengerin aku!"
"Saya--"
"Kalau Gus Rahsya tetap pergi itu artinya Gus Rahsya nggak pernah ngehargain aku!"
Brakk.
"MAKSUDNYA APA?!"mendengarnya, Mayra terlonjak kaget.
"Gus Rahsya itu harusnya ngertiin perasaan aku!, aku cuma minta untuk nggak nge hadirin rapat aja bukan nyuruh Gus Rahsya untuk meninggalkan pesantren!"
"Sama saja Ra!. Saya tidak menghadiri rapat itu artinya saya tidak bertanggung jawab atas pesantren yang di amanahkan kepada saya!"
"Sudah cukup!. Saya memang sudah menyatakan perasaan saya dengan kamu, tapi bukan berarti kamu harus mengatur saya!"
Deg.
Sadar ataukah tidak tentu saja itu menyakiti Mayra. Iya Mayra tau, Gus Rahsya memang sudah menyatakan perasaan padanya. Tapi apa salahnya jika dia menyuruh Gus Rahsya untuk beristirahat sebentar saja?, apakah khawatir pada seseorang yang kita sayang itu salah?
Menahan gejolak dan rasa sesak di dadanya Mayra menarik nafasnya pelan.
Tok tok tok.
Mayra menoleh mendengar suara pintu terketuk. Dia memilih untuk membukakan pintunya.
Ceklek.
"Mayra"
"Ummi?"
Bu nyai menatap Mayra yang wajahnya terlihat agak berbeda dari sebelum ke kamarnya tadi "nak kamu kenapa?"
Mayra menaikkan kedua alisnya "ha?, enggak kok Ummi emangnya kenapa?"
Bu Nyai menggeleng "tidak tapi mata kamu kayak... Merah gitu, kayak mau nangis"
Mayra mengedipkan matanya "eh mungkin kena debu Ummi soalnya tadi aku lagi bersihin rak bukunya Gus Rahsya"ucap Mayra dengan tersenyum meyakinkan. Sepertinya Bu Nyai tidak mendengar pertengkarannya dengan Gus Rahsya tadi. Ya iyalah kamarnya saja kedap suara.
"Oalah begitu"
"Emm Ummi ada apa ya kesini?"
"Astaghfirullah Ummi sampai lupa. Ummi kesini mau manggil Rahsya. Abi memanggilnya dan menunggunya di teras ndalem sekarang"
"Sekarang Ummi?"Bu Nyai mengangguk.
"Yaudah kalau gitu aku kasih tau Gus Rahsya"
Bu Nyai tersenyum dan mengusap pundaknya Mayra"terima kasih ya. Kalau ada apa apa jangan lupa cerita sama Ummi. Kalau begitu Ummi kebawah dulu, kamu jangan lupa istirahat"
Mayra mengangguk"iya Ummi"
Setelah Bu nyai pergi Mayra Masuk kembali dan menghampiri Gus Rahsya"Ummi bilang Gus Rahsya di panggil Abi dan di tunggu di teras ndalem"
Mendengarnya Gus Rahsya langsung mendongak melihat wajahnya Mayra yang menatap kearah lain"sa--"
Belum Gus Rahsya berbicara, Mayra langsung masuk kedalam kamar mandi. Dia tidak bisa menahan rasa sakit yang ada di dalam hatinya. Sangat sesak dan ingin sekali dia tumpahkan. Dan sekarang kamar mandi adalah tempat yang akan dia gunakan meluapkan semua rasa sesak yang ada.
Sementara Gus Rahsya hanya melihat pintu kamar mandi yang tertutup. Setelahnya dia beranjak dan keluar dari kamarnya untuk memenuhi panggilan dari Kyai Hilmi.
***
Mayra keluar dari kamarnya dan mengambil minum di meja makan. Setelah minum Mayra berniat keluar lewat pintu belakang, tetapi Bu Nyai lebih dulu menghampirinya "mau kemana Mayra?"
"Malam ini aku mau tidur di asrama Ummi"
Bu Nyai mengerutkan keningnya "loh kenapa?"
