IMPECCABLE

By Amiethyst19

614 64 6

Wang Yibo dan Xiao Zhan, pasangan saling mencintai itu berjanji untuk hidup bersama selamanya. Namun, apa ja... More

Chapter 1
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5

Chapter 2

100 14 0
By Amiethyst19

♡♡♡

Matchmaking

───※ ·❆· ※───


Tiga bulan lalu adalah waktu dimana hari paling bahagia dalam hidup Xiao Zhan terlaksana. Akhirnya setelah penantian panjang hampir sepuluh tahun lamanya pemuda yang dirinya cintai kembali dan sebentar lagi akan resmi menjadi suaminya. Dialah Wang Yibo. Pemuda impian Zhan.

Dari kecil mereka berdua memang selalu bersama karena sejak awal, Nyonya Besar Wang juga Nyonya Besar Xiao sudah melakukan perjodohan antara dirinya dan Wang Yibo. Saat tahu hal tersebut usia Xiao Zhan sudah menginjak 18 tahun sedangkan Wang Yibo baru  berusia 15 tahun, akan tetapi aura dominan sudah sangat jelas dari bocah itu.

“Zhanzhan, besok kau dan Yibo akan bertunangan, kau sudah siap, ‘kan?” ucap Nyonya Besar Xiao di samping Xiao Zhan kala itu. Beliau sengaja mengundang keluarga besar Wang ke mansionnya. Selain pertemuan bisnis, acara tersebut juga merangkap keputusan untuk menjodohkan kedua pewaris mereka. Wang Yibo dan Xiao Zhan.

Xiao Zhan yang sebelumnya memang sudah tahu kalau dirinya akan dijodohkan dengan Wang Yibo pun mengangguk mengiyakan ucapan neneknya. Sementara Wang Yibo terlihat tak acuh, dia tetap duduk diam di kursinya. Di antara ayah juga ibunya. Bahkan wajahnya pun terlihat datar tanpa ekspresi yang berarti—begitu dingin, seolah tidak peduli dengan keputusan dua wanita lanjut usia di hadapannya. Namun jauh di lubuk hatinya, Wang Yibo menyimpan amarah. Dia menolak dalam diamnya. 

Kapan semua ini berakhir? Mereka menyebalkan dan membuatku muak batin Yibo di balik aura dingin tak tersentuhnya. 

“Bagus. Bagaimana denganmu, Wangyi?” lanjutnya menanyakannya pada Wang Yibo.

“Apa aku bisa menolak? Tidak, ‘kan?”

“Wang Yibo!” seru Nyonya Besar Wang dengan suara tinggi penuh tekanan.

“Wang Fei, tenanglah … Yibo masih terlalu muda—”

“Tidak bisa begitu, Xiao Yan … ini sudah menjadi keputusan mendiang suami kita dan kedua orang tua Zhanzhan. Dia harus menurut, apa anak ini tidak tahu bagaimana caranya berterima kasih dengan benar. Lusa kita langsungkan acara pertunangan mereka,” potong Nyonya Besar Wang memberikan keputusan mutlak.

Sementara itu, kedua orang tua Wang Yibo pun hanya mengiyakan setiap ucapan wanita paruh baya tersebut. Nyonya Besar Xiao yang duduk di seberang mereka hanya bisa menggeleng pelan, terlampau hafal dengan tabiat sahabat karibnya itu. 

Xiao Zhan yang sudah cukup dewasa untuk mengerti arti keputusan dari sang nenek hanya mengiyakan saja. Karena memang jauh di lubuk hatinya, remaja 18 tahun itu sudah menaruh hati pada Wang Yibo. Sikap dingin dan tak acuh Wang Yibo sama sekali tidak membuat Xiao Zhan mundur barang sedikit, justru karena hal itu dirinya sangat memuja sosok bocah 15 tahun itu. Hingga tiga tahun sejak pertunangan mereka, Wang Yibo memilih untuk sekolah di luar negeri, tujuannya sangat jelas untuk menjauh dari jangkauan neneknya juga tunangannya. Setidaknya itulah yang ada dalam pikiran Wang Yibo saat itu yang masih remaja. 

“Wangyi … apa kau benar-benar akan sekolah ke luar negeri?” tanya Zhan saat dirinya berkunjung ke tempat Wang Yibo. Hal yang selalu Xiao Zhan lakukan sejak perjodohan keduanya.

"Hnm," jawab Yibo singkat kemudian menyesap minuman soda yang tengah dirinya pegang. 

"Uhm … apa aku boleh ikut?" tanya Zhan hati-hati.

Hanya lirikan tanpa jawaban yang Yibo berikan, tapi hal tersebut sudah mewakili jawaban apa yang akan Yibo lontarkan.

"Baiklah, baiklah … aku hanya bercanda, Yi," kelakar Zhan, dia menelan bulat-bulat rasa kecewanya. 

"Ge—" Yibo terlihat berpikir sebelum melanjutkan, "---aku sedang belajar untuk menerima perjodohan ini, tapi bisakah Gege tidak terus membuntutiku? Aku bukan pesakitan yang kemanapun harus Gege dampingi. Mengerti?”

