Wyrdspell ✔

By foxsmoothie

73.9K 8.8K 2.8K

NOREN LEE JENO - HUANG RENJUN ⚠️ bxb fantasy More

•attention
1. Their world
2. Not interested
3. Kept away
4. Aptitude
6. Reciprocally
7. Rashly
8. Warfare?
9. Prejudice
10. Maze
11. "Don't..."
12. Rarity
13. Recalcitrate
14. Not sneaky
15. Know each other
16. Puzzle
17. Swizzle
18. