๐„๐ฅ๐ž๐ ๐ข [๐๐ฎ๐ค๐š] ๐‚๐ข๐ง๏ฟฝ...

By AphroditeAnarcy

486 156 119

๐‹๐š๐ง๐ญ๐ฎ๐ง๐š๐ง ๐ง๐š๐ฆ๐š๐ฆ๐ฎ ๐ค๐ฎ๐ฅ๐š๐ง๐ ๐ข๐ญ๐ค๐š๐ง ๐ค๐ž๐ฉ๐ž๐ญ๐ข๐ง๐ ๐ ๐ข ๐š๐ฅ๐š๐ฆ ๐ฌ๐ž๐ฆ๐ž๐ฌ๐ญ๐š ๐๐ฎ๐ง๐ ๐š... More

(01) Tuan Bumi Lancang Kuning
(02) Malam Hangat Bersama Radan
(03) Juru Masak Radan & Anjali
(04) Momen Imlek
(05) Bajingan Tengik Tanah Jawara
(06) Rad(an)jali 2023
(07) Bincang Malam
(08) Jalan Malam
(10) Sakit
(11) Hari Memulai Rindu
(12) Berkabar
(13) Angsa, Lambang Kesetiaan
(14) Pergi Jalan-Jalan
(15) Tanggal 3/12 Jam 3 Sore
(16) Menapak Bumi Lancang Kuning
(17) Pusara Cinta
(18) Radan Terkasih

(09) Siapa Celi?

18 8 2
By AphroditeAnarcy

ʙᴀɢɪᴀɴ 𝟶𝟿

𝓢𝓲𝓪𝓹𝓪 𝓒𝓮𝓵𝓲?


Baru kali ini rasanya aku pulang disambut oleh kekasihku di depan rumah, Radan tengah bermain handphone di teras, ketika melihat kedatanganku dia segera bangkit dan tersenyum sumringah.

"Gimana sekolahnya?" Dia bertanya sambil beralih menenteng tasku.

"Aman bos," kataku sambil membuka pantofel.

Radan dan aku masuk bersama ke dalam, pemuda itu membereskan tasku ke tempatnya sementara aku pergi bertukar pakaian; baru saja aku keluar kamar Radan tiba dengan segelas air. Aku menatapnya lembut, pemuda itu selalu saja tampan meski hanya dengan setelan celana pendek dan kaosnya.

"Terima kasih, Bang Radan Sayang."

"Sama-sama, Anjali Sayang." Radan mengusap puncak kepalaku lembut.

"Makan siang?" tawar Radan.

"Nanti aja, aku udah makan di sekolah tadi," sahutku. Aku menarik lengan Radan untuk berkumpul di depan televisi bersama Papa dan Mama.

"Kenapa? ada cerita apa?" tanyanya.

"Mau nyender."

"Sini." Radan mengumpulkan rambutku sebelum aku bersandar di dada bidangnya.

"Lantas aja sesundar-sesender¹, capek si Radan abis bantuin beresin halaman samping," kata Mama.

"Gak apa-apa." Radan mengusap keningku yang berpeluh.

"Aku ada tugas proposal, mau temenin nugas?" ujarnya.

"Mau bikin sekarang? aku temenin." Aku bangkit, ikut meraih lengan Radan membantunya segera bangkit.

"Di lemari ada kue, ambil aja buat camilan," timpal Mama. Sementara Radan ke kamarnya aku menyisihkan camilan sebelum mengikuti Radan yang sudah membawa keluar laptopnya.

Aku mengulurkan kue ke hadapan Radan yang mulai sibuk, lantas diterima dengan senang hati.

"Enak," kata Radan.

"Iya gak tau nih beli di mana," sahutku.

"Enak karena disuapin kamu," sela Radan.

"Aku abis ngupil makanya enak," kataku asal sontak membuat Radan tertawa keras.

"Gak apa-apalah." Radan menyahut sambil terkekeh, wajahnya yang putih itu nampak memerah jika tertawa membuat aku ikut terkekeh sambil mengusap wajahnya.

"Kerjain sana, ketawa mulu." Aku mengambil duduk disebelah Radan.

Handphone Radan yang menganggur lantas aku raih, membuka layar depan yang menampilkan fotoku, sambil melirik sang empunya yang nampak biasa saja.

"02 09 23," ujarnya.

"Hah?"

"Sandinya, Sayangku." Radan menarik pipiku.

"Tanggal kita ya? lucu deh Radan." Aku terkekeh.

"Foto bareng yuk?" ajaknya.

Aku nampak berpikir sejenak, aku betulan tidak percaya diri disampingnya-dari fisik mungkin aku masih seringkali diam diam membatin-, takut-takut tidak pantas disandingkan dengan Radan.

"Nanti aja ah, aku gak pede," kataku jujur.

"Kenapa? cantik gini kok." Radan menatapku mencari jawaban.

"Jangan diliatin!" Aku memukul lengan Radan membuat dia meringis kemudian terkekeh.

"Sakiti aku sampai kamu puas, silahkan sakiti aku habis-habisan, asal kamu pelakunya, aku rela." Pemuda itu memang terkadang penuh drama.

"Idih banget," cetus Kokohku yang baru saja keluar kamar kemudian berlalu ke dapur sambil melirik kami berdua dengan wajah baru bangunnya-rutinitas pengangguran-sebetulnya dia kerja freelance, yah kurang-lebih tetap nampak macam pengangguran.

"Cariin Sadewa cewek tuh," kata Radan.