"Nggak papa kok Ummi cuma udah janji aja sama temen temen kalau malam ini mau tidur di asrama. Udah lama soalnya aku nggak tidur di asrama"
"Oalah kirain ada apa, eh tapi udah izin sama Gus Rahsya?"
"I-iya Ummi udah kok"
"Yasudah kalau begitu. Mau di anterin?"Mayra menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu Ummi aku sendiri aja. Kalau begitu aku pergi ya"Bu nyai mengangguk.
"Iya hati hati, langsung istirahat loh ya"
"Iya Ummi, assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Melihat Mayra yang lewat pintu belakang membuat Bu nyai mengerutkan keningnya kemudian dia pergi ke ruang tamu dan melihat Kyai Hilmi, Gus Rahsya dan juga ustadz Alfian di teras "ternyata ada ustadz Alfian"
Di asramanya, semua teman temannya Mayra awalnya terkejut karena Mayra datang di malam hari. Tapi setelah mendengar kalau Mayra sudah pernah bilang kepada Fahza kalau dia akan menginap akhirnya mereka senang.
"Udah jam segini kok belum pada tidur sih?"tanya Mayra.
"Sebenarnya tadi fahza udah tidur. Cuma tinggal aku sama Nadia yang masih baca novel tapi karena dia minta di antar ke kamar mandi akhirnya kita ngumpul"jawab Ais.
Mayra mengangguk anggukkan kepalanya"yaudah ayo tidur udah malam, besok sekolah"
Mereka mengangguk setuju dan menuju ranjang mereka masing masing. Setelah berdo'a mereka pun akhirnya tidur dan beralih ke alam bawah sadar mereka alias tidur.
Tapi kecuali satu, Mayra yang memiringkan tubuhnya membelakangi ranjang temannya masih belum menutup matanya. Perlahan air matanya menetes mengingat ucapannya Gus Rahsya tadi.
"Apa kemarin waktu di kebun teh itu cuma omong kosong sampai akhirnya Gus Rahsya ngomong gitu?"
Mayra mengusap air matanya "ternyata memang benar. Tidak semua yang keluar dari mulutnya laki laki itu tulus dari hati. Banyak sekali laki laki yang selalu berkata cinta dan sayang tapi hati mereka tidak. Selama ini, hanya Ayah dan juga Abang yang tulus sama aku"
"Di antara laki laki yang pernah dekat denganku, tidak ada dari mereka yang membuktikan ucapan mereka. Semuanya bohong dan omong kosong"
Perlahan Mayra memejamkan matanya. Dia tidak mau mengeluarkan air matanya lagi dan berujung sakit hati.
Di sisi lain, setelah Kyai Hilmi berbicara, Gus Rahsya kembali ke kamarnya dan tidak menemukan Mayra. Dia mencoba bertanya pada Bu nyai dan Bu Nyai memberi taunya kalau Mayra pergi ke asramanya. Mayra bum izin padanya tapi Mayra berkata kepada Bu nyai kalau dia sudah izin.
Gus Rahsya kembali ke kamarnya dan duduk di kasurnya "benar benar tidak sopan!"ujar Gus Rahsya.
Setelahnya Gus Rahsya merebahkan tubuhnya dan tidur.
Siapa yang patut untuk di salahkan?
💥💥
Mendengar adzan subuh berkumandang membuat semua santri langsung mengambil wudhu. Cukup mereka yang bermalas malasan yang masih berada di atas kasur mereka.
Melihat Mayra yang belum sama sekali masuk kedalam masjid membuat Ning Nadia dan dua temannya agak heran. Ada apa dengan temannya itu.
Namun tak lama mereka menunggu, akhirnya Mayra masuk kedalam masjid "kok lama?"
Mayra menoleh "antri banget za"
"Oalah"
Padahal aslinya ada kejadian di balik itu semua.
*Flashback on
Mayra berjalan menuju tempat wudhu perempuan. Tapi saat hendak masuk, Mayra di panggil oleh ustadz Zaki dan itu membuat Mayra mengurngkan niatnya.
