Berat (Tamat)

By kueTaufan

3.8K 505 48

Selama ini yang memikul beban sebagai anak pertama adalah Halilintar. Taufan sebagai anak kedua tidak pernah... More

Berat
Hari Kedua
Hari Ketiga
Hari Keempat
Hari Kelima
Hari Terakhir

Hari Pertama

645 77 8
By kueTaufan

Hari pertama Taufan sebagai sulung bagi kelima adiknya. Dia telah membuat persiapan untuk melakukan tugasnya sejak semalam dengan bantuan Gempa. Karena kedua orang tua mereka berada di rumah sakit, Sepanjang hari, Taufan dan Gempa bertanggung jawab untuk membuat makanan bagi adik-adik mereka. Gempa menolongnya dengan membuat makan malam sementara Taufan mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat bekal bagi keempat adiknya.

Sejujurnya keempat anak itu bersikeras ingin pergi ke rumah sakit dan menjaga Halilintar, tetapi entah apa yang Gempa katakan pada mereka sampai mereka tenang dan tak lagi menuntut untuk dibawa ke rumah sakit.

Pukul 4 pagi, Taufan tersentak bangun karena suara alarmnya. Dia bergegas mematikannya sembari berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih melayang-layang. Taufan melirik ranjang Gempa dan menemukan adiknya masih terlelap dengan tenang. Sejujurnya kedua mata Taufan masih ingin menutupnya dan tertidur. Tetapi dia kembali disadarkan oleh tanggung jawabnya. Jadi meski masih mengantuk, Taufan melangkah turun dari tempat tidurnya secara perlahan. Padahalnya biasa dia hanya bangun untuk sholat subuh lalu kembali tidur.

Memasuki dapur, Taufan mulai berpikir jika dirinya harus lebih sering menghabiskan makanan yang dibuat oleh sang Ibu mulai dari sekarang.

Keempat adiknya yang masing-masing masih duduk di bangku kelas 2 SMP dan 4 SD, selalu dibuatkan bekal oleh sang Ibu. Taufan dan kedua kembarannya sendiri masih sering membawa bekal buatan Ibu mereka jika mereka meminta untuk dibuatkan pula. Menyiapkan bekal untuk 7 orang anak, kira-kira pukul berapa Ibunya bangun?

Menyiapkan bekal untuk Blaze dan Ice bukan masalah yang sulit. Hal ini karena kedua anak itu telah menginjak usia remaja dan tak lagi mempedulikan tampilan bekal mereka, namun bekal Duri dan Solar adalah cerita lain. Bekal keduanya harus memiliki tampilan yang menarik dan tak boleh sama. Taufan mungkin belum semahir Ibu mereka, tetapi setidaknya dia tau bagaimana cara membuat bekal tampil menarik bagi anak-anak seusia kedua adik bungsunya. Dia akan membuat bekal kedua adiknya setelah Sholat.

Pada hari ini, Taufan mendapat bantuan dari Gempa untuk membuat bekal keempat adik mereka. Gempa yang bertugas membuat bekal Solar dan Ice sementara Taufan membuat bekal Duri dan Blaze. Bekal Blaze hanya terdiri atas nasi putih, sosis goreng, telur orak-arik dan sayuran. Sementara bekal Duri harus berwarna dan ceria seperti adiknya itu.

Ada sosis goreng yang dipotong bentuk gurita dan diberikan mata berupa biji wijen hitam, nasi putih yang dibentuk menjadi ikan dengan cetakan, sayuran berupa wortel yang dipotong berbentuk bintang dan tomat ceri bersama brokoli rebus kesukaan Duri, telur dadar yang digulung dan dipotong tipis-tipis untuk memberi ilusi seperti mie, dan tak lupa udang dan disusun dengan rapi di bersama nasi. Membuat bekal Duri saja sudah memakan waktu lebih dari 1 jam, bagaimana jika Taufan membuat bekal serupa pula untuk ketiga adiknya yang lain?

Gempa jauh lebih kreatif dan cekatan dari dirinya. Bekal untuk Ice kurang lebih mirip dengan punya Blaze. Sementara bekal Solar adalah nasi yang dibentuk seperti karakter jamur dalam game Mario Bros, sosis goreng yang ditata untuk menjadi bunga, telur dadar dengan bentuk bintang, 3 nugget ayam berbentuk hati, sayuran terdiri atas wotel berbentuk bunga, brokoli dan tomat ceri.

Bekal untuk keempat adiknya telah siap berkat bantuan Gempa, mereka memasukkan masing-masing bekal ke dalam tas khusus yang biasa adik-adiknya gunakan untuk membawa bekal, pada tas ini terdapat nama masing-masing adiknya untuk mencegah mereka salah membawa tas saudara mereka. Walau warna tas memang sengaja dibuat berbeda satu sama lain.

