.
.
.
.
.
.
.
.
.
Suara kicauan burung bersahutan di luar sana, sama sekali tidak membangunkan dua insan yang masih terlelap dalam alam mimpi nya. Sinar matahari yang masuk tanpa permisi pun tidak ada fungsinya saat ini. Mereka malah semakin mengeratkan tubuh sama lain. Tangan besar yang melintang di perut sang wanita. Dan sang wanita yang tidur di bisep lengan atas sang suami.
Ngghh
Keduanya sama-sama menggeliat, tidurnya terusik ketika sebuah alarm bergema keras yang berasal dari ponsel entah milik siapa. Sang wanita yang membuka matanya terlebih dahulu, menetralkan rasa kantuk bangun tidur nya untuk melihat dunia.
Aeri memelototkan matanya tajam ketika merasakan sebuah tangan melingkar erat di perutnya, "YA MARKKK SIALAN!!! APA YANG KAU LAKUKAN?"
Bughhh
"Sialan ya Lee Aeri. Apa yang kau lakukan?!"
Sungguh Mark sedang enak-enaknya dengan alam mimpi nya. Tiba-tiba serasa terjadi gempa bumi, tubuhnya tergoncang yang mengakibatkan dirinya terjatuh di lantai.
Mark menatap Aeri aneh, kenapa gadis itu? Seperti sedang kesetanan.
"Kenapa kau memeluk ku?"
"Apa? Aku tidak!"
"Kau sengaja bukan?"
"Percaya diri mu terlalu tinggi. Aku tidak mungkin melakukan itu!"
Jika ini di rumah Yoona ataupun Krystal, mereka sudah membangunkan singa betina yang akan meraung sewaktu-waktu mendengar perdebatan mereka di pagi hari. Untungnya tidak, ini di apartemen.
Mendelik tajam, Aeri menatap kesal Mark. "Kau mencari kesempatan dalam kesempitan!" Tuduhnya
"Terserah mau mengatakan apa. Mana mungkin aku memeluk mu. Bermimpi saja sana!" Ucap Mark kemudian bangun, melemparkan selimut putih tebal itu ke arah Aeri. Kemudian bergegas ke kamar mandi.
Mark kesal!?
Oh tentu tidak. Ini adalah pagi hari dimana pertama kali Mark melakukan hal intens yang ia lakukan secara sadar. CATAT YA SADAR.
Entah mengapa setelah pembicaraan nya dengan sang ibu saat itu, membuat nya hatinya sedikit terbuka? Apa dia hanya kasihan dan untuk berbalas budi? Ah Mark tidak tau, yang ia tau hatinya bergerak untuk Aeri.
"Kalau semalam aku bisa memeluknya, nanti malam apakah aku bisa—?"
Tolong hentikan Mark yang sepertinya sudah diambang batas kewajaran nya.
Mark menyelesaikan mandi nya, berganti kemudian ke dapur. Hari ini tidak ada latihan, mungkin hanya meeting online dengan zoom untuk mengulas kegiatan.
Disana Mark menemukan Aeri yang sedang fokus memasak. Rambutnya yang digulung ke atas, dengan muka bangun tidur nya yang malah terlihat fresh. Sungguh kenapa Mark baru sadar? Cantik juga.
"Apa yang bisa ku bantu?" Mark menawarkan diri.
"Duduklah. Kau tidak ingin apartemen mu terbakar bukan?" Ini bukan jawaban yang Mark inginkan.
Grepp
"Ehh...?" Aeri sedikit terpelonjak Mark yang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Tentunya Mark sudah hafal pasti sang istri akan meneriaki nya. Maka dari itu ia terlebih dahulu memotong ucapan nya.
"Bisakah kita memulai dari awal?"
---
Suasana canggung, tegang, dan juga hampa memenuhi atmosfer di apartemen Mark. Apa yang akan dilakukan setelah menikah? Mark sama sekali tidak mengenal siapa gadis yang mulai sekarang dan kedepannya akan menjadi tanggung jawabnya.
Mark belum terbiasa ada orang lain tinggal di apartemen nya. Mark bahkan tidak tahu harus bersikap bagaimana, pernikahan atas dasar perjodohan membuat otak nya sedikit eror mungkin.
