Perlahan, cahaya memasuki sebuah ruangan tanpa izin. Sang empu yang tertidur pun merasa gusar dan memutuskan untuk bangun dari tidurnya.
Tes
Satu tetes darah berhasil turun dari hidung pemuda itu. Ia pun mendongak dan mencoba untuk pergi ke kamar mandi tanpa membangunkan Yuta. Rasanya, ia masih marah padanya.
"Chan..."
Haechan pun berbalik badan melihat Yuta yang sudah terbangun. Yuta pun menghampiri Haechan.
"Mimisan lagi? Bangungin gue kek." Haechan pun diantar oleh Yuta.
Setelah semua beres, Yuta memberitahu Haechan jika Cellyn dan bundanya tengah di jalan menuju ke rumah sakit. Haechan hanya ber oh ria saja.
Di lain sisi...
Jeno dkk merasa bersalah pada Haechan karena mereka telah menyebarkan video cctv itu. Mereka dibuat haru olehnya karena kehadiran Haechan yang muncul di televisi beberapa hari yang lalu.
Ting!
Haechan tersenyum melihat Jeno mengirimi pesan permintaan maafnya beserta Jaemin dan Taeyong. Entah tulus atau tidak, yang penting mereka telah mengaku dan ternyata bukan Yuta.
Haechan merasa bersalah pada Yuta.
"Kak Yuta..." yang dipanggil hanyalah berdehem sambil menatap Haechan.
"Maaf ya." entah kesalahan apa yang telah Haechan lakukan, Yuta hanya mengangguk saja tanpa memperpanjang.
Tok tok tok
"Masuk aja Mom!"
Yang pertama masuk bukanlah Hana, melainakan Cellyn yang langsung memeluk Haechan tanpa izin. Haechan sedikit tersentak namun ia menerima pelukan itu. Ia rindu pelukan hangatnya bersama Cellyn.
"Kak Echan! Cellyn rindu kakak tau... Hiks" dengan Isak tangisnya, Haechan mengusap pucuk kepala Cellyn dengan lembut.
"Kamu ini kebiasaan deh! Tiap ketemu kakak, pasti sambil nangis. Kakak gak suka ya." ucap Haechan sambil melepaskan pelukan mereka.
Cellyn pun akhirnya berhenti menangis dan mencubit lengan Haechan.
"Arkkh!"
"Cellyn rindu tau!" meski sedang marah, Haechan malah tersenyum melihat raut wajah Cellyn yang malah terlihat lucu dimatanya.
"Kak Echan kesakitan loh. Maaf ya nak, dari kemarin Cellyn mimpiin kamu terus sih." ucap Hana sang ibu.
"Biasalah Chan. Baru keluar dari RSJ kemarin." timpal Yuta yang malah dibalas bombastic side eye oleh Cellyn.
"HEY! Penyanyi terkenal gini kok disebut pasien RSJ." balas Cellyn sambil menghempaskan rambutnya kebelakang.
"Eh, om Yanz kemana?" tanya Haechan menyadari jika Yanz tidak ada.
"Dia nyusul, katanya." jawab Hana.
Ditengah keasyikan mereka mengobrol. Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk dan langsung dibuka.
"Eh, udah rame aja. Halo Tante, halo." Renjun menyalami mereka.
"Kamu siapa ya?" tanya Hana.
"Saya temennya Haechan. Kebetulan ruangan saya disamping kanan Haechan tante."
Renjun pun menyambungkan dialognya.
"Ohya,, Haechan suka cerita-cerita tentang Tante Hana yang baik ngerawat Haechan. Katanya, dia suka ceria kalo sama Tante. Makasih ya tante, udah bisa balikin senyum Haechan lagi. Soalnya, aku jarang banget liat Haechan senyum kuda kya gitu."
"HEH!" Kepala Renjun langsung di geplak oleh Haechan.
"Gak sopan lu ama yang kecil." timpal Renjun sambil mengusap kepalanya.
Mereka yang disana hanya tertawa melihat tingkah laku mereka.
"Tapi, ibu gak yakin kalo Haechan bakal tetap ceria selamanya kalo sama ibu." perkataan Hana mampu mengheningkan suasana.
"I-ibu bicara apa? Haechan tentu sangat sayang sama ibu. Ibu gak pernah lakuin kesalahan kok. Haechan bakal terus ceria kalo disamping ibu Hana!" timpal Haechan.
Deg
"Siapa yang naruh bawang disini." balas Renjun sambil berakting sedih dan malah memeluk Yuta.
"Heh bocah!" Renjun tak sadar, dan langsung melepaskan pelukannya.
"Maaf bang. Terlanjur sedih nih. Pokoknya, Haechan harus sembuh lagi dan harus comeback risol lagi!"
Haechan terkekeh geli melihat tingkah Renjun yang terlihat kekanak-kanakan sekali.
Hangat sekali senyumanmu nak. - batin Hana.
