Happy reading
Hari-harinya dilewati dengan sangat berat. Setelah Kim Taehyung dipenjara, tak lantas membuat semua menjadi baik-baik saja.
Tidak. Justru kehidupan Lee Jieun berubah makin mengerikan. Wanita yang sudah berusia 31 tahun itu memutuskan untuk berhenti dari dunia entertainment, memutuskan untuk pensiun dini dari profesinya sebagai aktris papan atas. Meninggalkan hidup mewah sebagai sosok yang dipuja di masyarakat.
Para fans tentunya banyak yang menyayangkan keputusan Jieun, namun tak sedikit juga yang tetap men-support apapun yang telah Jieun tetapkan.
Wanita cantik itu tak memberikan alasan yang spesifik atas berhentinya, hanya memposting tulisan tangan yang berisikan permintaan maaf dan pengumuman itu.
Sebagai orangtuanya, Jihyun dan Dante sangat menghormati keputusan anak semata wayangnya. Melihat kondisi Jieun yang mengenaskan, tentu jika Jieun masih nekat menjadi aktris, Jihyun lah yang akan memaksanya istirahat terlebih dahulu, memulihkan kondisi dan mental yang berantakan. Beruntunglah Jieun mengambil keputusan yang tepat.
Berat badannya menurun drastis, pipinya yang semula gembul, menjadi sangat tirus. Kondisi Jieun memprihatinkan. Kerap kali terdengar menangis di malam hari, membuat hati sang ibu teriris-iris. Anaknya sebegitu patah hati akan semua hal yang terjadi.
Namun, dari hal ini pula lah, Jihyun bisa menyimpulkan bahwa ... Lee Jieun begitu mencintai Kim Taehyung. Begitupula sebaliknya.
Sejak awal, Jihyun sudah menaruh curiga. Orang gila mana yang mau menampung orang asing dan menjaganya dalam waktu yang lama? Merancang rencana di luar nalar, dan berakhir dipenjara, sebab ingin menjaga nama baik wanitanya.
Kim Taehyung ternyata sebudak cinta itu.
Dante sudah mengetahui semuanya, hampir mengalami spot jantung sebab tak percaya akan hal gila yang telah dua wanita kesayangannya ini lakukan. Dante tentunya marah, kesal, sedih, semuanya campur aduk.
Butuh satu Minggu untuk laki-laki bermarga Lee itu mengakhiri marahnya, memutuskan untuk menerima dan merengkuh tubuh sang anak yang menangis histeris dipelukan sang ayah--Dante baru menyadari bahwa, Kim Taehyung adalah bocah SMA yang dulu pernah dekat dengan Jieun--dan hal itu, memantik rasa sedih luar biasa, Jieun menangis histeris saat ia diingatkan lagi dengan momen di hari itu.
Kim Taehyung yang rela menunggu lama hingga kehujanan demi merayakan ulang tahun Lee Jieun. Tetapi, Jieun justru tak datang dan malah memutuskan hubungan dengan Taehyung. Semua ini karena Dante. Ayahnya lah yang membuat kisah cinta mereka tertunda.
Dan sampai detik ini pun, Kim Taehyung masih mencintai Lee Jieun, tak peduli jika itu sudah sangat lama.
Dan sampai sekarang pun, Taehyung tak pernah tau alasan Jieun mengakhiri persahabatan mereka. Tak pernah mengetahui jika Jieun juga pernah menyimpan rasa di masa SMA-nya.
Terhitung, sudah dua bulan semenjak Taehyung dikurung di sel tahanan Seoul. Sudah beberapa kali, Jieun ingin membesuk pemuda tersebut, dan beberapa kali juga Taehyung menolak untuk bertemu, bahkan polisi bilang, pemuda itu menolak semua tamu yang ingin bertemu dengannya.
Entah apa yang pemuda itu pikiran sekarang, yang pasti hal tersebut menambah kesedihan seorang Lee Jieun.
Kim Taehyung tak mau menemuinya. Apa sekarang, laki-laki tampan itu mulai membenci Jieun?