Hal yang menyulitkan lainnya adalah membangunkan keempat adiknya. Biasanya Halilintar lah yang melakukannya. Kakaknya itu tidak seperti Taufan yang sehabis sholat langsung tertidur lagi. Halilintar akan mulai mempersiapkan segala kebutuhannya ke sekolah, membantu Ibunya memeriksa seragam adik-adiknya, lalu dia akan membangunkan Taufan dan keempat adik mereka. Gempa tak memerlukan Halilintar untuk membangunkan dirinya, dia tak tidur lagi setelah sholat, malah dia akan berada di dapur membantu Ibu mereka membuat bekal atau membuat sarapan.

"Kak, biar aku saja yang buat sarapan. Mending kakak bangunin adik-adik." Gempa berujar.

Diliriknya jam dinding di dapur yang kini menunjukkan pukul 5.43, Gempa benar. Taufan harus segera membangunkan mereka. Semoga saja adik-adiknya itu tidak sulit untuk dibangunkan pada saat-saat seperti ini.

Taufan memulai dari kedua adik bungsunya. Berdasarkan apa yang sering dia dengar dari Halilintar, Duri dan Solar lebih mudah dibangunkan dibanding Blaze dan Ice. Tetapi kesulitan mereka adalah terkadang seragam yang akan mereka kenakan malah tercecer entah kemana di dalam kamar mereka. Jadi Halilintar harus memberikan ekstra waktunya mencari seragam adik-adiknya.

Untungnya Taufan sudah mengakali hal ini dengan memeriksa kamar mereka kemarin malam. Dia telah menggantung seragam kedua adiknya di depan pintu lemari agar mereka mudah melihatnya.

Seperti yang diharapkan, Duri dan Solar bangun tanpa masalah. Mereka juga patuh untuk bergegas membasuh wajah mereka. Selanjutnya Taufan harus membangunkan Blaze dan Ice. Tantangan sebenarnya baru dimulai sekarang.

Memasuki kamar si kembar tengah, Taufan bisa mendengar dengkuran Blaze. Dia menyalakan lampu kamar, menemukan Blaze yang hampir terjatuh dari tempat tidur dengan gaya tidurnya yang berantakan sementara Ice tertidur lelap memeluk boneka paus kesayangannya. Taufan memulai dari Blaze. Dia mengguncang-guncang tubuh Blaze sambil memanggil namanya. Tetapi bukannya bangun, Blaze malah berguling menjauh dari Taufan dan beralih memeluk gulingnya. Tak menyerah, Taufan mencoba menggunakan cara Halilintar membangunkannya. Dia menyerah titik geli pada tubuh Blaze dengan harapan adiknya itu terbangun tetapi tidak juga. Blaze hanya terkikik lalu memukul tangan Taufan.

Oke, mungkin Blaze sangat susah dibangunkan. Maka mari bangunkan Ice dahulu.

Taufan beralih ke Ice. Dia melakukan hal serupa dengan yang pertama kali dia lakukan pada Blaze. Mengguncang-guncang tubuh Ice sambil memanggil namanya walau tak memiliki respon. Kemudian dia mencoba menggelitik Ice tetapi anak itu tetap tak membuka matanya. 

Astaga, bagaimana Halilintar selalu bisa membangunkan mereka?

Apa lagi yang dilakukan Halilintar untuk membangunkannya?

Ah!

Taufan bergegas keluar dari kamar Blaze dan Ice, berjalan ke kamar mandi dan mengambil setimba air. Saat Gempa melihatnya, dia bertanya apa yang ingin Taufan lakukan dengan air tersebut.

"Membangunkan Blaze dan Ice."

"Ha? Kak, jangan disiram mereka. Kasurnya kalau basah nggak ada yang jemurin nanti."

"Nggak disiram, Gem. Tenang aja."

Meski Gempa terlihat curiga, adiknya itu tak lagi mempermasalahkannya. Kini dia kembali memasak sembari menegur Duri dan Solar yang telah aktif berlarian.

Kembali ke kamar kedua anak tengah di rumah mereka, Taufan mulai memercik wajah Ice dengan air. Awalnya tak ada respon, tetapi lama kelamaan Ice mulai mengerutkan keningnya. Taufan pikir dia akan segera terbangun tetapi nyatanya tidak. Tak menyerah sampai disitu, Taufan membasahi telapak tangannya dan mengusap wajah Ice.

Ice akhirnya membuka mata dan menatap terkejut pada sekitarnya. Dia berkedip beberapa kali sebelum pandangannya tertuju pada air yang dibawa Taufan. Anak itu sepertinya memiliki trauma dibangunkan dengan air karena kali berikutnya Ice bergegas merapat ke dinding sambil menatap waspada pada air di tangan Taufan. Meski tak mengerti dan penasaran akan reaksi Ice, Taufan memilih untuk tidak membuang waktu dengan bertanya. Dia beralih pada Blaze yang masih terlelap.

