Family First [SeSe+Jeno, Jaem...

By Bellabearbell

9.2K 1.5K 875

Seputar keluarga Oh di tahun ke 20 rumah tangga mereka. More

chapter 1: the family
chapter 2: uang saku haram Jaemin
chapter 3: sebaik Jeno
chapter 4: the place about to blow
chapter 5: keluh kesah Mama
chapter 6: Papa cemburu
chapter 7: Liburan
chapter 8: malaikat
chapter 9: Si paling kuat
chapter 10: Jaemin Mirip Papa?
chapter 11: Kisah Cinta Mama Papa
chapter 12: Tak habis ide
chapter 13: Ditinggal
chapter 15: Riwehnya Kalau Papa sakit
chapter 16: I Miss You, Iam sorry
chapter 17: Om Baik Hati
chapter 18: Aura aneh
chapter 19: Si tukang flexing(?)
chapter 20: Masih Kalah Jaoh
chapter 21: Feel Unloved
chapter 22: Si pahlawan
chapter 23: Cuma ada Sehun
chapter 24: Usaha terbaik Sehun
chapter 25: Kegagalan Hyoseop
chapter 26: The devil
chapter 27: Hidup terus berjalan
chapter 28: Tak sanggup tanpamu
chapter 29: Keluarga Sehun [flashback]
chapter 30: Saling merangkul
chapter 31: Put Family First [END]

chapter 14: Mantan terindah

226 53 40
By Bellabearbell

-selamat membaca, jangan lupa vote dan komen. Saran aja bawain kipas, buat kipasin Papa Sehun-
💜💙

Semenjak pertemuan nya dengan sang mantan kekasih, Sejeong jadi tak banyak bicara. Sehun juga enggan membuka obrolan meski pikirannya sedang kalut, apakah pertemuan ini membuat Sejeong kembali ke masa lalu dimana cinta Sejeong dan pria itu masih bersemi.
Tapi yang ada dipikiran Sejeong saat ini adalah wajah tak peduli dari Hyoseop ketika melihat dirinya, tak ada sapaan atau bahkan senyuman. Pria itu melenggang pergi tanpa mengatakan apapun.

Semakin kalut dengan pikiran nya, satu-satunya yang ingin Sejeong lakukan hanyalah pulang. Bertemu dengan tiga bujang ajaibnya.
Ia tak mau disini.
"Mas aku mau pulang deh, aku kangen anak-anak"

"Oke" ucap Sehun singkat. Kemudian mengambil ponselnya untuk memesan tiket pulang.

Tak ada cerita lebih lanjut dari Sejeong setelahnya. Sejeong tidak tau kalau Sehun tadi melihat dirinya dan Hyoseop bertemu. Sehun memang selalu seperti itu, tak pernah bicara apapun dan memendamnya sendirian.

Malam itu Sejeong tidur lebih awal dan Sehun diam-diam pergi dari hotel. Ia tak bisa tidur dan berniat jalan-jalan disekitar pantai. Melihat orang tengah berpesta dan bertemu banyak orang disana. Pikirannya semakin tenang.

Lalu matanya melihat satu bar dimana banyak orang berkumpul disana. Sehun ikut datang menyaksikan, musik jazz membuatnya tertarik. Matanya kini teralihkan pada sosok pria yang sedang bermain gitar disana. Itu Hyoseop mantan Sejeong.

"Gila, Hyoseop. Dia kurang apa coba? Kaya raya udah, ganteng udah, pinter alat musik juga, nyanyi jago, olahraga jago.." ucap salah satu penonton, Sehun yakin dia adalah teman Hyoseop karena Sehun melihatnya tadi saat isterinya tak sengaja bertemu dengan Hyoseop.

"Satu lagi, dia baik banget. Denger-denger Hyoseop bakal buka badan amal di daerah-daerah"

Banyak pujian yang Sehun dengar mengenai Hyoseop dan Sehun setuju. Mantan Sejeong yang ini memang keren, bahkan hampir mendekati kata sempurna.
"Malaikat banget si Hyoseop. Kurangnya satu, nggak punya pasangan aja"

"Belum move on kali. Rumor nya si masih gagal move on dari mantan pacar nya..."

"Gue kalau jadi mantan pacar nya sekarang ikutan gagal move on!" ucap teman Hyoseop sambil terkekeh pelan. Siapa perempuan yang bisa melupakan pria seperti Hyoseop? Dia adalah laki-laki idaman wanita.

Sehun yang mendengarnya tersenyum sinis, jika sudah begini panas hatinya. Telinganya ikut berdengung, ingin rasanya Sehun menyumpal orang-orang sok tau itu.
"Dih mantan mah mantan aja, gamon kog ngajak-ngajak.."

"Mas ngomong ke saya?"

"Nggak Mba, saya ngomong sama angin" ucap Sehun kesal, lalu memilih pergi. Bisa tantrum Sehun jika tetap disini mendengar mereka membicarakan masa lalu yang belum tentu benar adanya.

>>><<<

Pagi di hari Minggu sama sekali tak ada ketenangan di rumah yang hanya dihuni oleh tiga laki-laki. Mark sudah berteriak marah karena  mencium aroma gosong yang berasal dari dapur. Pemuda itu melihat kompor kesayangan Mama nya berlubang.