Entahlah, Jieun tak tau jawabannya.
****
Satu tahun berlalu.
"Noona, apa kau tidak punya kesibukan lain, selain menggangguku bekerja?"
Jeon Jungkook, si pemuda tampan dan bertubuh bongsor itu mengerocos sembari mulut yang dimanyunkan. Bukan tidak ada alasan, sepagi ini pemuda tersebut sudah marah-marah. Pasalnya, Lee Jieun mengganggu Jungkook yang sedang bekerja sedari tadi.
Semenjak berhenti menjadi sekretaris di perusahaan Kim Taehyung, pemuda itu banting setir menjadi seorang barista di sebuah kafe yang ada di pinggir jalan besar, memang seratus delapan puluh derajat berbeda dengan pekerjaan sebelumnya, namun ternyata, selain otaknya yang cerdas, dan pandai bertarung, diam-diam Jungkook memiliki hobi yang lucu, yaitu hobi melukis dan menggambar, baik di atas kertas, kanvas, maupun di atas kopi. Dengan memiliki bakat dan hobi itu, akhirnya Jungkook memilih profesi barista sebagai mata pencahariannya.
Kafe tempat ia bekerja sebenarnya biasa saja, namun semenjak Jungkook bekerja di sana enam bulan yang lalu, kafe itu mendadak menjadi ramai dan menjadi terkenal. Pemilik kafe tentunya begitu bahagia, mengklaim dan memberikan gelar pada pemuda Jeon sebagai pembawa keberuntungan. Menjadikannya 'ikon' kafe tersebut, dan barista yang paling disukai sang pemilik.
Bahkan, wajah tampan Jungkook itu dibuat baner yang terpampang jelas di depan pintu kafe.
Ternyata, ketampanan Jungkook itu membawa berkah yang luar biasa. Omset penjualan semakin naik, gaji Jungkook semakin naik pula. Sebagai orang yang paling banyak memberi keuntungan pada kafe, gaji Jungkook lebih tinggi dari biasanya---banyak mendapatkan bonus.
"Tidak. Kan pekerjaan tetapku ya mengganggumu, Jeon." Wanita itu menggeleng sembari tersenyum jahil. Ia kini memang berada di kafe Shining itu. Semenjak berhenti menjadi aktris, Jieun tidak punya pekerjaan lain. Lebih tepatnya, wanita itu memang ingin menganggur dulu, sambil menghabisi tabungan yang ia simpan semenjak dulu.
Ingin menghabiskan hidupnya dengan berfoya-foya. Setidaknya sampai keadaannya terpepet---tabungan menipis---yang entah kapan akan terjadi.
Jungkook mendengus kesal, lantas ia melangkah masuk kafe dengan kaki yang dihentakan, ia memang menyeret Jieun keluar kafe, sebab wanita itu terlalu menarik perhatian. Menjahili Jungkook dari mejanya dengan suara kuat, berhasil menarik atensi para pengunjung. Membuat Jungkook malu.
Lagipula, ia tidak mau mendapatkan rumor apapun. Mau bagaimanapun, Lee Jieun mantan aktris terkenal, dengan ia pensiun dini, tak lantas membuat namanya mudah dilupakan. Jieun masih tetap terkenal.
Pemuda itu sudah sangat muak dengan perangai Jieun yang semakin menjadi-jadi. Setelah Taehyung tak ada di sekitar mereka, wanita itu menjadi begitu liar. Membicarakan tentang Kim Taehyung diantara keduanya sudah tak pernah menyebut nama pria itu. Tidak sekalipun. Itu merupakan kata keramat yang bisa memantik emosi Jieun, kesedihan yang berkepanjangan, dan Jungkook tak mau itu terjadi. Butuh waktu lima bulan setelah Taehyung dipenjara, untuk Jieun mulai kembali semangat menjalani hidupnya. Dan wanita itu sekarang, memiliki kesibukan baru, yaitu mengangguk si pemuda Jeon.