Xiao Zhan melongo mendengar penuturan pemuda di hadapannya. Ini pertama kalinya bocah itu berbicara sedemikian panjang. Namun Xiao Zhan sadar, memang tidak seharusnya dirinya bersikap seperti itu, Wang Yibo sudah beranjak dewasa. Dia pasti ingin memiliki privasinya sendiri. Cukup sudah selama tiga tahun terakhir Xiao Zhan selalu ada dimanapun Wang Yibo berada. Sekarang waktunya menjalani hari mereka sendiri sekaligus meyakinkan hati kalau semua akan baik-baik saja begitu usia mereka sudah legal dan dewasa untuk melangsungkan ikatan resmi sakral bernama pernikahan.

“Iya, Wangyi … mulai sekarang aku akan berhenti membuntutimu,” kilah Zhan. “Kau fokuslah belajar di sana, kemudian aku juga akan melanjutkan kuliah ke luar negeri—” Tatapan Wang Yibo seolah mengintimidasi saat kata ‘ke luar negeri’ terlontar dari bibir berhiaskan mole kecil milik Xiao Zhan. Xiao Zhan yang melihat tatapan Wang Yibo pun memotong kalimatnya seraya menelan ludah kasar, kemudian melanjutkannya dengan hati-hati, “Uhm … maksudku, aku memang akan ke luar negeri tapi tentu saja berbeda dengan negara yang akan kau tuju. Di sana tidak ada jurusan yang aku mau, hehe. Kau tenanglah, aku sudah bilang, kan, tadi … kalau aku tidak akan mengikutimu, hmmm.” Senyum merekah di bibir Xiao Zhan begitu Wang Yibo kembali membuang muka, setidaknya Xiao Zhan tidak membuat suasana hati Wang Yibo lebih buruk lagi. Satu helaan napas keluar dari bibirnya.

Sejurus kemudian senyuman Xiao Zhan berubah sendu. Dalam benaknya ia berpikir, “Apa Wangyi merasa keberatan dengan keputusan nenek? Sepertinya iya. Ah … tidak, tidak … apa yang sedang kau pikirkan, Zhanzhan. Tentu saja Wangyi tidak akan mungkin menolakmu, dasar bodoh.” Pikirannya pun jauh menerawang ke masa lalu, dimana dirinya baru pertama kali bertemu bocah dingin itu. Jauh sebelum dirinya tahu kalau mereka dijodohkan. 

Ge … Zhan-ge!”

“Ah … ya … ada apa, Yi?” Panggilan Wang Yibo mengejutkan dirinya yang tengah memikirkan sikap Wang Yibo di masa lalu, mungkinkah akan terbawa sampai di masa depan. Wang Yibo yang mempedulikannya. Entahlah, karena saat itu Wang Yibo masih sangat kecil.

“Ini sudah hampir gelap, Gege akan tinggal atau pulang?” tanyanya langsung tanpa basa basi.

“Aah, iya … aku akan menelepon Paman Wen untuk menjemput. Besok akan ada rapat, aku tidak boleh datang terlambat,” ucap Zhan.

Di usianya saat ini, Xiao Zhan sudah dipercaya oleh sang nenek mengurus salah satu anak perusahaan berlian mereka. Untuk melatih skill bisnisnya sebelum diangkat menjadi pewaris sah bisnis keluarga tentu saja. Karena hanya Xiao Zhan satu-satunya pewaris Keluarga Xiao. 

“Hmn, aku akan mandi. Tubuhku sangat lengket, tidak apa, ‘kan?” tanya Yibo lalu dirinya berlalu dari sanan setelah Xiao Zhan memberi sebuah anggukan karena tengah menelepon supir pribadinya. Xiao Zhan pun merasa biasa saja dengan perlakuan Wang Yibo yang sama sekali tidak ada basa basi mengajak Xiao Zhan masuk ke dalam karena sejak tadi mereka berbincang di teras depan mansion keluarga Wang.

“Hmm … baiklah paman, aku akan menunggumu, hati-hati.” Xiao Zhan menutup sambungan telepon, kemudian menatap pintu mansion yang masih terbuka lebar berada di hadapannya.

“Zhanzhan … masuk, Nak. Jangan pulang dulu. Bagaimana kalau makan malam di sini, hmmm?” Nyonya Wang keluar menemui calon menantunya untuk mengajaknya makan malam.

Semua orang di mansion Wang sangat menyukai Xiao Zhan. Pembawaan dirinya yang ceria dan mudah bergaul membuatnya disayangi banyak orang tidak terkecuali kedua orang tua Wang Yibo yang awalnya tidak begitu setuju saat Nyonya Besar Wang mengatakan akan menjodohkan cucu satu-satunya itu dengan sesama pria. Orang tua mana yang tidak khawatir saat putra kesayangan dan satu-satunya justru tidak memiliki keturunan karena menikahi sesama jenis. Akan tetapi hal itu terhempas jauh saat Nyonya Besar Wang sudah mengambil keputusan. Mereka tidak bisa melakukan apapun lagi, tapi lambat laun mereka mulai menyayangi Xiao Zhan.

