Haii...
Happy reading 🍒
•••
Setelah mengucapkan itu, Saputri menganggap nya hanya bualan saja tetapi Syani mengungkapkan yang sebenarnya.
"Bunda serius, maafin bunda. bunda gak bisa nutupin ini semuanya sayang." begitu terkejut sampai Saputri menjatuhkan kotak kalung tersebut kelantai.
"Bunda bohong kan?" ucapnya, suaranya bergetar menahan tangisannya sambil air matanya jatuh membasahi pipinya.
Syani ikut menangis sambil menggelengkan kepalanya, lantas Syani memeluk nya dengan erat.
Saputri menangis di dekapan bundanya, berusaha Syani menenangkan putri nya supaya mendengar kan penjelasannya.
"Suttt, gak boleh nangis. bunda juga punya maksud dari balik ini semua, bukan kamu saja yang sakit semua abang kamu sakit melihat kelakuan papah mu itu." ucap Syani.
"Bunda tau kamu sakit hati sama bunda, tapi bunda lebih sakit dari pada yang kamu rasakan sekarang." Saputri tidak menjawab ia hanya menangis.
Setelah tangisannya mereda, Syani melepaskan pelukannya lalu menghapus air matanya.
"Gak boleh sedih ya, kamu masih punya bunda sama bang Aksel dan bang Leo."
"Tapi...bunda kok pengen pisah sama papah?" ucap Saputri dengan isak tangisannya.
"Papah kamu selingkuh, semenjak ada projek di luar kota papah kamu berubah, bunda tahu bahwa dia selingkuh bahkan yang paling miris, papah kamu menghamili selingkuhan nya." terus terangnya.
Seakan tertimpa dengan batu besar, Saputri lemas saat mendengar penjelasan dari bundanya.
Jadi selama ini papahnya hanya pura-pura baik di depannya? nyatanya ia telah memberikan luka kepada bundanya.
Saputri memeluk bundanya, lalu ia menangis begitu kencang sehingga Leo terkejut mendengar adiknya menangis.
"Kenapa dek?" tanyanya, Syani melihat Leo dengan tatapan herannya lalu menyuruh nya untuk pergi.
Tanpa lama Leo langsung pergi ke kamarnya, ia sudah tahu dengan keadaan adiknya pasti bundanya memberi tahu yang sebenarnya.
"Saputri benci!! bunda maafin Saputri." Teriaknya sambil menangis.
"Udah jangan nangis, nanti cantiknya ilang sayang." ucapnya.
Saputri mengangguk sambil terisak-isak, ia mengangguk lalu menghapus air matanya.
"Iya, Saputri gak akan nangis lagi. Saputri akan balas semua kejahatan papah."
"Gak boleh, bunda gak mau anak bunda seperti itu. biar kan saja nanti juga papah mu kena karma." ucap Syani sambil mengusap bahu Saputri.
Setelah acara menangis, Leo langsung menghampiri kembali mereka. sudah tidak sabar ia memakan makanan favorit nya.
...
Fira janji tidak akan menjadi pembantah lagi, ia juga sudah tersadar dengan perbuatannya waktu malam.
Bahkan Fira merasa sosok dulu yang selalu menurut kepada bundanya sekarang tidak ada lagi sosok itu, entahlah mungkin seiring waktu ia akan berubah atau tidak.
Siang menjelang sore, Fira membantu bundanya bikin kue pesanan. syukurlah mereka sudah baikan seperti semula.
Fira sudah meminta maaf, dengan lapang dada Nira memaafkan nya karena ia juga merasa bersalah telah berbuat kasar kepada anak semata wayangnya.
"Bunda nanti besok Fira anterin, sekalian mau berangkat sekolah." ucapnya.
"Gak papa, bunda aja yang anterin lagian pesanannya gak terlalu banyak." Fira mengangguk, lalu ia duduk di sopa dan di susul oleh Nira.
"Gimana persiapan ujiannya? udah belum?" Nira bertanya sambil menonton televisi.
"Belum sih bunda, tapi setelah ini Fira belajar kok lagian bentar lagi Fira lulus." terus terangnya.
"Nanti kalo kamu udah lulus kamu mau kuliah atau kerja?"
Seketika Fira diam, itulah yang ia bertumbangan kan selama ini. itu pilihan yang menyulitkan.
"Gak tau, tapi pengennya kerja aja." Nira mengangguk setuju lalu ia memegang telapak tangan Fira.
"Bunda gak maksa buat kamu kerja, bunda pengen kamu kayak teman-teman kamu, tapi kalo kamu gak mau kuliah bunda gak maksa kok." ucapnya.
Tatapan Nira begitu tulus, membuat Fira terharu saat mengobrol dengan bundanya, raut wajah Nira banyak sekali kesedihan dan kecemasan selama ia hidup bersamanya.
"Fira yakin, Fira pengen kerja aja biar banyak uang. kita buktikan bahwa kita bisa bangkit dari masa lalu yang kelam itu..." ucapnya.
