Segitiga Sama Sisi

By PaprikaMerah

258K 13.2K 277

"Aku suka sama bossku sendiri itu wajar kan? Dia ganteng, charming, bijaksana tapi ya gitu dia nggak suka sam... More

Prolog
Bagian Pertama
Bagian Kedua
Bagian Ketiga
Bagian Keempat
Bagian Kelima
Bagian Keenam
Bagian Ketujuh - Dave POV
Bagian Kedelapan - Bima POV
Bagian Kesembilan
Bagian Kesepuluh
Bagian Kesebelas
Bagian Keduabelas
Bagian Ketigabelas
Bagian Keempatbelas
Bagian Kelimabelas
Bagian Keenambelas
Bagian Ketujuhbelas
Bagian Kedelapanbelas
Mohon Maaf Lahir Batin
Bagian Kesembilanbelas
Bagian Keduapuluh
Bagian Keduapuluhsatu
Bagian Keduapuluhdua
Bagian Keduapuluhtiga
Bagian Keduapuluhlima
Bagian Keduapuluhenam
Bagian Keduapuluhtujuh
Bagian Keduapuluhdelapan
Bagian Keduapuluhsembilan
Bagian Ketigapuluh
Bagian Ketigapuluhsatu
Bagian Ketigapuluhdua
Bagian Ketigapuluhtiga
Bagian Ketigapuluhempat
Bagian Ketigapuluhlima
Bagian Ketigapuluhenam
Bagian Ketigapuluhtujuh -epilog-

Bagian Keduapuluhempat

5.5K 311 10
By PaprikaMerah

Aku mulai memasuki restoran KOKi untuk menemui pak Ahmad Dandri. Mataku mengedar mencari sosoknya. Nggak lama seseorang yang duduk di pojok restoran melambaikan tangannya padaku. Segera saja aku menghampirinya.

"Silakan duduk. Kamu mau pesan apa?"tanya pak Dandri.

"Hmm saya pesan minuman saja, pak" jawabku kaku. Lalu pak Dandri mengangkat tangan kanannya untuk memanggil waitress. Segelas strawberry juice dia pesankan untukku. Waitress itu pergi dan meninggalkan kami berdua.

"Sepertinya kamu nggak perlu terlalu formal memanggil saya dengan sebutan'pak' cukup panggil saya om Dandri saja. Sebelumnya saya minta maaf karena sudah mengganggu waktumu. Saya ingin minta bantuanmu, Gingga" kata om Dandri sambil mengaduk-aduk kopi pesanannya.

Dahiku berkerut. Kenapa semua pada minta bantuanku? Jujur aku bukan tim sar yang harus dimintai bantuan. Apalagi..untuk masalah perasaan. Baiklah akan aku dengarkan dulu.

"Bima sangat membenci saya. Dia sudah nggak sudi saya temui. Tolong bicarakan padanya baik-baik kalo saya benar-benar menyesal dan ingin membangun keluarga kami yang pernah hancur" waitress tadi pun datang membawakan minuman pesananku.

"Maaf om sebelumnya, saya nggak punya hak untuk mencampuri urusan keluarga om. Dan juga-"

"Saya mohon Gingga. Saya tahu Bima sangat mencintaimu. Dia pasti akan mendengarkanmu. Saya tahu kamu gadis baik-baik untuk Bima. Saya mengikutimu belakangan ini dan ternyata kamu cukup dekat dengan anak saya itu. Saya mohon.."

Tuhan, saya juga mohon jangan berikan saya tanggung jawab seperti ini.

◆◆

Bima: hay princess, aku punya tiket nonton konser. Mau ikut nggak? *peluk Gingga-ku*

Dave: malam, saya ingin mengajakmu ke suatu tempat yang dari dulu ingin saya kunjungi. Kalo kamu mau, saya akan mengajakmu akhir pekan.

Dalam waktu setengah jam, dua pesan whatsapp aku terima dari Upin dan Ipin alias Dave dan Bima. Bisa-bisanya mereka kompakan mengajakku pergi.

Aku jadi teringat saat om Dandri dan bu Tia meminta bantuanku menyelesaikan masalah keluarga mereka. Apakah aku terlihat seperti pakar rumah tangga. Bahkan aku nggak berbakat untuk memberikan solusi. Justru akulah yang butuh solusi bagaimana terlepas dari perasaan yang amat sangat nggak mengenakan ini.