Kembali dengan cara yang sama, Taufan membasahi tangannya. Namun kali ini dia tidak mengusap wajah Blaze tetapi menyentuh lehernya dengan tangannya yang basah. Adiknya tersentak karena dingin dari tangannya tetapi masih belum terbangun. Taufan kembali membasahi tangannya dan kali ini mulai mengusap wajah Blaze. Sama seperti Ice, Blaze terbangun dengan terkejut lalu menatap Taufan dengan pandangan mengantuk.

Taufan tersenyum senang, dia berhasil membangunkan keduanya. Taufan meletakkan timba berisi air di lantai kemudian menarik Blaze untuk duduk.

"Ice, jangan tidur lagi. Air nya masih ada lho."

Dari sudut matanya, Taufan bisa melihat Ice bergerak untuk duduk juga. Setelah dirasa keduanya berhasil menyadarkan diri mereka, Taufan menyuruh keduanya untuk bergegas membasuh wajah mereka lalu memulai sarapan sebelum bersiap untuk berangkat ke sekolah. Misi membangunkan keduanya telah berhasil, Taufan sendiri harus mulai bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Sebenarnya semua baik-baik saja sampai waktunya mereka akan berangkat ke sekolah. Duri mendadak mengatakan jika dirinya kehilangan kaos kakinya, sementara Blaze berlarian dengan seragam sekolah yang belum terkancing dengan benar. Ice telah berpakaian rapi tetapi melamun dan belum memakai sepatunya, dan Taufan belum melihat Solar.

Gempa telah menangani Duri dan Ice karena dialah yang lebih sering melipat pakaian mereka dan mengatur sepatu-sepatu mereka. Taufan harus mengejar Blaze yang katanya lupa memberi makan ayam-ayamnya agar anak itu mulai mengancing seragamnya dan berpakaian dengan rapi. Tak lama, Solar keluar dari kamar dengan wajah cemberut.

"Kenapa, Solar?" Taufan bertanya.

Solar menunjukkan dasinya yang belum terikat pada Taufan.

"Kak Taufan, ikatin."

"Lho? Solar belum tau cara ikat dasi?"

Solar menggelengkan kepalanya. Taufan bertanya tentang siapa yang biasa membantu Solar mengikat dasinya, kata si bungsu, Halilintar lah orang yang selalu membantunya mengingkat dasi. Ah.. kenapa Taufan tak pernah menyadari jika tugas Halilintar sebagai anak sulung sangat banyak dan dia masih memperhatikan detail kecil seperti ini.

Taufan mengambil dasi dari tangan Solar, mengalungkannya di leher sang adik dan mulai mengikat dasi sesuai dengan cara yang Ayah mereka ajarkan.

"Oke! Sudah!"

Solar memberikan ucapakan terima kasih pada Taufan lalu masuk kembali ke dalam kamarnya untuk mengambil tas sekolahnya. Saat Solar keluar, Taufan mulai mengabsen adik-adiknya dan memastikan mereka semua sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Keempat adiknya sudah berpakaian rapi dan membawa tas mereka juga bekal. Gempa sendiri sudah berada di garasi untuk memanaskan motor miliknya dan milik Taufan.

"Oke, Duri dan Solar ikut Gempa ya karena sekolah kalian searah. Blaze dan Ice ikut kakak."

Sejujurnya akan lebih mudah jika mereka mengunakan mobil Ayah mereka, tetapi baik Taufan maupun Gempa tak tau cara mengendarai mobil. Mereka tak pernah tertarik untuk belajar karena selama ini beranggapan jika mereka tak membutuhkannya. Hanya Halilintar yang tau bagaimana mengendarainya dan dia lah yang selalu mengantar keempat adik mereka jika Ibu atau Ayah sedang sibuk.

Kini Taufan menyesali keputusannya tidak belajar mengendarai mobil. Jika Halilintar keluar dari rumah sakit, dia akan meminta sang Ayah untuk mengajarinya membawa mobil.

Gempa, Duri dan Solar berangkat lebih dahulu. Sementara Taufan, Blaze dan Ice berangkat setelah memastikan rumah terkunci dan tak ada lagi yang tertinggal.

Pagi hari pertama Taufan sebagai sulung berakhir dengan baik walau ada beberapa kekacauan. Dan ya, dia memiliki firasat tak akan semudah itu dia melalui hari ini sebagai sulung.


tbc~

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 51.9K 100
Hunter called himself an archaeologist, but he was a modern day treasure hunter. Tiyana was a scientist devoted to her craft. They were passionate pe...
372K 9.8K 46
☝🏻 TO BE REVISED ☝🏻 How can you express your feelings when you don't even know you have that kind of feelings to that particular person? It's very...
121K 7K 101
"Not in front of my tea." Guess which simp created a new book. Yes me, Manyee. DISCLAIMER: SOME QUOTES FROM PINTEREST, GOOGLE, REDDIT, ANY OTHER WEBS...