Di luar sana, terlihat seorang pemuda yang melihat Haechan tersenyum manis. Rasanya, ia tidak pernah lagi melihat Haechan tersenyum seperti itu. Ia iri dengan orang-orang disana yang bisa membuat Haechan tertawa dan tersenyum.
Ia hanya bisa membuat luka Haechan semakin dalam.
"Haechan,,," lirih pria itu.
Tak berselang lama, pundaknya ditepuk oleh Yanz.
"Kenapa gak masuk?" tanyanya.
"Takut ganggu om." Pemuda itu gelagapan dan langsung masuk bersama Yanz.
Atensi Haechan langsung membulat melihat kehadiran sang kakak di sana. Renjun yang menyadari akan hal itu, ia lantas melihat reaksi Haechan yang langsung berkeringat.
Mark.
Begitu juga dengan Mark yang rindu pada adiknya. Tunggu, adik? Bahkan Mark tidak menganggap Haechan sebagai adiknya.
"Ngapain lu kesini? Ganggu banget sih." ketus Yuta. "YUTA! Ada tamu kok malah gitu." balas Yanz.
Yuta hanya menatap Mark malas.
"Katanya, dia mau jenguk Haechan. Kirain dia udah masuk, soalnya papah pergi ke toilet dulu tadi." Jelas Yanz.
"Chan. U ok?" bisik Renjun karena melihat Haechan yang sedikit gusar.
Mata Mark tidak pernah bohong. Ia ingin menangis saat itu juga. Begitu juga dengan Haechan yang tak percaya jika Mark akan menjenguknya. Apa dia akan menyuruhnya pulang dan akan diserahkan pada Johnny? Ayo lah, dia sudah sangat lelah.
Eye to eye terjadi beberapa detik. Mereka seakan berbicara hanya lewat mata saja.
"Haechan..."
"Bang Mark..."
Yanz, Cellyn, dan Hana terkejut ternyata dia adalah Kakak Haechan.
Sudahlah, saat saat seperti ini jangan biarkan ego menang.
Mark mendekati Haechan dan Haechan sedikit gelagapan dan melindungi kepalanya. Alih-alih Mark akan memukulnya.
Tapi,
Kali pertamanya, Mark memeluk lagi tubuh ringkih Haechan setelah sekian lama.
Yang Haechan dapatkan adalah apa yang ia inginkan. Bukan pukulan, bukan tamparan yang menyakitkan. Melainkan pelukan yang sudah lama ia rindukan.
"Jangan lari-larian! Nanti Haechannya sakit lagi." perintah sang ibu.
"Gak kok. Haechan baik-baik aja!" jawab Mark yang berusaha menangkap Haechan.
Disela kejar-kejaran itu, Haechan terdiam merasa pusing kembali. Mark yang mengetahui hal itu, langsung menggendong Haechan seperti bayi koala.
"Echan tenang ya. Spider Mark langsung membantu!" dengan kekuatan superheronya, Mark sampai di rumah mereka dan langsung berteriak memanggil sang ibu.
Tentu sang ibu langsung sigap menidurkan anak kecil manis itu di atas kingsizenya.
Setelah diletakkan sebuah saputangan basah dikening Haechan. Sang ibu pun meninggalkan mereka dan menitipkan Haechan pada Mark jika terjadi apa-apa.
Sang ayah Johnny masih tekun di kantornya dan akan pulang jika sudah larut malam.
"Echan.. Jangan lama-lama ya sakitnya. Mark mau main lagi. Ayo main lagi habis ini!"
"Echan tidur aja ya. Jangan dirasa-rasain sakitnya."
Perkataan Mark tetap tak digubris oleh Haechan. Karena ia sedang mencoba untuk tidur.
Karena bosan, Mark pergi mengambil cemilan di dapur. Hendak pergi, Haechan memegang lengan Mark.
"Bang Melk, jangan pelgi. Echan puuscing." jika tidak sedang sakit, Mark sudah mengunyel-nguyel pipi gembul Haechan karena sangat lucu.
Mark pun duduk kembali di posisi semula.
"Iya, Abang gak pergi kok. Mana yang sakit?" Haechan pun menunjuk pelipisnya.
Tangan Mark bergerak memijit kedua pelipis Haechan. Tiba-tiba, Haechan menangis.
"Eh, Haechan! Kenapa nangis? Mana yang sakit?" Ia kebingungan. Jika meminta bantuan ibunya, ia tidak ingin merepotkannya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Posisi Mark pun berubah berbaring menghadap Haechan. Dan langsung memeluknya.
"Jangan sakit lagi ya? Kata orang, kalo lagi sakit harus dipeluk biar sakitnya ilang." Haechan pun mengangguk dan benar saja, sakitnya perlahan menghilang.
"Melk, peluk Echan kuat. Dingiin." aneh, padahal hari itu sangat panas. Namun karena Haechan memang sedang sakit, ia pun menurutinya.
