~~~~~
"Mas Raka."
Raka menoleh, melihat pemuda pendek sedang berjalan kearahnya.
"ada apa Satria?"
"aku nebeng kamu ya?"
Raka menaikan satu alisnya.
"itu mobil mu bukan? kenapa ikut dengan ku?"
Satria mendekat, ia berjinjit lalu membisikkan sesuatu.
"aku mau ngajakin yang lain buat bikin tuh dua tuyul pada akur."
Raka menjauhkan dirinya.
"mustahil."
senyum Satria luntur.
"ya di usahakan lah Mas!! belum usaha udah mundur."
Raka menatap Satria intens, apakah pria ini lupa jika dia dan teman-temannya sudah berulang kali membuat Nata dan Raja bermaaf-maafan yang berujung dengan pertengkaran kakak beradik itu.
Raka atau Namjoon Rakabuming sudah cukup lelah dengan persoalan Nata dan Raja.
"ahh gak asik!! aku ajak Kak Tama aja."
Raka terkekeh remeh menatap Satria.
"seorang Yoongi Pratama mau bekerjasama dengan mu? apakah aku sedang bermimpi?"
Satria langsung pundung, benar juga itu manusia pucat pasti tidak mau membantunya.
tapi ia harus minta tolong sama siapa lagi? Bogum? Tira? atau Nathan?
oh Pak Mahardika! tapi dengan kekuatan keluarga saja tidak bisa membuat mereka bersatu.
"yowes lah, terserah mereka mau akur atau enggak apa peduliku."
Raka tertegun mendengarnya, dapat ia lihat ada sedikit keputusan asa an di mata Satria.
"ekhem! nanti aku coba bicarakan dengan Kak Tama, Bang Nathan dan Tira."
Satria tersenyum, ia memeluk tubuh besar Raka.
"makasih Mas, Satria pulang dulu!!"
"loh tidak jadi nebeng?!!" seru Raka melihat Satria berlari ke mobilnya.
Satria menyilangkan kedua tangannya lalu masuk ke dalam mobil.
Raka masih berdiam diri di samping motornya.
"apa ku ajak dia juga?" lirih Raka.
"enggak Pa!!"
Raja menatap tajam ayahnya.
ia kira pulang ke rumah bisa bersantai dengan kakeknya untuk beberapa jam saja tetapi malah mendapatkan kejutan yang sangat tidak ia sukai.
"kenapa? apa susahnya?"
Raja mendesis.
"Papa lupa gimana kelakuan dia sama Raja? aku hampir mati Pa gara-gara dia!!"
Minho menggeleng.
"itu kecelakaan Raja, bukan salah kakakmu."
"sama saja!! karena kekasih dia lah yang buat aku hampir mati dan karena dia aku kehilangan kakak ku!!!"
Suzy menatap sendu putra bungsunya, ia berlari menuruni tangga lalu memeluk Raja dengan erat.
"Mama, Raja gak mau Ma. Raja mohon."
"iya nak, Mama gak paksa kamu." Suzy mengelus kepala Raja.
Minho mendudukkan dirinya di sofa, menghela nafas kasar.
untunglah sang ayah sedang berada di luar jika tidak pasti sudah habis dia dicabik-cabik ayahnya.
"Rajaa?"
Raja dan Suzy menoleh.
"Ayah?"
Minho membuka matanya.
Bum tersenyum (btw dia Kim Bum aku bingung mau nulis pake marganya atau enggak).
"kenapa? jangan nakal terus, Ayah gak suka."
Raja menggeleng.
"enggak Yah, Raja nurut."
Minho tersenyum licik.
"kalau begitu, kamu mau tinggal seatap dengan Kakakmu?"
Raja menatap datar Minho.
Bum menyunggingkan senyumnya lalu menatap Raja.
"gak papa, kalian cuma tinggal bersama bukan berperang anggap aja dia nyamuk, apartemen Papa mu itu besar ada 4 kamar. kamu bisa ambil yang paling ujung jika kamu risih dengan Nata."
Raja berdecak kesal, siapa yang mengajak Ayah Bum bekerjasama dengan ayahnya? sialan.
"hmm."
Minho tersenyum, kenapa ia tidak meminta tolong pada adiknya sedari dulu? Raka memang pintar.
ya Raka yang beritahu Minho jika Ayah Bum mau bantu untuk satukan kakak adik ini.
"baiklah, mulai nanti malam kamu sudah tinggal disana ini kuncinya, Bang Nata sudah Ayah hubungi dia juga setuju." tutur Bum.
"sialan." guman Raja.
Suzy tersenyum senang..
"bentar yah, Mama mau bawain kamu sesuatu nanti kasihkan ke Abang mu."
Raja menghubungi Bogum untuk menggemasi barang-barang untuk diantar ke apartemen.
malam telah tiba, Raja dengan ogah-ogahan menuruti kemauan Ayah Bum.
"nah ini, isinya bahan-bahan makanan nanti kamu pindahkan ke kulkas dan ini ada makanan matang. kamu bagi sama Abang kamu ya? dan ini obat-obatan lalu ini-"
"iya Ma, Raja paham."
Suzy tersenyum.
"yang akur nanti di sana jangan bertengkar terus, gak baik."
"hmm, ya sudah Raja pergi dulu."
"iya hati-hati."
Raja mengendarai mobilnya menuju apartemen Satria terlebih dahulu.
ia jadi ragu, terakhir ia hidup bersama dalam satu bangunan dengan Nata sekitar 7 tahun yang lalu cukup lama keduanya terpisah.
sesampainya di apartemen Satria ia langsung masuk begitu saja.
Satria melarang orang masuk ke kamarnya kecuali Raja jadi ia memberi tahu sandi apartemen pada sahabat temboknya itu.
"bisa gak sih pencet bell dulu? aku mau masak jadi kaget, ku kira maling."
Raja memutar matanya malas.
"ini ada makanan dari Mama."
Satria melunakkan ia tersenyum menatap 5 kotak bekal di atas meja.
"tumben, dalam rangka apa?"
"bukan apa-apa, sebenernya itu untuk ku dan dia tapi kau makan saja."
Satria menunduk sambil tersenyum, sepertinya rencananya berhasil.
Ayah Bum memang tidak bisa dibantah.
"ya baguslah, kalian bisa akur lagi nanti."
"dalam mimpimu."
WAJIB VOTE AND COMMENT!!!