“Bibi … dengan sangat menyesal, sepertinya aku tidak bisa makan malam di sini, nenek selalu menungguku di rumah, aku sangat minta maaf,” balas Zhan tidak enak.

Selama ini, bila Xiao Zhan harus makan di tempat lain, mau tidak mau sang nenek harus ada di sampingnya, bila tidak maka neneknya itu akan melakukan aksi mogok makan dan itu akan membuat Xiao Zhan sangat kesulitan mengingat sang nenek begitu keras kepala juga sangat sulit untuk di bujuk. Sementara usianya mengharuskan untuk tetap menjaga pola asupan makan. Seperti itulah orang tua, akan kembali bersikap layaknya balita saat usianya mengatakan sebaliknya.

“Dasar Xiao Yan, kolot sekali orang tua satu itu. Masa setiap kali aku ingin cucu menantuku makan di sini harus mengajaknya juga,” serobot Nyonya Besar Wang yang tiba-tiba sudah berada di samping menantunya.

“Nenek tahu, kan, bagaimana sifat nenekku. Apalagi beliau sudah lanjut. Begitulah, kalian pasti sangat mengerti karena sama-sama orang tua,” seloroh Zhan sembari mengedikkan bahunya pasrah.

“Aku ini masih muda, apa kau mengerti!” teriak Nyonya Besar Wang menirukan bagaimana nenek Zhan yang sudah sepuh itu selalu menolak bila ada yang menyebutnya tua, kemudian Xiao Zhan dan Nyonya Wang tertawa bersama.

“Begitulah nenekku,” sambung Zhan, dia mengusap punggung tangan Nyonya Besar Wang.

“Nenekmu seharusnya berhenti bersikap seperti itu, Yan tua yang sangat manja,”  balas Nyonya Besar Wang sembari menepuk lagi lengan Zhan.

“Bukan begitu maksudku, Nek. Kalau Nenek Wang, kan, masih sangat segar bugar, Anda tahu bukan, kalau Nenek Xiao beberapa bulan terakhir sering sakit-sakitan, dan itu membuat beliau menjadi lebih manja dari biasanya. Besok-besok kalau ada kesempatan, dan keadaan nenekku sudah jauh lebih baik, aku pasti akan makan malam di sini, hmmm. Untuk malam ini, aku benar-benar minta maaf,” terang Zhan panjang kemudian membungkukkan badannya tanda hormat pada kedua orang tua di hadapannya.

“Baiklah, baiklah … tidak ada gunanya aku memaksamu. Akan aku panggil Yibo untuk mengantarmu, biar—”

“Tidak perlu, Nek. Paman Wen sedang kemari—”

Tiin! Tiin! Tiin!

Suara klakson mobil memotong ucapan Zhan dan membuat dua wanita beda usia di hadapannya itu tersenyum, meski ada sedikit gurat kecewa karena Xiao Zhan sudah harus pulang.

“Xiuying panggil Yibo, dimana dia? Zhanzhan akan pulang bukannya mengantar malah pergi entah kemana, ck …,” ujar Nyonya Besar Wang pada sang menantu.

“Wangyi bilang ingin mandi dan mempersiapkan yang harus dia bawa lusa. Tadi dia sudah bilang padaku, Nek, jadi tidak perlu repot-repot hmm, aku bisa sendiri,” balas Zhan dengan senyuman tak lepas dari bibir.

“Hah … anak itu,” desah Nenek Wang. 

"Nenek, sudahlah … aku akan pulang, Paman Wen sudah datang. Bibi aku pulang dulu," pamit Zhan.

Sesaat dirinya melirik ke dalam mansion berharap Wang Yibo menatapnya meski hanya sekilas, tapi pada kenyataannya tentu saja nihil. Wang Yibo sama sekali tak memperlihatkan batang hidungnya. Setelah memastikan itu Xiao Zhan pun membungkukkan badan, kemudian berlalu dari mansion Keluarga Wang.

.*.

Huhuuu, ada apa dengan Yibo kecil dan Zhan kecil?

Lalu, apa Yibo akan benar-benar pergi meninggalkan Zhan sendirian saat nanti ada tragedi yang terjadi di Keluarga Xiao? (Upst, spoiler guys, 🤭)

Lanjut? Atau mau baca sampai ending aja? PDF-nya ready, loh.

.*.


.*.

.*.

Continue Reading

You'll Also Like

323K 28.3K 76
FIKSI
194K 15K 22
Wang Yibo memfokuskan jiwa dan raganya hanya pada militer. dalam benaknya, tidak ada sedikitpun keinginan untuk mencari pasangan apalagi untuk menika...
49.7K 9.8K 33
Menikah dengan keterpaksaan hanya akan menciptakan rasa sakit disetiap waktunya, dan akan semakin menyakitkan jika diketahui ada Hati lain didalam Pe...
593K 66.4K 105
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...