✪✩✪
Maela dan Leona berbelanja di supermarket karena kebutuhan rumah Maela sudah habis di kaci maupun kulkas. Maela memberikan catatan kepada Leona agar gadis berbadan mungil itu bisa membantu Maela membeli makanan. Masing-masing berpencar ke rak berbeda sesuai dengan benda yang di cari.
Di rak khusus susu bayi maupun susu ibu hamil, Leona salah fokus melihat seorang wanita memakai rok panjang sampai bawah lutut dengan rambut hitam pekat terurai indah. Wanita itu sedang memilih susu hamil untuk usia kandungan 6 bulan. Wajah nya tertutup surai hitam panjang, jadi Leona tidak melihat pasti wajah wanita itu. Leona tersenyun melihat wanita di samping nya, ia tahu betapa bahagia nya wanita itu karena saat ini ia akan memiliki calon keturunan. Leona beranggapan menjadi seorang ibu itu sangat bahagia. Meskipun pusing memikirkan seluruh kebutuhan bayi, tapi Leona suka dengan bayi.
"semoga ibu dan anak nya sehat selalu" monolog Leona dalam hati. Kemudian ia melanjutkan pekerjaan nya.
"permisi, ini? ini leona?" celetuk seorang perempuan di belakang Leona.
Mendengar nama nya di panggil, Leona berbalik badan dan serentak berteriak, "hey! jasellyn?!" ucap nya terkejut.
Benar, wanita hamil yang Leona lihat tadi adalah teman sekelas Leona yang sudah lama di keluarkan dari sekolah karena kasus penyebaran video porno di sesoial media. Kali ini Leona bertemu Jasellyn dalam keadaan sungguh malang. Wajah cantik nya berubah menjadi kacau, tubuh yang dulu berisi kini kurus dan banyak bekas luka di lengan nya.
Leona melihat ke sekujur lengan Jasellyn lalu memegang wajah pucat nya, "jase! ada apa sama diri kamu?" tanya nya.
Jasellyn menetes kan air mata kesedihan, "gue terpaksa nikah muda karena hamil duluan, selama nikah suami gue kasar, dia selalu mukul gue bahkan gak pernah peduli sama gue, dia lebih mentingin minum di bar sama temen daripada urus gue sebagai istri nya" jelas nya dengan lirih, bahkan suara nya hampir tidak di dengar.
"jase, apa yang buat diri kamu sampai kaya gini? di umur segini kamu harus nya raih prestasi bukan mengandung anak" ujar Leona dengan ekspresi sedih.
Jasellyn menghela nafas kasar, "gue salah pergaulan, gara-gara cery gue jadi kebablasan kaya gini, gue mau mati rasanya!" ia duduk bersimpuh di lantai sambil menangis sesenggukan tak henti-henti.
Leona dengan cepat memeluk tubuh malang Jasellyn, "jase! kamu gak boleh ngomong gitu! kamu kuat, aku yakin kamu bisa lewatin cobaan ini" ucap nya menenangkan.
Leona mengangkat badan Jasellyn dari lantai, "ayo cerita sama aku, kamu lagi hamil, kamu gak boleh nyimpen masalah sendirian" ucap nya, Jasellyn mengangguk sambil menghapus air mata nya.
Leona mengajak Jasellyn duduk di bangku putih yang ada pada supermarket tersebut. Ia meminta Jasellyn menceritakan semuanya agar pikiran nya tidak terganggu karena memendam masalah.
( ... )
"berat banget cobaan kamu, jase. kamu lagi hamil, suami kamu gak peduli, orang tua kamu cerai dan gak ada yang peduli sama kamu?" ujar Leona setelah mendengar keseluruhan cerita kehidupan Jasellyn.
Jasellyn mengangguk, "mereka cerai saat gue belum ceritain kalo gue hamil, jadi pas gue bilang dan mutusin di nikahin, mereka sama sekali gak peduli sama gue. mereka kecewa punya anak perempuan bajingan kaya gue, gue capek, gue pengen mati aja kalo kaya gini, gue hidup gak guna!" ia menjambak rambut nya berkali-kali.
Leona menarik tangan Jasellyn agar ia berhenti melukai diri nya sendiri, "jase, ini cobaan dari tuhan, kamu gak boleh nyerah gitu aja, kamu hebat" ucap nya mencoba menenangkan hati Jasellyn.
