Anye sedang asyik bermain game online sambil rebahan di atas ranjang kamar bujangan Bagas, sedang yang empunya kamar entah dimana.
Ya, malam ini mereka menginap di rumah keluarga Prawirohardjo.
Bagas yang baru masuk kamar dibuat speechless melihat Anye yang sedang berbaring menggunakan kemeja miliknya.
Bagas tergoda tentunya, tapi dia berusaha untuk menahan diri karena ada hal penting yang harus dia konfirmasi pada istri cantiknya itu.
"Sayang, aku mau tanya. Aku check notif m-banking aku kok janggal banget. Kamu beli banyak barang tapi cuma abis dikit, kamu pake uang pribadi?" Tanya Bagas bingung.
"Ya nggak lah, rugi dong." Ketus Anye tanpa mengalihkan pandangannya dari handphone.
"Emang harga per barangnya berapa?" Tanya Bagas penasaran.
"Random." Ujar Anye pelan, rada takut diamuk Bagas.
Mendengar pernyataan Anye yang singkat, padat, dan jelas tapi pastinya mengagetkan, Bagas pun hanya bisa pasrah seraya menatap istrinya lekat, lima tahun merubah wanitanya begitu banyak.
Merasa gemas sekaligus kesal dengan tingkah Anye, Bagas pun memutuskan untuk menghukum istrinya ini semalaman.
Dan sudah terlambat ketika Anye sadar dengan tatapan pemangsa yang diarahkan kepadanya.
Tengah malam, Anye terbangun akibat rasa haus teramat sangat yang disebabkan olahraga intense kang duda sebelum tidur.
Matanya terpaku pada pria yang terpejam di sebelahnya, satu-satunya pria di hidup seorang Bunga Anyelir Danuarta.
Pria yang membuatnya mencintai dan membenci dengan begitu dalam.
Pria-nya, hanya miliknya. Bolehkah Anye menyebutnya begitu?
Bosan memandangi wajah tampan Bagas yang tengah terlelap, Anye memilih untuk mengambil air minum di dapur.
Matanya mengedar ke sekeliling ruangan bawah yang gelap dan sepi sampai akhirnya berhenti pada kamar di samping jalan menuju taman belakang.
Kamar Anye, kamar yang menjadi saksi bisu hidupnya di keluarga Prawirohardjo.
Hari ini, tepat sepuluh tahun yang lalu adalah hari pertama Anye menginjakan kaki di rumah ini.
Dan hari ini juga, tepat lima tahun yang lalu adalah hari dimana Anye meninggalkan rumah ini.
Flashback on
Bunga Anyelir Danuarta adalah anak semata wayang pasangan Danuarta.
Dibesarkan dalam keluarga sederhana nan penuh cinta, membuat Anye tumbuh menjadi gadis kecil yang hangat, periang, dan baik hati.
Bagi Anye kecil, hidupnya begitu sempurna.
Tidak ada yang dia harapkan selain menjaga keutuhan keluarga bahagianya bersama papa dan mama.
Hanya mereka yang Anye punya, tidak ada yang lain walau sekedar kakek ataupun nenek, apalagi sanak saudara. Dan Anye tidak tau mengapa.
Namun, keluarga bahagia Anye perlahan hancur saat sang papa yang merupakan seorang guru di SMA swasta meninggal dalam kecelakaan bersama satu orang rekan kerjanya dalam perjalanan menghadiri seminar di kota sebelah.
Sejak itu, hidup Anye tak lagi berwarna, semua bertambah kacau ketika sang mama menghilang entah kemana.
"Ayo, Nak." Ajak seorang pria seumuran sang papa pada Anye.
Di tengah kekacauan hidupnya, Anye bertemu dengan Tuan Prawirohardjo yang mengaku sebagai sahabat baik papanya.
Entahlah, Anye tidak kenal tapi dia bisa merasakan jika beliau orang baik terlebih saat menjanjikan untuk membantu mencari mamanya.
