Singularity (Rosekook)

By SamailaRerez

1.5K 76 0

Tidak ada yang salah dengan yang namanya cinta hanya saja hukum yang dibuat dunia telah membatasi semuanya. B... More

The Story Begin, Really?
[Penokohan] Rahayu Aretina Damayanti
Dia, Sekali Lagi
Karena Kita Telah Lama Menghilang
[Penokohan] Sava Zihni Wardana
Ada Apa dan Mengapa?
Sampai Kapan?
Kebaikan yang Menyakitkan
[Penokohan] Sakya Waranggana
Kita Harus Terluka
Kita Tidak Akan Pernah Sembuh
Tenang
[Penokohan] Eka Ksatria Wardani
Telah Kehilangan Jiwa
Bertahan dan Lenyap
Boneka yang Telah Rusak
Forrest and Sea, Sun and Star
Broken Dreamcatcher
[Penokohan] Tammy Aldercy
When the Wind Blows
Titik Nol
[Penokohan] Farrell Lakeswara
Now or Never
[Penokohan] Pemeran Pendukung
Selamatkanlah
Singularity

Polaris

27 2 0
By SamailaRerez

Aku memasuki kamar yang berantakan itu, semua barang pecah belah sudah hancur tidak berbentuk. Semua barang yang seharusnya tersusun rapi di meja malah berserakan di lantai tampak menyedihkan. Di sudut kamar itu aku melihat seorang lelaki yang memeluk kedua lututnya, dia menangis sedih.

"Sava ..." Aku terduduk di hadapannya. "Sava ..." Aku mencoba untuk memegang tangannya tapi belum sempat dia sudah menahanku.

"Kamu lebih baik pulang, Rahayu, aku mau sendiri dulu." Aku tidak mau berkata apa-apa lagi, aku harus mengerti kalau dia sedang terpuruk saat itu.

Setelah kejadian sore itu, malamnya aku memutuskan untuk duduk termenung di balkon depan kamarku ditemani dengan rinai hujan yang sedihnya sangat setia kepadaku. "Aku dengar semuanya, Sava, aku tahu kalau hubungan kita sekarang sudah sangat rumit."

Keesokan harinya badanku sangat lemas, sepertinya aku demam karena kemarin malam aku di balkon bermain-main dengan angin malam. Hal ini menyebabkan aku tidak fokus dengan dosenku juga tidak mood untuk bertemu dengan Tammy dan Farrell. Aku terduduk di taman itu mencoba menenangkan diriku dengan membaca buku sampai seseorang datang mendekatiku, dia Sava.

Dia terduduk di sampingku dan untuk sepesekian menit terjadi kediaman di antara kami. "Kita lebih baik tidak usah ketemu lagi."

Itulah kata-kata yang dia putuskan untuk keluar dari mulutnya. Aku menahan napasku, kenapa masih terasa sakit setelah semalam aku mencoba berlatih untuk mengikhlaskan apabila ada keputusan yang menyedihkan seperti saat ini.

Aku mencoba sekuat tenaga untuk menahan air mataku. "Kalau itu adalah keputusanmu maka akan aku terima mungkin memang sudah seharusnya seperti itu." Tampaknya Sava shock melihat aku menerimanya dengan tenang atau itu hanya perasaanku saja? Kami kembali terdiam atau mungkin lebih tepatnya memikirkan perasaan kami masing-masing.

Aku teringat sesuatu kemudian merogoh tasku dan setelah mendapatkannya, aku mengambil tangan Sava dan memberikan sebuah barang yang sudah seharusnya kembali kepadanya.

"Aku bukan polaris yang kamu cari mungkin di luaran sana kamu akan menemukan cahaya polaris yang lebih pantas untuk menerangi hatimu." Dia meremas kalung itu, iya, aku tahu kalau kita sama-sama terluka. Aku sudah tidak tahan untuk melihat ini semua dan ingin beranjak meninggalkannya.