Jasellyn menunduk dan menangis sesenggukan. Ia benar-benar rapuh saat ini, tidak ada yang bisa mengerti keadaan nya selain diri sendiri. Lelah, menyerah, gagal, bersalah, sakit, perih, semuanya ia rasakan dalam satu tubuh.
Leona melihat bekas luka goresan silet dari tangan kanan Jasellyn, "jase, kamu silet tangan kamu? lihat! banyak banget, jase!" ia mengecek tangan Jasellyn yang penuh bekas luka.
"gapapa, ini gak sebanding dengan rasa sakit yang gue alami sekarang" sanggah Jasellyn.
"tolong berhenti lakuin ini ya? kalo kamu ngerasa gak baik-baik aja di mental, kamu bisa cari psikolog daripada harus silet tangan kaya gini, oke?" lirih Leona.
Jasellyn mengangguk, "oke, gue bakal lakuin pemeriksaan ke psikolog, makasi ya, leona" ucap nya dengan senyum tertekan. Leona mengangguk lalu tersenyum.
"leona, lo sekarang lebih bersinar dari sebelumnya, lo cantik dan keliatan banget aura pinter, lo ketua osis kan di earth school?" tanya Jasellyn.
Leona mengangguk, "iya, aku ketua osis sekarang dan aku mulai mencoba percaya diri, lalu ini lah hasil nya" ia tersenyum.
"gue yakin lo udah punya pacar kan? hahaha" tawa Jasellyn.
"gue pacar nya!" teriak Maela dari arah belakang Leona, ia berjalan mendekat ke kursi yang di duduki Leona.
Jasellyn tertegun, ia mengulum bibir nya setelah melihat kedatangan Maela ada disana.
Maela merangkul pundak Leona, "pacar gue cantik kan?" tanya nya.
Jasellyn mengangguk, "cantik, cantik banget kaya bidadari" puji nya pula.
Leona menepuk tangan Maela yang ada di pundak nya, "kakak udah selesai belanja nya?" tanya nya.
Maela mengangguk dua kali, "sudah, sayang. kamu dari tadi aku cariin ternyata disini sama jasellyn" ia menatap Jasellyn yang juga menatap nya dari tadi.
"lyn, lo hamil?" tanya Maela kepada Jasellyn.
Tentu saja Jasellyn mengangguk tanpa mengucapkan kata apapun.
"gue turut prihatin sama kondisi lo sekarang, jaga kesehatan lo dan bayi lo, jangan berpikiran buat gugurin bayi itu atau lo bakal nanggung dosa yang lebih besar dari ini, paham?" tegas Maela.
Jasellyn mengangguk, "iya, kak" jawab nya pelan.
Maela menoleh ke Leona, "lena, ayo pulang!" ajak nya.
Leona mengangguk lalu berdiri, "jase, aku pulang duluan ya sama kak maela, jaga diri baik-baik" ucap nya.
Jasellyn berdiri juga, "hati-hati ya, na, gue bakal jaga diri baik-baik kok" jawab nya.
"gue permisi duluan, lyn" ujar Maela sambil memberi senyum segan, Jasellyn hanya mampu mengangguk.
Lantas Leona mengambil troli yang ia letakkan di samping kursi nya. Lalu ia merangkul lengan Maela dengan manja.
Maela dan Leona perlahan pergi dari tempat mengobrol tadi sambil membawa troli berisi belanjaan nya hari ini. Tiba-tiba Leona berhenti melangkah sebab tangan nya di tarik seseorang, yaitu Jasellyn.
Leona menoleh dan Jasellyn segera berkata, "maafin gue sama keempat temen gue waktu gue masih jadi temen sekelas lo, gue tau ini karma buat gue karna udah ngebully lo dan chaithania sampai segitunya, gue minta maaf atas nama gue dan keempat lainnya" ujar nya.
Leona tersenyum, "aku udah maafin kalian, semoga hidup kalian selalu baik-baik aja" ucap nya.
"makasi, leona. dan... kak maela, gue juga minta maaf karena udah sakitin pacar kakak" ucap nya lirih sambil menatap Maela.
Maela datang ke depan Leona dan melerai tangan Jasellyn dari tangan sang kekasih, "gue maafin semua kesalahan lo, sekarang pikirin semua kesalaha lo di masa lalu dan coba buat kebaikan, tuhan akan adil sama orang yang mampu berbuat kebaikan bersama sesama manusia" nasehat nya.
Jasellyn mengangguk, "terimakasi banyak, kak. gue akan coba lakukan itu" ucap nya.