Nira tersenyum, lalu mengusap-usap bahu Fira. semua kenangan masa lalu ia akan melupakan nya.
"Bentar lagi magrib, sana solat dulu." titahnya, Fira mengangguk lalu beranjak dari duduknya untuk ke kamarnya.
...
Sebentar lagi Marvendo sebuh, tidak ada lagi kesedihan di wajah sang ibu. tidak lupa Alicia turut senang melihat kekasihnya sudah sembuh.
"Ibu telpon dulu ayah kamu, bentar lagi kamu pulang sayang." ucap Anysa.
Tidak lama sekitar sepuluh menit sang ayah sudah ada di rumah sakit, memang rumah nya tidak terlalu jauh dengan rumah sakit.
Ternyata Alicia juga datang dengan membawa buket bunga, dan ternyata di sebelah nya adalah Pina.
Tidak salah bahwa Pina datang untuk menjenguk Marvendo, memang sedikit ada paksaan dari Alicia, awalnya Alicia hanya mengajak nya untuk membeli buket tetapi setelah tau Alicia memaksanya.
Marvendo berharap ada Fira, tetapi sayangnya hanya Pina saja yang menjenguknya.
"Sayang, ini buat kamu." ucap Alicia, Marvendo tersenyum lalu meletakkan bunga tersebut di atas nakas meja.
Pina tersenyum canggung ke arah Marvendo, sedangkan Marvendo menatapnya dengan tatapan datar.
"Sial, gue tonjok tuh muka lo!" batin Pina, begitu kesal sehingga Pina mengumpat kasar.
"Eh tante,om. kenalin ini teman Alicia." ucap Alicia mengenalkan Pina kepada kedua orang tua Marvendo.
"Kenalin nama saya Pina, temannya Alicia." ucap Pina.
Anysa tersenyum, "cantik ya, kayaknya kamu masih kecil deh." ucapnya.
"Gak tante." ucap Pina tak enak, memang ia sering kali di sebut masih smp nyatanya ia sudah berusia delapan belas tahun.
Memang Pina memiliki wajah yang imut dan baby peach, tetapi tidak dengan tingkat laku nya.
"Kayak mirip deh sama Alicia." ucap Darma---ayah Marvendo.
"Gak kok om, memang sih Alicia sering di sebut mirip sama Pina."
"Loh,loh.. perasaan gak kok." batin Pina, memang sudah terbiasa Alicia selalu cari pencitraan kepada siapapun.
Tiba-tiba handphone Pina berdering, Pina heran kenapa Billa menelpon nya tidak seperti biasanya ia menelpon dirinya.
Pina permisi untuk mengangkat telpon sebenar, sudah menemukan tempat yang aman Pina langsung mengangkat telpon nya.
"Halo, ada apa Bil?" ucap Pina dalam telpon.
"Bantu gue, tolong."
"Lo kenapa? bilang sama gue?"
"Gak bisa sekarang, cepetan gue ada di gudang apartemen abang---"
Seketika sambungan telponnya terputus, terdengar begitu mendesak saat Billa meminta tolong kepadanya.
Seperti ada seseorang yang akan menculiknya atau mengancam nya, tanpa basa-basi Pina langsung menghampiri Alicia untuk pamit.
Pina tidak bisa berlama-lama di sini, takut nya Billa kenapa-kenapa. memang ini keadaan darurat sekali.
Pina berlarian di sepanjang lorong parkiran, Pina mencoba menghubungi Fira tapi sayangnya nomornya tidak aktif.
Apalagi sekarang Pina menunggu taxi datang, rasanya tidak tenang mendengar temannya butuh bantuan.
Sial nya taxi tidak ada yang lewat, jika Pina memesan ojol tidak ada waktu lagi pasti lumayan lama jika macet di jalan.
Firasatnya benar, ternyata jalanan macet meskipun hari mulai menggelap, tidak ada jalan untuk menemui Billa.
Jantungnya berdetak kencang, keringat mulai bercucuran di dahinya meskipun tidak panas sama sekali.
Pina menyipitkan matanya saat melihat seseorang yang ia kenal, ternyata benar itu adalah Gavin sedang menunggu kemacetan di sebrang sana.
Lantas Pina menghampiri nya, semoga itu adalah Gavin supaya Pina bisa numpang sementara waktu.
"Bang Gavin!" teriaknya.
Gavin menoleh ke arah sana, ternyata Pina adiknya Aisen, dahinya mengerut heran kenapa Pina bisa ada di sini malam-malam.
"Bang tolongin gue, please. temen gue di culik." ucapnya terengah-engah.
"Cepetan!"
"Ayok naik, kalo lo bohong gue turunin di jalan sekarang juga." ketus nya.
"Gak lah, ayok cepetan bang." ucap Pina setelah menaik, lalu Gavin melajukan motornya sambil mencuri-curi celah untuk menerobos jalanan yang macet.
•••
Bersambung...
Wih beneran di culik kah? kalo bohong kasian Pina di turunin di jalan sama Gavin 🥺😝
Jangan lupa vote+komen⭐💬
Next??
Seyouuu❣️