Jieun tak segan-segan berbicara pada pelanggan kafe, memberitahu jika Jungkook itu jomblo abadi, yang tak memiliki pacar semenjak baru lahir. Menawarkan sebuah 'paket' spesial, mendaftar lewat Jieun agar bisa menjadi kandidat calon pacar Jungkook.
Itu merupakan bisnis yang luar biasa, banyak yang mendaftar, dan dengan itu pula, Jieun mengambil kesempatan, para pendaftar diberikan syarat untuk datang di pembukaan toko bunga milik Jieun yang diadakan Minggu depan. Iya, wanita tersebut menghabiskan uangnya dengan membuka toko bunga yang sejak dulu ingin ia lakukan. Ia berfoya-foya untuk hal yang benar dan bermanfaat ternyata.
H
ari ini pun, Jieun datang ke kafe Shining untuk melakukan hal tersebut. Mencari target.
Jungkook tentunya kesal, bagaimana bisa Jieun menyebar fitnah yang begitu kejam? Jungkook bukanlah pemuda ngenes yang seumur hidup tak merasakan cinta dan menjalin kisah asmara. Sejak SD malah sudah berpacaran dengan teman sekelasnya. Hanya saja, memang tiga tahun belakangan, entah kenapa gairah pacaran itu menghilang, berganti dengan gairah mencari uang dan membeli berbagai aset.
Pun sekarang, Jungkook sudah memiliki seseorang yang spesial, yang masih ditahap pendekatan. Lee Jieun tidak mengetahui hal tersebut, sebab wanita itu akan sangat berisik. Meskipun begitu, tetap akan Jungkook perkenalkan pada wanita yang telah ia anggap sebagai kakak itu. Suatu hari nanti, jika hubungannya sudah pasti. Jika sekarang, bisa-bisa menjadi bulanan Lee Jieun.
"YA JEON BRENGSEK JUNGKOOK!" teriak Jieun memanggil si pemuda yang sudah meninggalkannya seorang diri di luar kafe.
Jieun mengerucutkan bibirnya kesal, seraya menatap pada arloji di pergelangan tangannya. Sudah pukul sebelas pagi, perutnya mulai kelaparan.
Ia lantas masuk kembali ke kafe, berdiri tepat di depan Jungkook yang mulai sibuk membuat kopi pesanan, mereka hanya dibatasi sebuah meja besar.
Dengan tatapan yang menajam, ia menyorot Jungkook yang terlihat acuh. Teman kerja pemuda tersebut yang malah menengguk ludah susah payah, dihadapannya sedang berdiri seekor makhluk kelaparan yang seakan ingig menyantap mangsanya.
Teman kerjanya itu menyikut lengan Jungkook, membuat pemuda tersebut akhirnya menoleh.
"Aku lapar. Temani makan," ucap Jieun to the point.
Menggeleng kuat, Jungkook menolak mentah-mentah. Ia sedang bekerja, ingat.
Jieun menarik nafas dalam-dalam, beralih menuju meja kasir, di mana disitu sang pemilik kafe berada.
"Permisi."
"Mau pesan apa, Jieun-ssi?" tanya si pemilik kafe dengan tersenyum manis. Laki-laki paruh baya itu mengetahui identitas wanita cantik dihadapannya ini. Ia ternyata salah satu fans Lee Jieun.
"Saya ada urusan dengan pekerja yang bernama Jeon Jungkook. Apa boleh saya membawanya pergi sekarang?" Jieun mulai melancarkan niatnya.
Tanpa diduga, pemilik kafe tersebut justru tersenyum lebar sembari mengangguk setuju. Dengan antusias mempersilahkan Jieun membawa pergi si pria tampan, dan bahkan menyeret paksa Jungkook ke meja kasir.
Pemuda yang diseret itu kebingungan, lantas menatap bossnya yang tersenyum lebar, yang sedang berada di mood yang bagus.
"Silahkan bawa, Jieun-ssi sampai sore pun tak apa, pemuda ini pembawa berkah, sesekali aku akan memberinya keringanan."