"Sama adekmu aja," celetukku sambil menyandarkan kepala di bahunya.

"Jangan aneh-aneh, adekku kan cowok!" Radan tertawa seraya ingin mencekik leherku dengan lengannya.

Aku masuk ke aplikasi whatsApp, melirik satu nama perempuan di salah satu pesan yang belum di jawab sejak malam, nama kontak itu Celi, foto profilnya seorang perempuan berkerudung, auranya begitu tenang dan wajahnya nampak manis. Siapa? apakah Celianto? rasanya tidak mungkin.

"Celi siapa?" tanyaku melirik Radan.

"Temen, adik kelas waktu SMA." Pemuda itu melirik aku dengan senyum tipisnya.

Aku merenung barang sejenak, aku baru saja dirundung insecure merasa tidak cocok disandingkan dengan Radan, tiba-tiba munculah Celi si gadis manis itu.

"Buka aja pesannya kalo kamu penasaran," kata Radan.

Aku pun lantas membuka ruang chat antara Radan dan Celi itu, yang hanya berisi pesan basa-basi yang intens dan Radan menjawabnya begitu singkat dan dalam waktu yang cukup lama.

"Dia terakhir nanya kamu ngapain ke Tangerang," kataku.

"Jawab, nyamperin pacar," ujar Radan. Aku meliriknya ragu, dari pesan-pesan yang gadis manis itu sampaikan sangat kentara ingin berbincang lama dengan Radan, dan jelas ada yang dia inginkan.

"Gak apa-apa Sayang, dia memang sudah lama katanya suka sama aku, dari dia baru masuk SMA sampe sekarang," jelas Radan.

"Serius? kenapa kamu malah milih aku? padahal dia udah nunjukin rasa suka dari lama bahkan gak pudar-pudar."

"Gini ya, aku gak bisa atur perasaan dia atau siapapun untuk berhenti suka sama aku, dia juga gak bisa atur perasaan aku buat suka sama dia sama seperti aku yang gak bisa atur perasaan kamu buat nerima aku sejak awal, kamu juga gak bisa atur perasaan aku buat berhenti suka sama kamu, mau seberapa lama seseorang mencintai kita itu gak memengaruhi kita buat harus sama dia." Radan meninggalkan laptopnya dan memilih menatap mataku dalam. Begitulah dia setiap menjelaskan suatu hal padaku.

"Ini aku balas kaya gitu?"

Radan mengangguk yakin sambil tersenyum tipis, menyelipkan usapan kecil di kepalaku. "Jawab aja, kamu liat pesan-pesan di atas, aku balas pesan dia dengan lugas dan sering aku bilang aku ke Tangerang untuk memperjuangkan perempuan spesial, dan sekarang perempuan spesial itu udah jadi milik aku, bilang sejujurnya sama dia."

"Kamu pemuda yang tegas." Aku tersenyum menatap ukiran Tuhan yang nampak begitu sempurna ini.

"Aku gak mau ada yang mengganggu fokusku, aku juga gak mau menyakiti perasaan dia atau siapapun, kalau aku terus respon, dia akan memaknai hal yang lain, lebih baik terus terang dan jangan memberi harapan pada dia yang gak akan mendapatkan hal yang dia inginkan."

"Dia cantik," kataku.

"Aku gak akan bohong kalo dia emang cantik, di luar sana juga banyak perempuan yang lebih cantik dari dia, tapi perempuan yang sedang insecure di depanku gini gak tau kalo dia lebih cantik, manis dan gemas, yang lebih penting dia selalu jadi pemenang di hati Radan." Pemuda mullet itu menjawil hidungku dengan tatapan gemasnya.

"Orang udah buang-buang duit jutaan buat nyamperin dia masih aja diraguin," sinis Koh Sadewa yang tengah membawa gelas kopi ke halaman belakang.

Aku menggaruk tengkukku sambil terkekeh, secara logika memang sangat terbukti, tapi namanya juga perempuan dan seribu kerumitannya.

"Namanya juga perempuan, itu artinya Anjali beneran udah buka hati buatku." Radan terkekeh, lantas menarikku bersandar di bahunya.

Hampir satu jam berlalu, aku ketiduran di bahu Radan, pemuda itu menahan tubuhku dengan lengannya selama satu jam tanpa protes.

"Gubragin habek!²" Pekik Koh Sadewa membuatku mengerjap bangun.

"Ngantuk ya?" Radan mengusap seluruh wajahku, dia memperlakukanku macam anaknya saja.

"Udah selesai?" tanyaku. Aku kini masuk ke dalam dekapan Radan, bersandarkan diri dengan dadanya.

"Sudah." Radan tidak pernah melupakan usapan lembut di kepalaku.

"Kamu gak boleh pulang ah," kataku. Semakin memberikan seluruh bobot tubuhku pada Radan.

"Kenapa?" Radan terkekeh.

"Gak siap LDR."

"Nanti aku usahain sering dateng."

***

1. "Nyender-nyender"

2. "Jatohin aja sekalian!"

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 67.1K 65
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
2.8M 160K 67
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
327K 30.9K 11
Untuk sahabat terbaikku Laura. Yang Mencintai Allah dan Rasulnya melebihi cintanya pada apapun. Yang menjadikan Maryam, Asiyah, Khadijah dan Fatimah...
644K 20.8K 34
( ON REVISION ) Nadia Akhbar seorang pelajar universiti. Jiwa nya tiba tiba termasuk ke dalam satu novel "My Girl Selena". Lebih parahnya dia menjad...