Tiba-tiba dia memelukku dari belakang dengan berurai air mata. "Kita jangan saling berhubungan lagi, hapus semua chat dari aku dan kalau perlu block semua yang berhubungan dengan aku supaya kita tidak saling mencari lagi. Mari kita tidak saling bertemu lagi sampai aku sanggup datang untuk menemuimu, sampai aku punya keberanian untuk mengenggam tanganmu lagi. Aku mohon bersabarlah sampai hari itu tiba karena cuma kamu Polarisku, Rahayu."

***

"Kalian nggak dengar, ya? Saya tanya apa yang kalian semua lakukan di sini?" Wanita itu kembali memperjelas pertanyaannya dengan nada tegas dan tentu saja masih tidak ada yang berani buka mulut.

"Kalau kalian tidak punya kepentingan untuk tinggal di sini lebih baik kalian kembali ke kamar Sava!"

"Ma!" bantah Sakya.

"Jangan buat ribut di rumah sakit, Sakya. Kalian dengar saya, kan? Cepat kembali ke kamar Sava! Ayo, Sava, kamu harus istirahat." Tidak mencoba untuk membantah lagi dengan berat hati Sakya pergi meninggalkan Rahayu. Sava yang sedari tadi juga duduk di samping Rahayu, berdiri dan berjalan keluar tanpa mengeluarkan suara apapun.

Saat ini tinggallah wanita itu yang melihat Rahayu sendu, dia berjalan gontai mendekati Rahayu. "Apa yang terjadi Rahayu? Tante kenal kamu dan Tante tahu kalau kamu bukan anak yang lemah lalu kenapa kamu sekarang begini?" Tidak ada jawaban, Rahayu masih berada di alam bawah sadarnya.

"Tante memang egois, Ra, orang tua kamu menitipkan kamu ke Tante, tapi Tante malah melepaskan kamu karena keegoisan ini. Itu semata-mata karena Tante takut, Ra, Tante tidak mau kehilangan siapa pun." Entah kenapa tantenya itu mulai menangis.

Dia mengelus punggung tangan Rahayu. "Apakah saat ini Tante juga sudah kehilangan kamu, Rahayu?" Dan setelah bertangis ria itu, tantenya malah menemani Rahayu sampai hampir setengah jam.

"Tante." Tammy sebenarnya tidak kaget lagi, dia sudah mendapatkan chat dari Sakya kalau tantenya datang ke Indonesia dan mengunjungi Rahayu. Sayangnya berita itu malah membuat Tammy deg-degan dan tidak konsen dengan kuliahnya.

"Udah lama nggak ketemu, Tante, udah lama di sini?" Tammy berusaha sopan walau sebenarnya dia masih agak kaget.

"Udah lama banget, kalau ada yang jagain kan nggak perlu Tante capek-capek nungguin di sini! Kasihan juga kalau lihat dia sendirian dan tante juga nggak mau kalau malah anak-anak tante yang jagain dia. Lagian kamu ke mana aja dari tadi, Tam?" Perilaku tantenya berubah 360 derajat dari yang tadi saat dia sendiri bersama Rahayu, dia berubah menjadi seseorang yang jutek dan kelihatan tidak peduli dengan Rahayu.

Tammy malah memaklumi hal itu karena selama ini perilaku seperti itu yang tantenya tunjukkan di hadapan mereka. "Maaf tante, Tammy ada urusan sedikit di kampus dan Tammy pikir juga tadi temannya Rahayu sudah datang untuk gantian jagain di sini."

"Nggak ada. Lagian sakit apa sih sampai harus dirawat segala? Mana dari tadi nggak bangun-bangun lagi."

Ditanyai seperti itu tentu saja Tammy harus putar otak karena tidak mungkin dia bilang Rahayu dirawat akibat penyakit mentalnya. "Ehm ... Rahayu kecapekan aja karena ngurus tugas akhir." Tammy hanya berpikir kalau tantenya itu tidak perlu tahu tentang keadaan Rahayu yang sebenarnya. Terlihat buang-buang waktu mengatakannya, setidaknya itu di pikiran Tammy.