Sakit tahu nggak sih. Bahkan di hubunganku yang sudah sedikit mencair dengan Dave, harus merenggang lagi karena permintaan bu Tia.

Aku duduk tenang dalam mobil Bima. Dia sesekali melirik ke arahku dan pura-pura saja aku nggak tahu. "Bima.." panggilku. Dia hanya bergumam.

"Aku sudah bertemu dengan papamu"

Ciiitt...

Hampir jidatku yang mulus menjadi lecet karena menabrak dashboard. Untung saja aku pakai safetybelt.
Lagian nggak perlu lebay dengar aku bicara seperti itu.

"Mau apa kamu nemuin dia, huh?" tanyanya ketus. Aku sedikit bergidik melihatnya seketika keluar dari Bima yang seperti biasanya.

"Dia memintaku untuk bicara baik-baik sama kamu. Dia menyesal, Bim sudah menyia-nyiakan kamu dan mama mu. Dia juga-"

"STOP!! Kalo kamu bahas dia lagi, aku lebih baik mengantar kamu pulang dan kita batal nonton konsernya" Bima benar-benar seperti Hulk. Menyeramkan kalau lagi marah. Lebih baik aku diam dan menunduk. Kemudian Bima menjalankan kembali mobilnya.

"Antar aku pulang, Bim" gumamku.

"Apa?"

"Antar aku pulang lagi. Moodku berubah dan nggak ingin pergi kemana-mana. Cepat antar aku pulang"

"Tapi-"

"Kalo nggak mau nganterin juga nggak apa-apa. Turunin saja aku di depan sana dan aku lebih baik naik taksi" kataku nggak mau kalah.

Maaf ya, Bim. Aku pura-pura seperti ini karena beban moralku yang cukup berat. Aku sudah bertekad akan mempersatukan kamu dan papamu. Sama seperti dulu. Saat aku mempersatukan kamu dan oma.

"Oke, maafin aku sudah buat kamu kesal. Kamunya juga sih yang bikin mood ku berantakan. Kamu tetap mau kan pergi sama aku, princess?"

Aku tahu Bima bukanlah tipe cowok yang tegaan sama cewek. Bukan aku mau memanfaatkan kebaikannya itu, cuma aku benar-benar ingin membantunya untuk memiliki keluarga yang utuh.

Kami pun tiba di Sentul tempat konsernya berlangsung. Setelah memakan waktu yang cukup lama untuk mengantri, aku dan Bima mencari tempat duduk kami di barisan VVIP.

Waktu dua jam berlalu. Kami pun bersiap pulang. Tiba-tiba tangan Bima meremas jemariku. Aku pun menoleh ke arahnya. Matanya lurus menatap ke satu titik. Rahangnya mengeras seperti sedang menahan amarah.

Aku mengikuti arah matanya dan benar saja aku melihat juga ada Dave yang bersama Alina. Mereka terlihat sangat mesra. Aku tertunduk. "Ayo kita pulang sebelum hatimu kenapa-napa" ajak Bima.

Memang hatiku kenapa? Biasa saja kok. Biasa sakitnya maksudku.
Kami nggak ingin menghampiri pasangan tersebut. "GINGGA!!" aku tahu. Jangan beritahu aku siapa yang memanggilku.

Aku menahan tangan Bima agar berhenti. Namun Bima tetap menggandeng tanganku untuk tetap jalan. Aku tahu maksud Bima baik. Dia nggak ingin aku semakin mempertahankan Dave disaat laki-laki itu masih labil. Nggak bisa menentukan pilihan.

"Bima.." lirihku. Akhirnya Bima berhenti dan memandangku sendu. "Lakukan semau mu, Gingga" bisiknya.

Saat aku menoleh, ternyata mereka sudah beberapa langkah lagi menghampiri aku dan Bima. Aku sama sekali nggak berani melihat ke arah Dave. Tapi yang aku rasakan, sepertinya Dave menatapku. "Nggak sangka ya kita bisa ketemu disini" kata Alina dengan wajah bersinar seperti piring baru selesai dicuci.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum.ke arah Alina. "Kita double date yuk. Mau nggak?" kata Alina menawarkan.