"Mark apakah disana kamar kita?" Tanya gadis itu terlihat malu-malu.
Ah iya apa mulai sekarang Mark harus membagi ranjang besar nya itu dengan nya? Oh Mark tidak bisa berpikir. Mark tidak suka dengan pernikahan ini, tapi Mark juga tidak ingin menyakiti gadis—ahh lebih tepatnya istri nya jika dia menolak istrinya untuk tidur dalam satu kamar.
"Mark!?" Aeri namanya, ia mengguncang pelan Mark yang tidak kunjung menjawab.
"Ahh....iya disana kamar ku."
"Mari tidur Mark, bukankah besok kamu ada scedule?" Ajak Aeri lemah lembut. Matanya menatap sang suami penuh perasaan.
Aeri menarik lengan Mark bermaksud untuk mengajaknya ke kamar, "Lepaskan!?" Sentak Mark tidak sadar
"Huh?" Tatapan Aeri mengisyaratkan butuh penjelasan. " Bukankah kita sudah menikah?"
"Ahh maafkan aku.. ak-aku masih belum terbiasa." Sangat jelas Mark begitu kikuk, Aeri merasakan hawa itu.
"Kau bisa tidur dulu, aku masih ada beberapa pekerjaan."
Sementara di atmosfer yang tak jauh dari Mark, seorang gadis tengah menatap bintang dan bulan yang bersinar di atas sana. Senyum simpul nya tercetak jelas, menandakan bahwa dirinya bahagia—menikah dengan lelaki yang begitu ia cintai.
Tak apa, mungkin Aeri harus menunggu Mark melihat kecanggungan yang terjadi diantara mereka berdua.
"Mark oppa... akhirnya aku memiliki mu." Ucap nya sembari menutup tirai kaca yang kemudian merebahkan tubuhnya di ranjang berniat menunggu sang suami tapi berakhir terlelap.
---
Entah apa yang ada dipikiran Aeri sekarang, apa yang harus ia lakukan? Ahh tidak, mengingat ajakan Mark kemarin mungkin lelaki itu hanya berniat menjahilinya.
Sungguh Aeri sudah mengubur dalam-dalam perasaannya dengan Mark!
Aeri tidak ingin berakhir terluka dengan ekspektasi seperti sebelum-sebelumnya.
---
"Jisung!"
"Aeri noona?"
Woahh setelah hampir satu bulan akhirnya Jisung bertemu dengan perempuan yang sudah ia anggap sebagai kakak nya sendiri.
Hari ini setelah latihan, Jisung sengaja meluangkan waktunya untuk ke mall. Sekedar melepas penat saja. Tidak ia sangka bertemu dengan istri dari Mark.
"Oh....
"Ingin main bersama?" Tawar Aeri, matanya menatap timezone di lantai atas.
"Ayoo!!"
Jisung itu akan tetap imut dan bayi dimata Aeri. Lelaki teman Sungchan yang pertama kali langsung akrab dengannya.
Ditengah-tengah kehebohan mereka berdua tiba-tiba Jisung membuka suara, "Bagaimana rumah tangga kalian?"
Aeri berhenti sejenak, bagaimana dia akan mengatakan nya? Ia sendiri pun tidak tau. Rasanya semua aneh secara tiba-tiba.
"Nona!?"
"Ahh Jisunggieee.... bisakah kau jangan membahas ini? Aku sedang kesal sekali dengan hyung mu itu...." ucap spontan Aeri
"Kenapa? Tapi memang sih terkadang Mark hyung memang menyebalkan. Yasudah ayo kita bermain lagi."
"Benar Jisung...setelah ini makan pasta dan burger. Bagaimana?" Tawar Aeri
"Aku tidak akan menolak noona!" Seri Jisung semangat.
---
Setelah seharian berada di agensi, akhirnya lelaki berdarah Kanada itu tiba di apartemen tercinta nya.
Langkah gontai nya berhenti tatkala melihat gadis cantik yang sedang sibuk dengan beberapa camilannya.
"Aku pulang."
Aeri menoleh, mendapati Mark berjalan lesu mendekatinya, duduk disampingnya.
"Lelah?"
"Huum..."
"Ada masalah di agensi?"
"Tidak. Aku hanya lelah menunggu..." sahut Mark menatap kosong ke depan
Aeri menoleh, "Menunggu apa? Gaji mu belum turun?" tanya nya polos.