"Bilang sama Rahayu kalau dia jangan terlalu manja dan stop temuin anak-anak Tante! Udah, ya, Tante mau kembali ke kamar Sava, Tante ke sini niatnya mau jagain Sava kok malah jadi jagain dia." Tantenya keluar dengan angkuhnya dari kamar Rahayu.

Tammy memandang tante Rani sedih, sebenarnya tante Rani adalah tante yang sangat menyenangkan dulu sebelum semua kejadian ini terjadi. Tammy hanya menyayangkan bahwa hingga saat ini tante Rani masih membenci Rahayu yang notabene anak kakaknya sendiri. Tammy mendekati Rahayu yang berangsur sadar.

"Tam ..." Tammy menghela napas lega, untung saja Rahayu sadar setelah tantenya itu pergi.

"Kamu udah bangun, Ra? Lama juga kamu tidurnya, gimana perasannya udah agak enakan?" Semua pertanyaan Tammy hanya dijawab anggukan oleh Rahayu.

"Kamu mau makan? Mau aku beliin sesuatu di kantin?"

"Aku mau air putih aja, Tam, haus banget." Tammy dengan cekatan langsung mengambilkan air minum untuk Rahayu.

Tammy merapikan rambut Rahayu yang agak teracak juga penampilannya sampai matanya tertuju pada kalung yang terpasang di leher Rahayu. "Perasaan kamu dari kemarin nggak pernah pakai kalung kan, Ra, kok sekarang ada?" Seperti yang kita tahu, ingatan Tammy sangat tajam. Dia ingat betul kalau Rahayu tidak memakai aksesoris apa pun saat pertama kali masuk rumah sakit kemarin.

"Kalung? Selama ini kan aku nggak pernah pakai kalung, kalung apa sih emang?" Rahayu meraba kalung tersebut dan dia tiba-tiba terdiam terpaku.

"Kalungnya bentuk apa, Tam?" tanyanya gemetar.

"Bentuknya tiga bintang tersambung, cantik banget, tapi kalau bukan punya kamu terus dari siapa, ya?" Rahayu tidak menjawab pertanyaan Tammy, dia malah tambah gemetar saat mendengar ciri-ciri kalung yang disebutkan Tammy.

Rahayu segera berdiri menghadap ke cermin dan benar, itu adalah kalung yang sebenarnya tidak ingin dia lihat lagi. "Polaris ..."

***

"Astaga, Farrell, ngapain di sini, ngagetin!" Tammy hsiteris kaget tatkala ketika ingin keluar dari kamar Rahayu malah mendapati Farrell berdiri di depan pintu.

Tammy mencoba mengatur napasnya, "Kamu kenapa nggak masuk aja sih, Rell, kalau sudah ada di sini dari tadi!" sewot Tammy.

Berbeda dengan Tammy, wajah Farrell terlihat serius. "Ada yang lagi aku pikirin, Tam."

Wajah Farrell yang serius itu membuat Tammy sedikit kalem. "Mikirin apa sih, Rell?"

"Yang tadi itu tante kalian, kan? Mamanya Sava dan Sakya?" Tammy mengangguk walau sebenarnya agak bingung mengenai sudah sejak kapan Farrell ada di depan kamar Tammy.

"Aku sebenarnya sudah datang dari tadi buat jagain Rahayu, tapi pas aku mau masuk, aku lihat tante kalian duduk di samping Rahayu sambil nangis. Aku nggak terlalu dengar apa yang dia katakan, tapi samar-samar aku dengar tentang masalah egois? Lebih anehnya pas kamu datang, dia yang awalnya lembut dan perhatian tiba-tiba menjadi jutek dan menjengkelkan." Tammy tentu saja kaget dengan cerita Farrell, seorang tante Rani menangisi Rahayu itu terdengar tidak mungkin setelah semua kejadian pahit yang terjadi.

