[C] ZERO AND AERO

By Azqeall

8.6K 878 15

[C O M P L E T E] Zero dan Aero yang mempunyai sikap berlawan meskipun sebagai kembar. Mereka tak seiras. Ba... More

PROLOG - 00 -
BAB - 01 -
BAB - 02 -
BAB - 03 -
BAB - 04 -
BAB - 05 -
BAB - 06 -
BAB - 07 -
BAB - 08 -
BAB - 09 -
BAB - 10 -
BAB - 11 -
BAB - 12 -
BAB - 13 -
BAB - 14 -
BAB - 15 -
BAB - 16 -
BAB - 17 -
BAB - 18 -
BAB - 19 -
BAB - 20 -
BAB - 21 -
BAB - 22 -
BAB - 23 -
BAB - 25 -
BAB - 26 -
BAB - 27 -
BAB - 28 -
BAB - 29 -
BAB - 30 -
BAB - 31 -
BAB - 32 -
BAB - 33 -
BAB - 34 -
BAB - 35 -
BAB - 36 -
BAB - 37 -
BAB - 38 -
BAB - 39 -
BAB - 40 -
BAB - 41 -
BAB - 42 -
BAB - 43 -
BAB - 44 -
BAB - 45 -
BAB - 46 -
BAB - 47 -
BAB - 48 -
BAB - 49 -
EXTRA CHAPTER I
EXTRA CHAPTER II

BAB - 24 -

143 17 2
By Azqeall

HUZAIR tahu Zero saat ini sedang menanggung sakit kerana adiknya itu. Aero yang elok terbaring atas katil hospital itu dipandang sekejap sebelum dia menghela nafas.

"Baliklah, Fan. Tukar baju kau." Zero menunduk memandang tubuhnya. Darah Aero yang melekat pada bajunya itu dipandang sayu.

"Adik aku akan okay kan?" soal Zero kemudian memandang Huzair.

"Ya. Adik kau akan okay. Sekarang kau balik tukar baju dulu. Makan sekali. Aku tak nak kau pula sakit. Aku boleh jagakan Aero dekat sini."

"Tak nak. Nanti kau bawa dia pergi unit psikiatri." Huzair ketawa.

"Tak lah. Janji." Zero memicing matanya. Huzair hanya tayang senyuman. Dia janji tak bawa Aero ke unit psikiatri. Dia juga faham keadaan Aero. Dia tak nak Aero tambah sakit jika ditempatkan di sana.

Lebih baik di sini saja.

"Kalau Aero bangun aku tak ada dekat sini macam mana?"

"Aku kan ada. Percayakan aku. Pergilah." Zero akur. Percayakan Huzair bukan hal yang salah. Dia tahu itu.

BARU mahu jatuhkan diri, ada tangan yang lebih dahulu menariknya menjauh.

PLAK!

Kuat bunyi tamparan itu. Sudut bibirnya mula mengeluarkan darah. Dia hanya diam. Antara terkedu dan takut dengan tatapan itu.

"Apa yang kau cuba buat?!" Tengking Zero kuat. Serta-merta air mata Aero jatuh membasahi pipi.

"Orang bodoh mana yang berusaha mati lepas dah mati-matian berusaha untuk hidup demi abang dia?!" Aero menunduk. Tak berani menatap wajah abangnya itu.

"Jawab aku!"

"A-aku tak ta-"

"Kebodohan kau ni dah tahap maksimum! Otak tu ada buat apa? Tak boleh fikir? Eh, orang dalam kubur tu pun mengagau minta nak hidup balik! Kau pula sesenang hati hempedu limpa kau je nak bunuh diri dekat sini!" Marahnya panjang lebar. Rasa mahu hantuk kepala otak bengap adiknya itu ke dinding.

"Aku selalu cakap jangan biarkan orang lain buat kau nangis kan? Apasal degil sangat? Aku pun selalu sangat cakap sampai dah naik berbuih mulut ni! Aku cakap jangan cuba cederakan diri apatah lagi bunuh diri sebab orang lain! Susah ke nak ikut cakap aku?!"

Dahi adiknya ditunjal geram. Sungguh, ikutkan hati dia yang panas membara ni memang rasa nak benam kepala Aero dalam lubang jamban.

"Aku dah cakap aku akan urus. Apa yang susah sangat nak ikut arahan? Susah ke kalau duduk diam dan tunggu je?!"

Esakan Aero pecah. Dari perlahan menjadi kuat. Lengan naik mengusap air mata yang makin lebat.

"Huwaaa! A-aku min-ta maaf! Aku minta maaf! Hiks! Huwaa!"

"Tak payahlah nak menangis! Tadi berani sangat nak terjun dari rooftop ni! Apasal sekarang kau nak menangis? Gila?" Tangisannya makin kuat. Zero berdecit.

Haa, baru reti nak menangis nak minta maaf bagai. Tadi masa buat tu otak macam hilang. Perangai pun lah. Nak je dia tampar satu lagi pipi tu.

"Buat apa kau menangis lagi?!" soal Zero geram.

"Hiks! Hiks! E-esok... Esok adik ada sidang media! Huwaaa! Rosak muka nak masuk tv esok! Huwaa... Abang buat!" Tercengang Zero dibuatnya. Apakah?

"Bodoh!" Kepala Aero diluku dan tangan lelaki itu ditarik kasar. Dia abaikan saja Aero yang masih menangis sambil menyeka air mata dengan lengan baju itu.

Wad Aero dicari dan dimasuki. Dia terus hempas punggung adiknya atas katil dan dengan kasar baringkan lelaki itu.

"Nanti aku minta Huzair ambil ais. Kau diam."

"Diam aku kata! Ada aku tambah satu lagi nanti!" Aero perlahan-lahan hentikan tangisannya dan menarik selimut.

"Mu-muka aku... Hiks... Muka adik macam mana? Sakit... Pecah ni! Hiks..."

Zero picit kepala. Apalah yang adiknya ini fikirkan. Nafas ditarik dan dihembuskan. Baik dia bertenang sebelum dia cekik adik kembarnya itu.

"Nak cermin..."

"Memang ada yang kena dengan aku nanti," gumam Zero sebelum berlalu mencari cermin. Tak bagi nanti melalak.

- Continue -

Continue Reading

You'll Also Like

29.3K 1.7K 42
Syed Qairul Noah dan Syed Qairil Nevin merupakan kembar seiras namun jauh beza personalitinya. Si abang, Qairul Noah merupakan pemuda yang bijak namu...
27.5K 1.6K 32
Clarissa Humra, seorang wanita ceria yang tidak tahu malu, hidup dalam kesukaran setelah dibuang oleh ayahnya hanya kerana ibunya difitnah. Dengan ha...
1.4K 239 141
Melayu: Ini adalah puisi yang mempunyai pelbagai perspektif tersendiri. Bacalah dengan teliti dan bayangkan dengan berhati-hati. English: Hi my hasan...
5.7K 627 46
𝙱𝚕𝚞𝚎 𝚙𝚎𝚛𝚜𝚘𝚗 𝚒𝚜 "𝚜𝚘𝚖𝚎𝚘𝚗𝚎 𝚠𝚑𝚘 𝚌𝚊𝚖𝚎 𝚒𝚗𝚝𝚘 𝚢𝚘𝚞𝚛 𝚕𝚒𝚏𝚎 𝚠𝚑𝚎𝚗 𝚢𝚘𝚞 𝚗𝚎𝚎𝚍𝚎𝚍 𝚜𝚘𝚖𝚎𝚘𝚗𝚎 𝚝𝚑𝚎 𝚖𝚘𝚜𝚝" Ha...