Mayra menghampiri ustadz Zaki "afwan ada apa ya ustadz?"
"Maaf saya mengganggu waktu kamu Mayra, saya hanya ingin bertanya apakah boleh saya meminta nomor telepon ayah kamu?"
Mayra mengerutkan keningnya "afwan, untuk apa ya ustadz?"
"Untuk melamar kamu"
"Ha?"
Ustadz Zaki terkekeh melihat wajah bingungnya Mayra.
"Sebentar lagi kamu ujian dan setelah itu lulus. Dan setelah kamu lulus saya berencana datang ke rumah kamu bersama dengan keluarga saya dan melamar kamu"
Mayra yang mendengarnya tidak menyangka"tapi ustadz-"
"Jadi bagaimana Mayra?, apakah boleh saya meminta nomor telepon ayah kamu?"
"Eee itu... Aku--"
"Sedang apa kalian Berduaan disini?"mereka menoleh.
Melihat adanya Gus Rahsya membuat Mayra memalingkan wajahnya "maaf saya permisi ass--"
"Sebentar"
Mayra terus menundukkan kepalanya "saya ada perlu sama kamu, Mayra"
"Maaf Gus saya--"
"Ustadz Zaki bisa tinggalkan kami?"ustadz Zaki mengangguk"baik Gus saya permisi"
Setelah ustadz Zaki pergi, Gus Rahsya menarik tangannya Mayra dan membawanya ke tempat yang sepi tidak ada santri "semalam--"
"Aku udah janji sama temen temen mau tidur di asrama kemarin"sebelum Gus Rahsya berbicara pun Mayra sudah tau kalau Gus Rahsya akan menanyakan kepadanya kenapa dia tidur di asrama.
"Sopan begitu nyela omongan suami?"
Mayra diam saja dan terus memalingkan wajahnya melihat kearah lain "pagi ini saya berangkat ke kudus saya--"
"Iya. Apa ada lagi?"
"Saya mau bicara soal--"
"Kalau tidak ada aku permisi dulu, sebentar lagi iqomah. Assalamualaikum"
"Ra-- wa'alaikumsalam"
Gus Rahsya menatap datar punggungnya Mayra"marah?"
* Flashback off
Sungguh menjengkelkan bagi Mayra. Bukannya membatalkannya Gus Rahsya malah memberi taunya kalau dia akan pergi pagi ini.
🔥🔥🔥
"Bagaimana Gus sudah siap?"Gus Rahsya yang tadinya fokus melihat pintu ndalem langsung teralihkan pada Bu nyai"sudah Ummi"
"Kamu ini kenapa, sepertinya ada hal yang kamu pikirkan?, dan kenapa sedari tadi melihat ke pintu terus?, ada yang sedang kamu tunggu?"
Gus Rahsya menggelengkan kepalanya"tidak ummi tidak ada"
Bu nyai masih kurang yakin. Tapi dia tidak akan bertanya lagi karena tidak baik terlalu kepo dengan urusan anaknya sendiri "yasudah, di depan ustadz Zaki dan ustadz Alfian sudah menunggu kamu"
Gus Rahsya mengangguk"kalau gitu saya keluar"
"Biar Ummi yang bawakan tasnya"
Di depan, ustadz Zaki dan ustadz Alfian sudah siap. Mereka menunggu Gus Rahsya di dekat mobil yang sudah di siapkan oleh kang irul.
Gus Rahsya, ustadz Zaki dan ustadz Alfian berpamitan pada Bu nyai. Dan setelah berpamitan mereka langsung naik ke mobil.
Mobil yang di kendarai oleh kang irul mulai melaju meninggalkan pesantren. Dan di asramanya, Mayra melihat itu.
Bersambung....
Mayra marah?
Kalau kalian jadi Mayra kalian gimana?
Nggak nyambung nggak siehh??
Sumpah otakku capek. Bentar lagi juga ujian jadi mungkin nanti saya update nya lama soalnya ujian.
Udah dulu ya jangan lupa Follow Vote dan komen 😉
.