Namun, rasanya ketika melihat wajah Farrell, Tammy mengerti bahwa Farrell tidak mungkin berbohong. "Udah nggak usah dipikirkan, aku udah cerita kan sama kamu kalau setelah kejadian itu tante Rani jadi benci banget sama Rahayu. Aku berharap kalau memang tante Rani tadi berubah perhatian ke Rahayu seperti perkataanmu, tapi melihat tadi perilakunya di depan mataku sepertinya aku belum bisa menerima kalau dia tiba-tiba berubah. Tante Rani memang kadang-kadang suka berubah aneh jadi kamu maklumi saja."

"Siapa tuh yang ngomong kalau mama aku aneh?" Mendengar suara itu, Tammy langsung menunduk malu.

Melihatnya, Sakya jadi tersenyum jahil, "Udah nggak usah sembunyi, aku udah lihat siapa, tapi aku mau dia jujur saja. Sebagai hukumannya, aku mau orang yang ngejekin mama aku bilang dia aneh harus temani aku ngopi hari ini. Farrell, aku titipin Rahayu sama kamu, ya, kalau ada apa-apa langsung hubungi kita." Tanpa banyak berdebat, Sakya langsung menarik Tammy pergi.

Setelah bayangan Tammy menghilang, Farrell bermaksud ingin masuk ke kamar Rahayu. "Farrell!" Farrell berbalik ke sumber suara.

"Eh, Tha, kenapa nggak chat aja supaya aku jemput kamu di lobi rumah sakit?" Ternyata itu adalah Narsyitha yang sesuai janjinya ingin datang menjenguk Rahayu.

"Nggak usah, kasihan Rahayu kalau ditinggal-tinggal, kita masuk, yuk." Farrell tersenyum lalu mengajak Narsyitha masuk.

***

"Mama nggak ngerti kenapa kamu nggak pernah mau dengarin mama untuk tidak mendekati Rahayu? Untung saja kamu mau dengarin mama untuk tinggalin rumah sakit ini walau tetap saja tidak mau dirawat di rumah sakit lain!"

"Aku keluar karena aku tidak mau mama bertemu Rahayu dan mengganggu dia terus."

Perkataan Sava mengundang emosi mamanya. "Sava, kamu nggak pernah ngerti, ya, sama penjelasan mama? Rahayu itu tidak bisa bersama kamu lagi pula Niesha mau kamu ke manakan? Apa sih yang membuat kamu terus mengejar Rahayu?"

Sava menghentikan aktivitas mengepaknya. "Mama yang waktu itu suruh aku ngejagain Rahayu, kan? Saat aku sudah menjaga Rahayu dengan baik lalu kenapa aku masih salah?"

"Mama suruh kamu untuk menjaga Rahayu bukan untuk mencintainya!" Suara besar mulai dikeluarkan oleh mama Sava, emosinya mulai tidak terkendali.

"Bukan saya yang merencanakan jatuh cinta ini ke Rahayu, Ma. Ini di luar batas kemampuan saya. Sekarang ini saya sedang mengembalikan semuanya ke jalur yang benar, kenapa? Jika memang saya adalah orang yang mama tunjuk untuk menjaga Rahayu, lalu kenapa kemarin-kemarin saya malah menyakitinya? Cinta itu yang mengembalikan akal sehat saya, Ma, saya tidak seharusnya melakukan hal itu kepada Rahayu. Mama boleh kembali ke Jerman, tapi saya masih membutuhkan Niesha!" Sava menarik tangan Niesha meninggalkan mamanya tanpa berbalik lagi.

Continue Reading

You'll Also Like

347K 34.4K 60
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
18.7K 1.6K 20
Cαƚƚყ♡Dσɠɠყ-!!! 97lines
6.7K 594 20
Cerita tentang Liolyna Jasmine Dutcha gadis 23 tahun yang di paksa menikah dengan Heeseung sosok lelaki berusia 28 tahun yang merupakan tetangganya h...
4.2K 869 39
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA✓] End : 22/05/02 Ini merupakan kisah cinta ringan seorang gadis bernama Kim Dahyun yang di cap sebagai trouble maker di...