Maela menepuk sekali pundak Jasellyn, "gue pamit" ujar nya, Jasellyn pun mengangguk untuk kesekian kali nya.
Maela kembali mendorong troli nya dengan Leona. Mereka meninggalkan Jasellyn yang masih setia berdiri disana sembari memandang punggung kedua sejoli bahagia itu.
•••
Maela dan Leona tengah berkumpul di dapur sambil membaca resep kue yang akan di buat. Ayah Maela datang bergabung ke meja dapur, ia melihat kedua gadis itu sangat fokus membaca resep kue. Pria berkumis tipis itu mengambil sebuah cangkir dan menuangkan americano ke cangkir. Kemudian ia duduk di depan Maela dan Leona sembari meneguk sedikit demi sedikit americano nya.
"kakak, kita buat rasa vanilla atau strawberry?" tanya Leona kebingungan dengan rasa kue yang akan di buat.
"gimana kalo vanilla? bahan nya lumayan gampang daripada yang strawberry" usul Maela.
Leona mengangguk setuju, "ayo buat!" ajak nya.
Leona berdiri lalu di susul dengan Maela. Keduanya menyiapkan bahan di atas meja. Kemudian menyampurkan setiap bahan sesuai pada resep yang tertera di buku.
"kue nya sisain buat ayah ya hehehe" cengir ayah Maela.
"apa sih yang nggak buat ayah?" balas Maela sambil tersenyum.
Ayah nya berdiri dari kursi, "bisa aja! ya udah lanjut bikin kue nya, ayah balik ke ruang kerja" ucap nya.
Maela mengangguk sembari menyampur tepung, "oke, ayah!" seru nya.
Ayah Maela menaiki satu per satu hingga sampai ke kantor pribadi nya.
Sementara dua gadis di dapur, mereka masih dalam proses pembuatan vanilla cream cake nya. Mereka mencampurkan setiap bahan secara perlahan dan penuh ketelitian. Sesekali membaca panduan dari buku resep.
Satu jam kemudian.
TING!!
"kakak! kue nya udah mateng!" teriak Leona dari dapur memanggil Maela yang sedang memanen sayuran di halaman belakang.
Maela segera muncul di hadapan Leona sambil membawa dua keranjang sayuran segar yang baru di petik. Ia meletakkan keranjang sayuran tersebut di bawah meja makan untuk sementara waktu.
Kemudian ia mengambil sarung tangan khusus oven. Maela mengeluarkan kue yang sudah matang sempurna itu dari over secara perlahan karena panas.
"lena, tolong ambil nampan bundar di rak piring, aku mau pake itu buat kasi cream vanilla nya" peritah Maela sembari ia fokus mendinginkan kue menggunakan kipas manual.
Leona mengangguk menyiyakan. Lantas ia mengambil nampan di tempat yang sudah Maela bilang beberapa detik lalu.
Leona memberikan nampan bundar itu kepada Maela, "ini, kak" ujar nya.
Maela mengambil nampan tersebut sambil tersenyum sekilas ke Leona, "terimakasi, sayang ku" ucap nya.
Leona mengangguk dengan wajah bersemu merah seperti tomat matang. Padahal sudah sering ia di sebut "sayang ku" oleh Maela, tetapi sampai saat ini ia masih tidak bisa menahan rasa salah tingkah nya. Ah, Kak Maela ini memang rada bahaya buat hati.
25 menit kemudian.
"taadaa! the vanilla cream cake by maela and leona is done! this is the time to eat it together!" seru Maela sambil mengangkat kue tinggi-tinggi di atas kepala nya. Kue dengan beluran cream vanilla segar di tambah potongan buah stoberi merah pada atas kue.
Leona bertepuk tangan saat Maela meletakkan kue buatan mereka di atas meja, "lucu banget! aku suka!" ujar nya memuji antara kue atau pacar nya.
Maela mendekatkan wajah nya ke Leona, "hm? siapa yang lucu dan siapa yang kamu suka?" goda nya.
Leona membuat senyuman melengkung ke bawah, "kakak maela, siapa lagi?" ucap nya, pipi nya langsung berubah merah muda.
Maela tertawa kecil untuk menahan salah tingkah nya, "ah udah-udah! kita potong kue lalu kasi ke ayah dan bungkus dua kue" ucap nya.
Leona mencebikkan bibir nya bingung, "bungkus dua kue? buat apa?" tanya nya.
