"Kenapa akhir akhir ini aku menjadi cepat lelah." Gerutu Yura sembari memijat leher bagian belakang. Siang ini kembali ia rasakan tak enak mendera tubuhnya. Lemas, pusing, bahkan sangat lelah, padahal ia tak melakukan pekerjaan berat.
Dan kembali, dengan malasnya malam ini Yura memaksakan diri untuk bekerja. "Apa kau sakit...?? Wajahmu nampak pucat..?" Selidik Clara saat mereka sedang berjalan untuk masuk kedalam club.
"Entahlah, belakangan ini aku merasa mudah lelah dan lemas." Jelas Yura. Sesampainya dikursi yang biasa mereka duduki, Yura langsung merebahkan kepalanya kemeja dengan beralaskan lengan. Clara dan Tiara saling bertukar tatap dan menggerdikkan bahu mereka masing masing, yang tak mengerti akan kondisi sahabatnya.
Tak lama rombongan Elang tiba dan berjalan melintasi mereka bertiga. Mata Elang mengernyit melihat posisi Yura saat ini. Ia pun menghampiri Yura dan menyentuh kepala wanita itu dengan perlahan. Yura terjingkat kaget dan langsung menegakkan kepala. Namun saat melihat siapa sang pelaku, seketika saja Yura membuang muka.
Belum juga Elang sempat membuka mulut, sapaan Tuan Hendra mengalihkan niatnya. Elang menyambut uluran tangan Tuan Hendra dan membalas sapaan pria paruhbaya itu. Tak lama mereka berbincang, karenaTuan Hendra berpamitan untuk menuju kesofa yang sudah ia pesan, tentu saja dengan Yura yang ikut serta, sementara Elang menuju kekempatnya.
"Kenapa kau menghindari aku...?" Yura terjingkat kaget saat ia keluar dari dalam kamar kecil. Ditatapnya Elang yang berdiri tak jauh darinya sekarang dengan bersilang dada dan tatapan menusuk ciri khasnya.
Yura yang tak berniat menjawab pertanyaan pria yang ingin ia lupakan itu, melanjutkan langkah kakinya melewati Elang. "Sayang...!" Panggil Elang sembari mencekal pergelangan tangan Yura. Mau tak mau langkah Yura pun terhenti. "Maaf tuan, aku harus kembali bekerja, tidak enak meninggalkan pelanggan terlalu lama". Jawab Yura yang membuat Elang melebarkan mata seketika.
Yura dengan perlahan melepaskan cekalan tangan Elang dan melanjutkan langkahnya, rahang Elang mengeras, "sayang...!!" Panggil Elang dan diabaikan oleh Yura. "YURA....!" suara Elang menggelegar. Namun sayangnya Yura tak mendengar, karena suara itu tertelan oleh dentuman music DJ.
"Pergilah kedokter, kau nampak kurang sehat." Saran Clara. Dikamar Tiara saat ini ketiga wanita itu tengah berkumpul. Seperti hari sebelumnya Yura yang masih dalam mode menghindari Elang, akan kembali ketempat ia tinggal dengan berbagai cara agar tak diketahui oleh lelaki itu selepas selesai bekerja. Kali ini pilihan mereka bertiga adalah dikamar Tiara, karena malam kemarin sudah dikamar Clara.
"Iya, besok akan akan pergi kedokter." Jawab Yura.
"Mau aku temani..?" Tiara menawarkan diri.
"Tidak usah, aku sendiri saja. Kebetulan besok aku libur bekerja, aku ingin pergi kedesaku, aku merindukan mereka." Ucap sendu Yura
Pukul delapan pagi Yura sudah bersiap untuk pergi kedokter dan setelahnya akan kedesa untuk berkunjung kemakam orang tua serta nenek dan kakeknya. Dengan sebuah taxi Yura pergi ketempat tujuan. Dan setelah selesai dengan urusan kesehatannya, Yura langsung pergi kedesa menggunakan bus. Hanya butuh waktu tak lebih dari tiga jam untuk tiba ditempat tujuan kedua Yura.
Setelah puas melepas rindu dan menceritakan semua keluh kesahnya kepada empat batu nisan diarea pemakaman umum bagi warga warga didesa itu. Yura kembali lagi kekota malam, namun kali ini tidak langsung ketempat tinggalnya. Ia ingin menghampiri kakek penjual sate kikil, selain ia lapar, ia juga sangat merindukan kakek dan cucunya. Karena sudah beberapa hari ia tidak berkunjung kesana.
Tapi niat itu Yura urungkan, karena lagi lagi Elang dan Bella berada ditempat itu. Secepat kilat Yura berbalik arah dan beranjak dari tempatnya berdiri. Ia tak mau Elang melihat keberadaannya. Namun sial belum juga jauh kaki itu melangkah, Yura sudah dihadapkan oleh sesosok yang juga sedang ia hindari.
Dengan kedua tangan yang masuk kedalam kantung celana, Dion menatap Yura. "Aku punya salah apa padamu...? Kenapa kau juga menghindar bertemu denganku..?" Pertanyaan bodoh keluar dari mulut pria itu.
"Aku sedang tidak ingin berdebat, aku sangat lelah. Kapan kapan saja kita bicara." Ucap Yura dengan wajah memohon. Dion yang memang melihat wajah Yura nampak pucat, akhirnya harus rela mengalah dan menuruti kemauan wanita itu.