Astaga! Dasar tidak peka! Mark tahan jangan frustasi.
Entah Aeri sengaja atau memang tidak peka Mark tetap saja merasa kesal. Setelah beberapa hari atas ajakan nya itu Aeri bersikap biasa saja, seolah-olah tidak ada hal yang terjadi. Apakah di otak nya tidak terbesit hal itu? Aghh lama-lama Mark bisa gila.
"Sudahlah aku ingin mandi!"
Mark menghentakkan kaki nya kesal, beranjak dari sofa untuk mandi. Namun sebuah tangan menghentikan langkah nya.
"Mark?" Ucap Aeri
Mark menoleh, "Apa?"
"Maafkan aku...." Kalimat yang keluar dari mulut Aeri bervolume kecil, namun Mark masih dapat mendengar nya.
"Untuk?"
"Mungkin setelah aku berbicara ini, kau akan kecewa pada ku. Tapi sungguh itu lebih baik daripada aku tidak mengatakan nya."
Mengernyitkan dahi, Mark bingung. Apalagi ini?
"Aku yang telah memaksa papi untuk menikah dengan mu...." jujur saja Aeri sudah tidak tahan dengan kebohongan nya. Ia tidak peduli setelah ini bagaimana hubungan nya dengan Mark.
"Maksud mu?"
"Aku adalah gadis culun dan jelek yang hanya bisa mengagumi mu secara diam-diam. Ku akui aku sangat mencintai mu Mark...aku sangat mendambakan mu. Kau satu-satunya lelaki yang memperlakukan dengan baik setelah papi. Kau telah membuat dunia ku berwarna."
"Kau...?"
Aeri mengangguk, ia paham apa yang dipikirkan lelaki di depannya itu.
"Ya aku gadis jelek yang selalu berkeliaran di agensi saat kau masih menjadi trainee. Kau pasti tidak lupa kan?"
Mark sedikit terkejut, jari jemari memanas. Ya walaupun ia sudah bisa sedikit menerima pernikahan ini tapi tetap saja ini adalah pernikahan yang tidak Mark inginkan sejak awal. Pernikahan yang membuat nya seperti bertekuk lutut.
"Hiksss maafkan aku Mark. Aku ini gadis yang tergila-gila dengan mu. Hiksss aku gadis yang dengan gamblang merasa bisa menaklukkan diri mu, karena aku merasa pengaruh papi di agensi mu sangat tinggi. Papi adalah hidden investor terbesar di agensi mu hingga saat ini." Aeri sesenggukan menangis sembari menunduk memegang erat kedua tangan Mark.
Mark masih terdiam, ia tidak tau harus berucap bagaimana. Semua datang begitu saja membuat nya pening. Kenapa disaat ia ingin berdamai dengan keadaan ada saja hal yang membuatnya mundur?
Kalau ditanya kecewa sudah pasti Mark kecewa. Gadis di depannya ini telah merusak kehidupan nya. Ia harus lebih berhati-hati dengan sikap nya, gadis itu yang telah membuat nya menanggung tanggung jawab dengan menikahi nya. Dan juga dia adalah gadis yang membuat hubungan nya dengan Keeya berakhir berantakan..
"Kenapa kau melakukan itu? Apa kau tidak berpikir ke depan nya? Kau tau aku sangat sulit menjalani ini semua. Kau tau bukan aku ini idol? Banyak orang yang sangat ingin tau bagaimana kehidupan ku. Aku sudah cukup sulit ketika aku berpacaran dengan staff ku. Dan tiba-tiba saja eomma meminta ku untuk menikah dengan mu? Hei bahkan aku tidak mengenal mu.
"Tapi sekarang apa? Kau dengan santai nya menjelaskan ini semua? Apa kau tidak berpikir aku yang akan mendapat dampaknya nya? Jika seluruh dunia tau aku menikah, pekerjaan ku akan berantakan. Aku akan kehilangan semua yang aku perjuangkan dari kecil.
"Lalu... bagaimana sekarang? Apa kau merasa senang hidup dengan ku? Apa kau puas!?"
---
Guyss bantu revisi tulisan yaa kalau ada yang salah komen yaaa. Maaciww
😍