Maela memotong dua kue dengan ukuran sama rata, "buat persembahan ke makam ibu aku dan nenek kamu" jelas nya.
"woah... kakak inget juga sama nenek aku? betapa baik nya pacar aku, nenek aku pasti juga sayang sama kakak" puji Leona dengan mata berbinar memandang wajah samping Maela.
Maela mencubit hidung Leona, "pasti aku inget. ini, piring ini kasi ke ayah" ia memberikan piring bundar putih ukuran sedang berisi kua di atas nya.
Leona mengangguk, "okey! kakak tunggu aku ya!" ucap nya, kemudian ia berdiri dengan senyuman yang masih melekat pada wajah nya.
"iyaaaa, sayangg!" teriak Maela menjawab ucapan Leona tadi.
Leona dan vanilla cream cake nya sampai ke kantor pribadi ayah Maela. Atas ijin pemilik ruangan, Leona masuk ke dalam dengan sopan santun.
"ayah, kue pesenan ayah ada di meja" ucap Leona setelah meletakkan piring kue di atas meja kerja ayah Maela.
Ayah Maela tersenyum kepada Leona, "terimakasi, cantik" ucap nya.
"em... ayah, aku dan kak maela mau ke makam ibu dan nenek aku, boleh?" tanya Leona.
Ayah Maela mengangguk setuju, "boleh, sayang" jawab nya.
"makasi, ayah. aku permisi ya" ujar Leona.
Setelah itu, Leona keluar dari kantor pribadi ayah Maela. Begitu ia turun, ia melihat Maela sudah siap dengan keranjang berisi persembahan yang akan di berikan kepada almarhuma ibu Maela dan nenek Leona.
"ayo!" ajak Maela.
Leona mengangguk, "okey!" ia datang merangkul lengan Maela.
•••
Maela dan Leona berdoa beberapa menit pada makam atas nama Starla Madame Leayndri. Setelah selesai, Maela meletakkan susu sapi segar dan kue vanilla di depan nisan sang ibu.
"selamat siang, ibu. ela datang lagi kesini, ela bawain dessert kesukaan ibu. ibu tau? hari ini pacar ela juga dateng, lena adalah wanita kedua tercantik setelah ibu" ucap Maela sambil menatap wajah Leona.
"ibu kakak cantik banget, senyum nya mirip kakak" puji Leona, senyum terukir indah pada wajah nya.
Maela memberikan senyuman ke Leona.
Maela menggenggam jari-jari tangan Leona, "ela dan lena pacaran nya udah 5 bulan, ela paling lama dan paling serius sama lena, doain kita bisa selamanya ya, bu?" lirih nya.
"lena sayang ibu seperti kak maela sayang ke ibu" balas Leona.
Usai dengan makam ibu Maela, kini mereka berpindah ke makam nenek Leona yang letak nya tak jauh dari makam ibu Maela tadi.
Limme Jasmine
was born : 23 Maret 1937
was died : 19 Agustus 2017
Maela dan Leona duduk bersimpuh di depan batu nisan seorang wanita lansia membawa dua kucing putih dan oranye di kedua sisi tangan nya. Nenek Leona seorang pecinta kucing, batu nisan berisi foto nya pun berbeda dari yang lain. Bahkan sebelum almarhuma nenek Lim meninggal, beliau sudah berpesan agar foto di batu nisan nya nanti harus foto saat ia menggendong kucing-kucing kesayangan nya.
Leona menghusap debu yang menutupi wajah cantik sang nenek. Kemudian Leona meletakkan kue vanilla di sertai kopi hitam di depan batu nisan Limme Jasmine.
Leona dan Maela mendoakan almarhum sama seperti saat mereka berdoa kepada ibu Maela. Di sambung dengan bercerita tentang kehidupan Leona saat ini kepada sang nenek. Tawa dan air mata menjadi satu ketika bisa mengobrol bersama nenek nya setelah sekian lama tidak berkunjung.
Leona juga bercerita tentang hidup nya bersama Maela. Leona bercerita seakan sang nenek benar-benar ada di hadapan nya. Merasa lega bisa curhat sebanyak ini kepada sang nenek dan melepas rindu. Rindu mampu merubah segalanya, foto yang membeku saja mampu terasa seperti seorang dalam foto itu membalas setiap cerita Leona. Foto hanya foto yang hanya tertinggal kenangan, sedangkan badan kasar nya sudah pergi entah kemana.