Dengan senyuman yang mengembang, Jieun membungkuk untuk mengucapkan terimakasih. Jungkook sampai menggeleng-gelengkan kepalanya. Untuk kesekian kalinya, Jieun bersikap diluar nalar.
"Tapi ini semua, tentunya tidak gratis." Sang pemilik kafe melanjutkan ucapannya. Membuat Jieun kembali melangak setelah membungkuk beberapa saat--menampilkan wajah bingung.
Pemilik kafe kemudian mengeluarkan satu spidol permanen dari laci meja, lantas dengan senyuman yang terus mengembang, ia pun berkata, "dibayar dengan tanda tanganmu, Jieun-ssi." Lantas tersenyum manis.
Jieun tertawa, ia kira hal lain, ternyata hanya menginginkan tanda tangan saja. Maka dengan semangat Jieun mengambil spidol itu, dengan diantarkan oleh pemilik kafe, Jieun menandatangani papan tulis kecil yang ditempelkan di dinding, berada di tengah ruangan. Sebuah papan tulis yang berisikan banyak tanda tangan orang terkenal lainnya--menandakan mereka pernah ke sana--dan tanda tangan Jieun salah satunya.
****
Toko bunga itu diberikan nama Jijie's Garden.
Aktivitas Jieun yang semula template, dan membosankan, menjadi begitu semangat dan produktif saat toko bunga itu resmi dibuka. Banyak pengunjung yang datang, sebagian berkat promosinya itu, sebagian lagi murni karena mereka men-support idolanya.
"Sampai kapan kau akan mengurusi bunga terus?" Min Yoongi, pamannya yang sudah sembuh dari patah tulangnya, mengunjungi sang keponakan hari ini. Mendatangi toko bunga, yang menjadi rumah Jieun sekarang.
Yang ditanya hanya mengedikkan bahunya, "sampai meninggal?" jawabnya asal, dan masih fokus memasukkan tanah ke dalam pot-pot bunga.
Membuatnya mendapatkan timpukan di kepalanya, "jangan bicara sembarangan."
Jieun terkekeh, ia pun sebenarnya tak tau akan sampai kapan. Sejauh ini, Jieun menyukai pekerjaannya, kegiatan yang bisa membuat dirinya lupa sejenak akan kesakitan dan rasa sedih yang selalu saja timbul setiap saat. Rasa sedih yang masih tumbuh dengan suburnya, bahkan setiap hari semakin terasa berat.
Sudah satu tahun lewat dua bulan, dan rasa sedih itu seperti diberikan pupuk yang senantiasa tumbuh lebat. Jieun tidak tau mengapa hal ini bisa terjadi, padahal ia sangat ingin berdamai dengan keadaan. Namun ia tidak bisa.
Di malam-malam tertentu akan selalu ada waktu di mana Jieun akan menangis di kamarnya. Meringkuk di kasur dengan dibalut selimut, mati-matian menahan tangis agar tak terdengar anggota keluarganya.
"Hei, kucing nakal, jangan berbaring ditumpukan tanah!" Jieun bangkit dari posisinya, mendekat pada seekor kucing jantan putih bercorak hitam, yang menjadi hewan peliharaannya. Jieun memang mengadopsi kucing yang sekarang diberi nama Momo itu, sejak toko bunganya dibuka. Agar menjadi teman, katanya.
Yoongi mendekat, terkekeh kecil saat sang keponakan menggerutu kecil sembari menepuk pelan kepala kucingnya. Lantas mengunci Momo ke dalam kandangnya, agar tak berkeliaran dan mengotori bulu.
"Sejak kapan kau suka kucing?" Yoongi bertanya, karena ia tau, dulu Jieun itu takut pada kucing, dan tak berani menyentuh hewan berbulu itu. Namun sekarang, Jieun berubah banyak.
"Sejak beberapa bulan yang lalu."
Yoongi tertawa, "memangnya tidak geli lagi memegang bulunya?"
Jieun menggeleng, "justru sekarang, aku menyukai bulu lembut itu."