"Woi!!! Ini siapa rebus telur sampai panci Mama bolong"

"Waduh Jaemin lupa, Bang. Jaemin tinggal mandiin Honey" ucap Jaemin buru-buru datang. Pemuda itu lupa jika merebus telur. Asik memandikan burung murai nya membuat Jaemin hampir kembali membakar rumah nya karena lupa mematikan kompor.

Jeno ikut menimbrung. Ikut kaget melihat panci Mama bolong karena ulah Jaemin. Jaemin itu memang ceroboh tapi Jeno juga tak menyalahkan karena ia kadang lupa jika keasikan bermain sesuatu.

"Ditembel pakai solasi bisa nggak ya, Bang?"

"Ya nggak bisa lah! Lo jadi ikutan bodoh kaya Jaemin aja!" kesal Mark. Jeno sama saja dengan Jaemin. Mereka membuatnya darah tinggi saja.

Lagi-lagi Jaemin mengeluh. Melihat jika panci itu mahal dan pasti Mama akan marah besar karena pancinya rusak. Jaemin tak punya uang untuk menggantinya.
"Duh kalau Mama ngamuk gimana?! Tolongin gue dong, Bang"

"Nggak mau ikut campur, takut Mama ngamuk. Mending lo nabung biar waktu Mama pulang _"

Pintu tiba-tiba terbuka, Mama Sejeong pulang. Tentu saja tiga orang itu kaget karena harusnya Mama dan Papa pulang diminggu selanjutnya.
"Mama pulang...."

"Mampusss!" Lirih Mark mengejek Jaemin. Ia juga bersiap jika disalahkan oleh Papa nya karena memang sejak awal mereka tak boleh memasak.

"Ma aku bisa_"

Tapi Sejeong tak peduli. Ia hanya ingin memeluk tiga bujangnya. Dua hari berlibur terasa dua tahun tanpa melihat tiga anak-anak kesayangannya.
"Hai sayang-sayang nya Mama. Mama kangen"

"Liburan nya gimana, Ma? Seru?" tanya Jeno mengalihkan pembicaraan ketika Jaemin tiba-tiba menyembunyikan panci itu ke wastafel.

Melihat Sejeong yang tampak enggan membicarakan liburan nya. Membuat Sehun peka, pria itu menyuruh anak-anaknya tak lagi bicara untuk membiarkan Sejeong istirahat.
"Mama jangan diganggu dulu. Lagi nggak enak badan"

"Hehe Mama udah nyiapin oleh-oleh buat kalian. Di bagasi ambil sana!" ucap Sejeong sebelum melangkah masuk ke dalam kamar nya.

Tentu saja mendengar kata oleh-oleh membuat tiga anak Sejeong itu berlarian ke mobil. Sudah ada banyak paper bag didalam sana.
Padahal dua hari dan Mama nya sudah menyiapkan oleh-oleh segini banyak nya.

Malam hari tiba, ketika semua orang tidur. Sejeong memilih untuk pergi ke dapur. Ia butuh minum sekaligus menenangkan diri dari pikirannya yang semakin berat. Matanya melihat panci kesayangannya berlubang, tanpa sadar Sejeong menangis.

Suara tangis Sejeong tak sengaja Sehun dengar. Pria itu memang terbangun karena merasakan Sejeong pergi dari sisi nya. Jadi Sehun mengikuti Sejeong ke dapur tanpa ketauan.
"Kamu kenapa?"

"Panci aku bolong! Ini panci kesayangan aku" ucap Sejeong menunjukan panci putih nya yang berubah jadi hitam dan berlubang. Panci kesayangannya rusak.

Sehun menghela nafas. Ia sudah khawatir melihat Sejeong menangis. Ini pasti ulah tiga anak nakalnya.
"Biar aku panggil anak-anak, biar tau siapa yang rusakin"

"Nggak usah Mas. Nggak papa..."

"Kalau nggak papa kenapa masih nangis?" tanya Sehun. Melihat Sejeong yang diam membuat Sehun tau kalau tangisan Sejeong sebenarnya bukan berasal dari panci itu melainkan sesuatu yang lain.

"Aku cuma..._"

"Aku cuma lagi sensitif aja Mas. Maaf..." lirih Sejeong. Sehun tau itu bohong tapi Sehun terlalu pengecut untuk bertanya, ia takut jika jawaban Sejeong akan membuatnya hancur.
Takut jika yang dikatakan oleh teman-teman Hyoseop di pesta tepi pantai itu benar.

Kemudian Sehun pergi, di mata Sejeong mungkin Sehun tampak sebagai pria yang terganggu dengan tangisannya. Tapi Sejeong tidak tau jika Sehun peduli meski ia tak punya keberanian untuk bertanya.

>>><<<

Sudah hampir tiga minggu dan kondisi Jeno semakin pulih. Pemuda itu sekarang ditemani Mama nya untuk membagikan makanan ke anak-anak jalanan juga permukiman kumuh. Sejeong senang membantu Jeno karena itu bisa membuatnya mengalihkan perhatian dari pikiran berat tentang pertemuan nya dengan Hyoseop.