Ia meneteskan air matanya mengingat kenangannya dulu. Haechan pun mulai menerima pelukan Mark.
"Jangan sakit lagi..." Lirih Mark. Bahu Haechan pun basah karena air mata Mark. Begitu pun Haechan yang tidak bisa membendung air matanya.
"Melk... Hiks hiks" Mark terdiam kala itu mendengar Haechan yang memanggilnya 'Melk'
Mark pun melepaskan pelukannya. Ia menatap Haechan, begitu juga Haechan yang menatap Mark penuh arti. Mark bisa melihat perbedaan wajah Haechan yang semakin tirus.
"Kkhm..." Renjun berdehem. Karena ia sudah muak melihat beberapa drama pagi ini.
Mark dan Haechan pun tersadar malu dan langsung memberi jarak. Mereka pun membersihkan air matanya dan saling canggung kembali.
"Ma-makasi tante udah jagain Haechan. Mulai sekarang, saya akan jagain Haechan. Tante bisa istirahat setelah ini." jelas Mark dengan senyuman, namun tidak kepada Yuta.
Baru kali ini Yuta melihat drama yang sangat mual rasanya. Ia yakin, Mark tidak sepenuhnya ingin menjenguk Haechan. Meski begitu Yuta terus mengawasi Haechan.
"Em, nama mu Mark? " tanya Hana. Mark pun menoleh dan mengiyakannya.
"Kalau boleh tahu, nama ayahmu siapa?"
"Johnny, Lee Johnny." Mendengar itu, Hana dan Yanz saling berpandang seolah mereka tahu akan hal itu. Tak lama kemudian, Hana mengajak keluarganya untuk pergi mengurus kepergian sang ayah yang akan pergi lagi bekerja ke luar negeri.
Padahal Cellyn, masih ingin disana bersama Haechan.
Hendak pergi, Yuta membisikkan sesuatu pada Mark. "Jangan buat luka lagi sama adek gue."
Mark hanya menghela nafas.
Renjun yang disana pun tidak ingin menganggu dua adik kakak itu yang mungkin saling melepas rindu. Ia pun beranjak dan pergi ke ruangannya. Mengingat, hari ini ia akan melakukan pemeriksaan lagi.
Mereka pun pergi, hanya Haechan dan Mark yang tertinggal.
Terlihat sangat canggung. Namun Haechan membuka suara lebih dulu.
"Ay-ayah mana?" Mereka berdua tak saling pandang.
"Gak tau. Gue sibuk nyari rumah sakit dari kemaren. Dia ngurung sendiri di kamar. Gak peduli." mendengar itu, Haechan tentu khawatir tentang kondisi Johnny.
"Udahlah jangan dipikirin." ucap Mark.
"E-em. Abang udah agak mendingan? Apa gak cek up disini?"
Mark bingung, harusnya ia menanyakan kabar pada Haechan terlebih dulu.
"Mendingan kok. Dikit."
"Maaf.. maaf kalo berita Echan adik Mark udah kesebar. Echan emang gak berguna." katanya sambil menunduk.
Mark pun gelagapan. Ia sedang tidak mau membahas ini. Ini bukan salah Haechan. "Lupakan saja." tetap saja, nada Mark tetap datar dari dulu. Membuat Haechan tidak ada harapan lagi.
Namun beberapa menit...
"Chan. Maaf.." cukup mudah mengatakan itu. Namun percayalah, Mark menyiapkannya dengan sangat gugup dan kelu.
Haechan seharusnya pergi ke THT. Ia pasti salah dengar.
"Ke-kenapa?"
"Chan, gue emang Abang gak berguna buat lo. Gue emang cowo brengsek, gue emang kuat. Tapi gue yakini, lebih kuat lo karena lo tiap hari ngumpulin duit buat kita yang gak pernah hargain kerja keras lo. Maaf..."
"Gue gak pernah perhatiin lo, gak pernah ngelindungin lo. Tapi apa? lo malah biarin kepala lo bocor buat nolongin gue. Bodoh, gue bodoh!" Mark pun memukul mukul kepalanya sambil terisak kembali.
Melihat itu, Haechan beranjak dari ranjangnya menghampiri Mark yang sedang duduk di sofa.
"Jangan mukul-mukul gitu. Abang gak salah."
Tak lama, dada kirinya berulah kembali. Ia meremat dada kirinya kuat sambil memukulnya. Haechan menghentikan tangan Mark. Dan ia pun mengusap dada Mark yang sakit.
"Mana yang sakit, hm?"
Mark pun menunjukkan letak kesakitannya. Haechan terus mengusap dada Mark lembut hingga Mark merasa jauh lebih baik.
"Makasih."
Haechan pun memeluk Mark...
"Kata orang, kalo lagi sakit harus dipeluk biar sakitnya ilang." ucap Haechan mempraktikkan nya waktu Mark masih kecil.
-TBC-