"Alasannya?"
"Karena bisa menyapu kesedihan."
****
Satu bulan.
Dua bulan.
Tiga bulan.
Empat bulan.
Waktu terus berjalan. Terhitung sudah empat bulan toko bunga itu dibuka. Namun ternyata, hanya sebatas itu saja toko bunga itu bisa menghibur Jieun.
Tak setiap hari orang-orang datang dan membeli bunga, membuat banyak bunga yang layu dan berakhir dibuang. Meskipun Jieun yakin ini semua adalah proses berat yang harus dirasakan jika membuka sebuah bisnis. Namun, tetap saja membuat Jieun menjadi sedih.
Lima bulan setelah Jijie's Garden dibuka, Jieun mendengar kabar duka.
Kim Doohan yang mengalami stroke setelah penangkapan anak keduanya, Kim Taehyung, dinyatakan meninggal dunia malam itu.
Seakan kedua kakinya berubah menjadi agar-agar, Jieun merosot ke lantai saat ia baru saja pulang ke rumah, dan Jihyun menyampaikan berita itu.
Mungkin Jieun memang tak dekat dengan Doohan, atau bahkan Yoon Hee istrinya. Namun, pemuda itu merupakan ayah dari seseorang yang Jieun cintai.
Kehilangan seseorang terdekat tentunya sangatlah menyakitkan, Taehyung bahkan tak berada di sisi Doohan saat pria itu menghembuskan nafas terakhirnya. Kesedihan yang seharusnya Taehyung saja rasakan atas kehilangan sosok ayah, ternyata Jieun juga merasakannya.
Wanita itu hanya memikirkan keadaan Kim Taehyung sekarang.
Keluarga Kim telah banyak mengalami kerugian materi maupun fisik dan mental. Keluarga mereka jatuh miskin, bangkrut. Hanya mengandalkan satu perusahaan yang Seokjin kelola saja, perusahaan yang memiliki saham rendah, mati-matian mencari investor agar tak kembali tumbang, tentunya kejayaan dan kekayaan mereka merosot drastis.
Dan Jieun merasa, bahwa ialah dalang dari semuanya. Ialah alasan kenapa Doohan bisa meninggal. Menoreh luka dan rasa penyesalan semakin dalam. Membuat Jieun kembali jatuh ke dalam kubangan kesedihan.
****
Kematian Doohan memiliki dampak yang begitu besar di kehidupan Lee Jieun.
Wanita itu kembali mengurung diri di kamarnya, menangis seharian, dan bahkan membiarkan Jijie's Gardennya terbengkalai.
Mengabaikan siapapun termasuk Jungkook yang kembali dibuat khawatir, membujuk Jieun susah payah namun tak membuahkan hasil. Jieun tetap menutup pintu kamarnya untuk siapapun. Bahkan ibunya sendiri.
Tak makan berhari-hari, dan tak pernah keluar kamar. Tentunya menimbulkan rasa cemas yang berlebih. Jieun tak makan apapun selama empat hari ini.
Jihyun pun Dante sangat cemas, sehingga hari itu juga, pintu kamar Jieun terpaksa didobrak. Dan satu hal yang merasa dapatkan adalah, Lee Jieun tengah terbaring lemah di lantai kamarnya, dengan pergelangan tangan yang berdarah, juga satu pecahan kaca yang tergeletak tak jauh dari tubuhnya.
Kacau. Wanita itu mencoba bunuh diri.
****
Beruntung, luka itu ternyata tak terlalu dalam. Hanya tergores saja.
Jieun ternyata tak memiliki cukup kekuatan untuk memutuskan nadinya. Kondisinya saat itu memang sangat lemah, dehidrasi dan kelaparan, membuatnya berhalusinasi.
Jieun dirawat di rumah sakit selama satu Minggu, diawasi dengan ketat oleh dokter dan keluarganya agar tak melakukan hal bodoh lainnya. Jieun bahkan tak dibiarkan sendirian meski hanya satu menit saja. Kemana-mana selalu ditemani, bahkan ke toilet sekalipun.