Jadi, ketika Tuan Prawirohardjo mengajak Anye tinggal di rumahnya. Anye pun tidak menolak, toh dia juga memerlukan orang lain untuk bisa tetap menjaga kewarasannya.
Meski baru berusia 15 tahun, Anye tidak bodoh. Dia bisa merasakan jika dirinnya tidak sepenuhnya diterima di rumah ini.
Nyonya rumah bersikap acuh tak acuh dan juga tuan putri terang-terangan menunjukan ketidaksukaan padanya.
Anye mencoba untuk tidak peduli, dia bertekad untuk tinggal di sana hingga lulus SMA, lalu dia akan mencari pekerjaan dan belajar hidup mandiri sembari mencari sang mama.
Waktu berlalu, kehidupan Anye di keluarga Prawirohardjo tidak sepenuhnya suram karena ada dia.
Bagaskara Prawirohardjo.
Sulung Prawirohardjo yang selalu menemani dan menghiburnya, pria pertama yang bisa membuat Anye merasa bahagia selain papanya, cinta pertama Anye.
"Udah ngelamunnya? Mending makan coklat, nih." Ujar Bagas yang mulai dewasa pada Anye remaja.
Sebenarnya, mereka hanya bertaut usia dua tahun.
Perhatian dan kehangatan yang Bagas tawarkan berhasil mengguncang kehidupan Anye untuk kedua kalinya.
Jika guncangan pertama terasa sangat menyesakkan, maka kedua kali adalah rasa sakit yang terbalut merah muda semu.
Cinta membuat Anye berubah menjadi sosok yang berbeda, dia lupa dengan tekad dan tujuannya.
Tidak ada yang dipedulikannya selain Bagas, yang dia anggap sebagai sumber bahagianya.
Anye bisa melakukan apa saja untuk memiliki Bagas.
Menyingkirkan semua gadis yang beredar disekitar Bagas, termasuk Elina Putri.
Gadis manis berhijab yang merupakan anak Mbok Siem, kepala ART di rumah keluarga Prawirohardjo.
Bagas dan Elina seumuran.
Mereka dibesarkan bersama sehingga menjadi begitu dekat, kedekatan yang tentu saja membuat Anye menggila.
Anye sangat membenci Elina, dia melakukan banyak hal untuk menjauhkan Elina dari Bagas yang malah membuat Bagas begitu muak dengannya.
"Cinta bukan seperti ini, Anyelir." Ujar Bagas penuh emosi saat melihat Anye yang hampir saja membuat Elina jatuh dari tangga di lantai dua.
Tidak ada lagi Bagas yang hangat, dia berubah menjadi sosok yang begitu dingin. Tak bisa digapai.
Sengaja menyakiti Anye dengan sikap manisnya pada Elina yang lebih dari biasa.
Cinta berlebih Anye pada Bagas membuatnya nekat.
Pada perayaan kelulusan Bagas dan Elina dari universitas, Anye membius Bagas menggunakan afrodisiak.
Obat sesat yang dia dapatkan dari teman sekolahnya yang terkenal badung dan pecinta kehidupan malam.
Kejadian itu membuat keluarga Prawirohardjo gempar, semua orang semakin membenci Anye.
Bahkan Tuan Prawirohardjo yang sangat menyayangi Anye pun tidak bisa menutupi kekecewaannya.
Tidak ingin memperumit keadaan, Tuan Prawirohardjo memaksa Bagas menikahi Anye.
Meski ditentang habis-habisan oleh istri dan putrinya, Tuan Prawirohardjo tetap kekeuh pada keputusannya.
Bagas menyetujui hal itu. Meski dia sama sekali tidak mengkhendaki pernikahannya bersama Anye, tapi dia tau keputusan ayahnya benar.
Jika Anye hamil, Bagas tidak mungkin membiarkan anaknya jadi bahan cemoohan orang.
Seminggu setelah peristiwa menghebohkan itu, tepatnya di usia Anye yang ke 20, Anye resmi menjadi Nyonya Prawirohardjo.
"Puas, kamu?" Tanya Bagas tanpa ekspresi, sebelum berlalu pergi sembari membanting pintu.
