"Sampai jumpa dan terimakasih atas konfirmasi bayarannya" ucap karina tersenyum sembari berjabat tangan.
"Kalau begitu saya permisi dahulu" setalah mengatakan itu ia melangkah maju, meninggalkan rumah tersebut sembari melihat cek bank miliknya bertuliskan Rp. 5.500.000.000.
Akhirnya kini ia memiliki uang, walaupun dari hasil penjualan rumahnya.
Karina menyilangkan tangan dengan mata menatap villa barunya yang lebih terpencil, dikelilingi oleh pepohonan dan berjarak 45 menit dari pusat jakarta.
Sebenarnya karina sedikit mempertimbangkan untuk membeli villa di wilayah lebih terpencil. Namun, ada hal yang harus ia lakukan di ibu kota, dan lokasi ini sepertinya cocok.
Di dalam villa yang luas, ia merenungkan rencana-rencana masa depannya. Ia memvisualisasikan bagaimana tata ruang villa ini akan diubah sesuai dengan keinginannya.
Renovasi halaman belakang menjadi prioritas utama, dengan pembangunan dinding yang lebih kuat disertai penambahan berbagai jebakan, pemasangan generator surya serta pembangunan gudang yang luas dengan sistem pendingin dan penyediaan air yang memadai.
Semua itu direncanakan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi dirinya untuk bersantai di hari kiamat.
Dihalaman belakang villa barunya, ia melatih kebugaran fisik dan kemampuan bertarungnya. untuk mempersiapkan hal-hal yang akan terjadi dimasa depan.
Namun baru beberapa menit berlatih, ia sudah kelelahan, keringat bercucuran deras membasahi wajah merahnya. Ia hanya dapat menghela nafas lelah dan sangat merindukan fisiknya yang kuat di masa depan.
Deringan ponsel membuat ia berhenti berlatih, tanpa melihat penelpon ia langsung mengangkatnya dan mendekatkan ke telinganya.
"Udah gua transfer, lu berani pinjem, berani juga bayar tepat waktu. Kalo ga, siap-siap aja!"
"Tenang ae gue pasti bayar tepat waktu" ucap Karina langsung menutup telepon, dengan senang lalu mengecek saldo masuk di handphone nya.
"Ah sayang banget totalnya cuma bisa dapet 50 juta " dengusnya pelan setelah ia berhasil meminjam dari total delapan rentenir, lagi pula dua bulan lagi ia tidak harus membayar kembali uangnya.
Dikarenakan merasa cukup lelah, ia berhenti berlatih dan mengeluarkan selembar kertas yang ia simpan, berisi hal-hal yang ia harus lakukan.
....
Malam hari tiba, karina mulai mengendarai jeep nya membelah kota jakarta, dengan kecepatan penuh ia menuju salah satu kasino terkenal di ibu kota.
Dengan kemampuan bertahan hidup di situasi yang sulit selama 10 tahun, ia yakin akan mendapat banyak uang, di karenakan pada zaman pasca apokaliptik judi sudah menjadi makanan sehari harinya yang telah ia tekuni.
Setelah Karina tiba di kasino, dengan langkah percaya diri ia memasuki ruangan tersebut.
Meskipun bukan seorang model atau selebriti, kecantikannya menarik perhatian beberapa orang di sekitarnya.
Setelah menemukan spot penukaran, Karina langsung duduk untuk menukarkan uang tunainya dengan chip kasino berwarna warni.
Dengan pengalaman bertahan hidup di situasi sulit selama sepuluh tahun, Karina yakin bahwa dia memiliki keunggulan dalam menghadapi permainan ini.
Dengan cermat dan kehati-hatian, ia memulai permainannya. Ia menggunakan pengetahuan dan kecerdasannya untuk membuat keputusan yang tepat dalam setiap taruhan yang dia lakukan.
Meskipun permainan ini penuh dengan ketidakpastian, Karina tetap tenang dan fokus pada tujuan utamanya, untuk memenangkan sebanyak mungkin uang.
Waktu berlalu tanpa terasa, dan Karina tetap asyik dengan permainannya. Ia terus mengamati pola permainan lawan-lawannya, mencari celah dan kesempatan untuk mengambil keuntungan.
Dalam waktu yang relatif singkat, ia berhasil mengumpulkan sejumlah besar kemenangan.
Namun, ia juga sadar akan risiko yang terkait dengan judi. Dia tidak terlalu terpaku pada kemenangannya dan memastikan untuk tidak terlalu terbawa emosi. Setelah beberapa jam bermain, ia memutuskan untuk berhenti.
Meskipun masih ada peluang untuk mendapatkan lebih banyak uang, ia tahu pentingnya untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menghentikan permainan.
Ia melirik pada sejumlah uang yang cukup lumayan, dengan langkah percaya diri ia meninggalkan kasino dengan senyum puas di wajahnya.
Saat kakinya melangkah keluar, tiba-tiba terdapat dua orang pria berbadan besar Serta dipenuhi banyak tato, sedang merentangkan tangan, menghentikan langkahnya.
Ia pun kesal dan memelototi kedua pria itu, menunjukan emosi permusuhan.
"Kamu, wanita muda!" teriak seorang pria tua yang mungkin berusia sekitar lima puluhan dengan suara yang menggema di ruangan itu.
"Saya dengar kamu memiliki keberuntungan yang luar biasa malam ini. Tapi apakah kau berani menghadapi tantangan yang lebih besar?"
"Siapa anda?, jika tidak ada urusan saya pergi " ucap karina berbalik menatap pria tua itu.