Jihyun sangat sedih saat anaknya mencoba melakukan hal yang merugikan dirinya dan keluarga mereka. Rasa kecewa tentunya hinggap, namun rasa sedih juga prihatin lebih mendominasi.
Mereka tak tau lagi harus melakukan apa kepada Jieun, agar bisa mengikhlaskan dan berdamai dengan semua hal.
Sekarang, kondisi Jieun bahkan mirip seperti Kim Hera yang gila, dan Park Jimin yang didiagnosa mengalami anxiety disorder. Jieun juga diberikan obat dari dokter saraf, ia memang sempat dibawa ke rumah sakit jiwa agar diperiksa kondisi mentalnya.
Hal ini tentunya tak bisa diterima oleh Dante dan Jihyun, mereka tak mau anaknya menjadi seperti dua orang itu. Jieun harus tetap sehat fisik maupun mental. Apapun akan mereka lakukan demi kesembuhan Jieun.
Hingga suatu hari, sebuah rencana tercetus di kepala Lee Dante. Memutuskan untuk membawa keluarga kecilnya keluar negeri.
Mendengar ide itu, tentunya Jihyun tak menolak, setuju seratus persen.
Jepang adalah tujuan mereka. Dante memilih agar negara itu menjadi tujuan mereka sekarang. Menetap di sana dalam waktu yang tak bisa dikatakan. Entah sebentar, agar memulihkan kondisi, atau justru selamanya, hingga menghembuskan nafas terakhir di negeri Matahari terbit tersebut.
Dante tak bisa menjawabnya, biarkanlah waktu yang menjawab.
Tentang restoran mereka, biarlah Yoongi yang mengurusnya.
Restoran mereka memang tersebar di banyak daerah, di Korea Selatan, dengan rencana mereka yang akan menetap di Jepang, maka hampir semua restoran itu dijual, menyisakan yang ada di Seoul dan Ilsan.
Yoongi yang akan mengurus restoran Seoul, dan Namjoon di Ilsan.
Hasil penjualan restoran, sudah lebih dari cukup untuk membeli tanah dan membangun rumah besar di perumahan elite Jepang. Mereka tak perlu memusingkan biaya hidup, aset mereka terjual dengan harga fantastis, bahkan sisa uang dari pembangunan rumah, tetap bisa menjadi modal untuk membuka usaha baru.
Jieun tak menolak ajakan ayahnya, membiarkan sang ayah melakukan apapun yang ia mau.
Jijie's Garden pun ditutup, kucing jantan putih bercorak hitam itu dititipkan pada Jungkook. Menyuruh pria itu mengurus hewan lucu tersebut.
Korea Selatan menjadi mimpi buruk Lee Jieun. Seumur hidup kenangan pahit itu akan selalu membekas. Selalu terasa sesak setiap kali menghirup udaranya.
Meninggalkan Seoul, mungkin bisa meredakan rasa sakitnya.
Lantas, satu bulan setelah Jieun keluar dari rumah sakit, dengan persiapan yang matang, keluarga Lee itu resmi berangkat ke Jepang, dan menjadi warga negara sana.
Meninggalkan Korea Selatan dengan segala kenangan buruknya.
.
.
.
.
Bersambung~
Happy anniversary, uri Bangtan!! 💜💜🎉🎉
Telat sehari hehe, gak papa lah ya.
Selamat kembali juga untuk Kim Seokjin, itu orang makin cakep aja habis wamil.
Oh ya, kalian kemaren ada yang terpilih di sesi pertama gak? Peluk-pelukan sama Seokjin? Hehe. Atau cuma bisa menangis dipojokkan liat Seokjin meluk 1000 ARMY?
Aku sih, tim kedua ya. Wkwk.
Btw guys, jangan lupa vote!! 2700+ kata. Capek banget ngetiknya, vote dan komen yaaa biar aku semakin semangat!!!
Cerita ini menuju ending. Ada yang bisa nebak gimana endingnya? Xixi, komen ya!