Anye menatap tak kalah datar pada punggung Bagas yang perlahan menjauh, hingga menghilang setelah bantingan pintu.
Tidak ada malam pertama yang manis nan romantis, semua jauh dari ekpektasi Anye.
Bagas pergi dari rumah, sedang Anye memilih tidur.
Tidur yang menghantar Anye pada mimpi buruk tentang kehidupannya yang mengenaskan setelah menjadi istri Bagas.
Dalam mimpi itu, Anye hidup setiap hari dengan kebencian Bagas dan keluarga Prawirohardjo, serta caci maki semua orang.
"Aku tidak butuh kamu untuk menyiapkan pakaianku." Ujar Bagas berlalu memilih pakaiannya sendiri, mengabaikan Anye yang menyodorkan pakaian ke arahnya.
"Perempuan murahan, gak tau diri." Sinis Bude Sulastri pada Anye yang tengah menyajikan minuman.
Tidak ada yang membelanya meski di ruangan itu terdapat anggota keluarga lengkap, termasuk para ART.
Tidak ada yang mencintainya, bahkan anaknya sendiri pun lebih memilih Elina.
"Ayo, sekolahnya dianter mama." Bujuk Anye pada putranya yang malah berlari ke pelukan Elina, seolah Anye adalah penyihir jahat yang akan memisahkannya dengan sang ibu.
Anye menyalahkan Elina atas semua hal buruk yang terjadi padanya hingga berulang kali mencoba untuk mencelakainya.
"Saudari Bunga Anyelir Danuarta, anda ditangkap atas kasus dugaan percobaan pembunuhan pada saudari Elina Putri. Silahkan ikut kami untuk penyelidikan lebih lanjut." Ucap seorang petugas polisi sebelum membawa Anye pergi, tanpa sedikitpun kepedulian dari sang suami ataupun keluarganya.
Anye bangun dari tidurnya dengan ekspresi ngeri, dia bersyukur saat tau jika yang baru saja dialaminya hanyalah sebuah mimpi.
Tepatnya mimpi buruk yang mampu membuat tangan dan kaki Anye lemas.
"Bagas, sialan." Gumam Anye ketakutan.
Semua memang hanya mimpi, tapi bisa saja itu kebaikan tuhan untuk memperingatkan Anye, dia masih muda dan tentu tidak ingin hidupnya berakhir mengenaskan seperti itu.
Anye mencintai Bagas, tapi dia juga tidak mau menghabiskan masa mudanya di penjara.
Dulu Anye selalu bermimpi punya anak dari Bagas, tapi kalau anaknya lebih menyayangi perempuan lain dibanding dirinya sendiri mending gak usah sekalian.
Kalau memang tidak ada yang mencintainya di rumah ini, yo wis.
"Tuhan, Anye gak mau masuk penjara." Gumam Anye linglung.
Anye bertekad untuk mulai mencintai dirinya sendiri, dia yakin di luar sana akan ada orang yang mencintainya suatu hari nanti.
Malam itu, Anye memutuskan pergi dari rumah keluarga Prawirohardjo dengan hanya membawa tabungan milik orang tuanya.
Ia tidak perlu khawatir, tidak akan ada orang yang mencarinya.
Hal pertama yang Anye lakukan adalah membeli pil kontrasepsi di apotek 24 jam, jangan sampe dia hamil anaknya Bagas.
Lalu, dia memutuskan untuk pergi ke terminal bus.
Meski tidak tau akan pergi kemana, tapi tidak masalah.
Anye bukan gadis manja, dia yakin bisa bertahan dimana pun dia berada.
Mulai detik itu, prioritas hidup Anye hanya satu.
Jangan terlibat dalam hal apapun yang berhubungan dengan keluarga Prawirohardjo.
Anye masih ingin hidup bahagia.
Bodo amat Bagas, Elina, atau siapapun.
Anye tidak peduli.
Flashback off
Bersambung ...
#staysafe
#stayhealthy
#saynotoplagiarism