"Mengejutkan penjudi yang hebat seperti mu tidak mengenali wajah saya"
"Saya tidak punya waktu meladeni" dengan nada acuh sembari mempersiapkan pisau mini di lipatan celananya.
Pria tua itu melirik pisau di belakan karina "Tunggu, saya hanya merasa tertarik dengan kemampuan mu, mengejutkan seorang wanita muda berani ke tempat ini sendirian dan sepertinya kita belum pernah bertemu"
"Jangan berbasa basi!" Ucapnya malas
"Dengarkan baik-baik, wanita muda, saya hanya ingin mengajak berjudi bersama" lanjut pria tersebut sambil
menatap Karina dengan tajam, "Jika kamu menang, kamu boleh meminta apapun yang diinginkan. Tapi jika kalah, kamu harus menyerahkan semua uang yang kamu menangkan malam ini, bagaimana?."
Saat kata-kata sang pria tersebut bergema di dalam ruangan, suasana tegang semakin terasa.
"Ahh, nasibnya sungguh sial karena bertemu tuan Peter"
"Saya rasa gadis itu dapat memenagkannya, lihat saja tas penuh uang itu"
"Dia menang karena melawan para antek bukan sang bos"
"Bagaimana bertaruh? Dua puluh chip merah untuk wanita cantik itu"
"Hahaha, 35 chip untuk tuhan Peter"
Karina merasakan tekanan yang begitu besar di pundaknya setelah mendengar bisik bisik para penjudi. ia merasa pria tersebut bukan berlatar belakang biasa dan ia sekilas tau ada sebuah pistol tersembunyi dibalik jas mahal yang pria itu kenakan.
Keningnya berkerut apakah ia harus meladeni atau langsung bunuh saja. Namun, ia sekali lagi melihat sekeliling, banyak orang-orang berbadan besar sehingga tidak mungkin ia melawan sendirian. Situasi tidak menguntungkan ini, sangat membuat nya kesal.
"Baik saya akan menerima tantangan, dan jangan mencoba untuk berbohong"
Dengan langkah mantap, mereka memasuki ruang permainan sekali lagi.
Karina merasakan tatapan penonton yang memenuhi ruangan itu menuju kearahnya, menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Pria tua tersebut tersenyum meledek, meremehkan Karina. Namun, di dalam hatinya, ia merasa terdorong oleh semangat dan kepercayaan diri yang membara.
"Tantangan kita sederhana" kata sang pria tua sambil menunjuk ke atas meja permainan, di mana satu set kartu sedang disusun.
"Kamu harus menebak dengan benar kartu mana yang akan ditebakkan di atas meja"
"Jika kamu berhasil, saya akan mengabulkan permintaan mu. Tetapi jika kamu gagal, kamu harus menyerahkan semua yang kamu miliki."
Karina menyadari bahwa taruhan ini sangat besar, tetapi dia tidak ragu sedikit pun. Dia merasa yakin bahwa dia memiliki kemampuan untuk berhasil.
"Kamu memiliki pertanyaan? wanita muda, saya akan mengizinkan mu terlebih dahulu" ucap pria tersebut sambil tersenyum sinis.
Karina menatap setumpuk kartu di atas meja dengan tajam. Dia merenung sejenak, merasakan energi perjudian yang mengalir di dalam dirinya. Tanpa ragu, ia menunjuk ke sebuah kartu.
"Kartu itu, sepuluh hati " ucap Karina dengan suara yang mantap.
Dengan jantung berdebar, semua mata di ruangan itu tertuju pada meja permainan, Ia dengan tenang membalikkan kartu yang telah dipilih.
Tiba-tiba, ruangan itu terdiam.
Kartu yang terpilih adalah yang tepat
Sebuah sorakan bergema di ruangan itu.
"Ngomong ngomong saya belum tau nama lawan saya" ucap pria tersebut mencoba melepas fokus karina.
"Saya karina" ucap karina acuh tak acuh
Karina membuka kartu dan itu bener
"karina itu nama yang bagus"
"Ah saya juga akan mengenalkan diri, nama saya peter Nelson pemegang saham terbesar NLS compay"
Setelah mendengar nama persahhan tersebut karina terdiam sesaat .
"Lanjutkan kenapa kau terdiam, apakah kau menyadari sesuatu"
Mendengus "Ah hanya penasaran apa yang dilakukan oleh seorang konglomerat di bar judi terpencil ini" ucapnya menekan sembari tersenyum miring tipis.
Ia terus membuka kartu tersebut dengan benar namun beberapa menit kemudian karina salah menebak.
"Hah sepertinya saya salah menebak, sepertinya ini giliran anda" ucap karina dengan senyum meremehkan.
Peter mengangkat alisnya melihat kesalahan yang dibuat karina. Peter pun tersenyum "Bukankah mengatur sebuah perusahaan adalah sebuah perjudian?"
Giliran Peter mulai menebak setelah menebak seperti tanpa kesulitan, Peter terus menebak namun setelah beberapa kali tanpa melakukan kesalahan kali ini ia menebak dengan salah.
Mengabaikan ucapan peter "Ah sepertinya sesi anda sudah berakhir" ucap karina memulai gilirannya
Tadi ia sempat teralihkan dengan fakta bahwa ia bertanding dengan pemegang saham terbesar NLS company, meskipun identitas pria tua tersebut tidak sederhana namun ia tak menyangka akan bertemu seorang pemegang saham perusahaan besar di di negaranya, perusahaan yang bahkan tetap memiliki pengaruh saat dunia pasca appocaliptik.