Bunuh saja aku! Double date? Ini tuh namanya bunuh diri secara perlahan. Melihat dia yang aku sukai mati-matian malah nge-date bareng pacar nggak tahu dirinya. "Sorry gue sama Gingga sudah ada janji. Dave, gue duluan" Bima langsung saja menarik tanganku kembali.

Kali ini aku nggak mau menoleh. Kami melewati perjalanan pulang dengan saling diam. Tapi aku tahu Bima marah padaku. Marah? Marah untuk apa?

"Aku marah karena kamu terlalu sok menjadi cewek tegar" sahut Bima tanpa menoleh padaku.

Syyuutt, kepalaku langsung menoleh ke arahnya. Cenayang hebat dia. Bisa-bisanya menimpali pikiranku. "Aku bukan cenayang, Gingga. Aku pemilik sebuah EO terkenal" sahutnya lagi.
Tuh kan, bisa nebak lagi.

"Sudah deh nggak usah masuk ke pikiranku. Diam dan menyetir saja" balasku sengit.

"Kamu aneh, sok tegar tapi hatimu nyeri. Mau sampai kapan kamu bersembunyi dibalik senyum palsumu mu itu, huh?" dia menghentikan mobilnya dan mulai fokus dengan ku. "Aku nggak paling suka lihat cewek yang tetap memberikan senyumnya untuk cowok yang paling dia cintai meskipun dia tau cowok itu menampiknya mentah-mentah"

"Aku nggak ngasih senyum palsu. Aku hanya bersikap normal. Kamu tau, sekeras apapun aku bersikap menye-menye atau berusaha merebut hatinya, itu nggak akan berhasil, Bim. Nggak akan"

"Dave mencintaimu, Gingga. Dia sangat mencintaimu. Ya..walaupun nggak sebesar rasaku sama kamu sih"

"Aku paham, Bim. Kalo saja aku nggak janji sama-" aku menggigit bibir bawahku. Hampir saja aku bilang tentang perjanjianku dengan bu Tia pada Bima. Dan sekarang cowok itu menaikkan sebelah alisnya meminta penjelasan dariku.

"Hmm..aku duluan, ya. Kamu nggak usah anter aku sampai rumah. Aku turun disini saja. Terima kasih sudah ngajak aku nonton konser. Terima kasih sekali lagi. Good night" aku buru-buru membuka pintu mobil dan segera keluar. Aku nggak mau dia membaca pikiranku lagi.

Maafin aku, Bima. Maaf. Ini begitu menyakitkan. Sama seperti dulu saat kamu ninggalin aku dan ngasih aku harapan palsumu.

-----

Nih aku post dua kali sehari, berarti nextnya agak lamaan ya..hehehe
Eh aku numpang promo, ada My Last Wedding di lapak sebelah. Coba deh liat. Baru dua part sih. Cepetan cekidot!!

Aku mau tau dong cerita ini kayak gimana menurut kalian? Boleh sih kalian minta lanjut, tapi aku mau tau juga tentang story ini. Nggak apa apa kan?

Makasih buat suntikan semangat yang udah kalian kasih sama author kesepian ini.
Aku nggak pernah menargetkan harus berapa jumlah vote yang aku mau buat lanjut ke next part. Karena aku masih nggak PD sama story 3S ini. Dapet vote syukur, nggak juga nggak maksa. Ciyusss deh ✌

Tengkyu peri mach!!

*peluk satu satu dari Gingga*

Lophe,
221092♥

Continue Reading

You'll Also Like

18K 2.2K 48
[Completed] [Seri ke-dua The Book of Us] Kalau ada masalah, yang diselesaikan itu masalahnya. Bukan hubungannya.
3K 824 24
doyum itu biasa-biasa saja, nyaris invisible. apalagi hyejun, tapi figura sekalipun juga punya cerita 'kan? misalnya, tentang jatuh yang indah. diket...
362K 30.8K 38
Ini tentang keberanian Gamma, dan Beta yang selalu melindunginya. Cover by @jacalloui CopyrightΒ©2016, by Oolitewriter
882K 8.3K 6
Nyatanya, bertahan diatas hubungan sebatas teman bukanlah hal yang mudah, karena kebanyakan orang percaya tidak ada pertemanan murni antara pria dan...