Tapi ternyata disana banyak orang tengah berkumpul mengenakan pakaian biru muda tengah membagikan makanan. Jeno dan Sejeong dibuat semakin senang karena banyak orang yang peduli dengan kemiskinan yang ada di kota.

"Boleh Kak! Nanti Jeno juga mau jadi sukarelawan! Jeno bantu penggalangan dana"

"Kamu bantu bagi-bagi dan ngurus waktu aja Jeno. Kalau soal dana organisasi ini ada sponsor. Ada Tuan Baik Hati yang siap ngasih uang buat kebutuhan anak-anak disini"

Jeno semakin senang. Ternyata banyak orang kaya yang peduli dengan masalah kemanusiaan. Jeno tak pernah tau jika ada organisasi kemanusiaan seperti ini. Sejak dulu ia selalu melakukannya sendiri.
"Oh iya! Jeno mau kenalan sama Tuan Baik Hati itu, Kak. Boleh? Jeno kagum sama orang yang buat organisasi kemanusiaan ini! Beliau kapan dateng ke sini ya Kak?"

Perempuan itu menunjuk ke arah lain. Disana ada seorang pria berkacamata tengah membagikan vitamin pada anak-anak juga ibu hamil. Jeno berlari kesana untuk berkenalan diikuti oleh Sejeong.

"Tuan Baik Hati!"

"Oh Hai!" sapa pria itu.

Sejeong kaget. Bagaimana tidak orang yang membangun organisasi kemanusiaan adalah Ahn Hyoseop, si mantan pacar nya. Sejeong segera melangkah pergi membiarkan Jeno bercengkrama disana karena Sejeong tak mau jika Jeno tau jika dulu Mama nya ada hubungan dengan pria itu.

Barulah setelah Jeno sibuk dengan anak-anak. Sejeong melangkah mendekat. Hyoseop masih tak mempedulikan kehadiran nya, pria itu sibuk menata kotak-kotak vitamin di kardus miliknya.

"Udah lama banget, Kak.." ucap Sejeong. Mengetes jika orang didepannya ini masih mengenalnya.

"Ya, aku kaget ketemu kamu disini"

Sejeong terkekeh pelan. Ternyata Hyoseop memang masih mengenalinya tapi memilih untuk tak mengenal dan tak menganggapnya ada.
"Ternyata kamu masih kenal aku. Kenapa ngehindar?"

"Kenapa enggak?"

"Kak..." Sejeong hampir berteriak. Ia kesal karena ucapan Hyoseop.

Hyoseop meletakan kotak vitamin itu lalu matanya menatap Sejeong. Sudah bertahun-tahun semenjak ia pergi. Sejeong tak berubah, umur yang semakin matang tak membuat Sejeong menua. Sejeong masih terlihat muda, seperti Sejeong nya dulu.
"Nama anak kamu bagus. Jeno? Wow, nama yang dulu kita rencanain buat nama anak kita. Jangan-jangan anak kamu yang lain kamu namain Mark sama Jaemin"

Sekarang Sejeong diam. Ia tak punya daya lagi untuk bicara. Perempuan itu menoleh kearah Jeno yang tiba-tiba mendekat.

"Jeno, kita pulang sekarang aja ya. Mama pusing"

Jeno mengangguk. Ia memang selalu menurut. Jadi hari itu Jeno dan Mama pulang lebih awal. Diperjalanan Sejeong hanya diam dan Jeno juga bingung karena perubahan mood Mama.

"Jangan bicara sama Papa kalau Mama ngobrol sama Om itu ya, Jeno.."

"Om itu siapa emang, Ma? Mama kenal?"

"Nggak. Mama cuma takut Papa cemburu. Kaya nggak tau Papa aja" ucap Sejeong bohong. Ia hanya tidak mau masalah ini semakin panjang karena Sejeong tau Sehun akan menyimpulkan yang tidak-tidak tanpa mendengar penjelasannya.





Hayoo yang gagal move on, Mama apa si Om baik hati itu?  Ayo cepat dikipasin si Papa biar nggak kepanasan
☺️

Continue Reading

You'll Also Like

22.6K 2.6K 43
aku hanya ingin merasakan bagaimana rasanya bisa seprti mereka. yang hidup tanpa ada kekurangan.
63.8K 8.8K 27
°°° π‘π‘Žπ‘šπ‘Žπ‘›π‘¦π‘Ž π‘…π‘Žπ‘‘π‘’π‘ π‘˜π‘Ž πΏπ‘Žπ‘›π‘”π‘–π‘‘ π΄π‘Ÿπ‘˜π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘šπ‘Ž π‘…π‘Žπ‘‘π‘’π‘ π‘˜π‘Ž π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ π‘π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘”π‘–π‘Ž πΏπ‘Žπ‘›π‘”π‘–π‘‘ π‘Žπ‘”π‘Žπ‘Ÿ π‘‘π‘–π‘Ž π‘π‘–π‘ π‘Ž 𝑠𝑒𝑑�...
156K 14.9K 32
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
237K 19.7K 31
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...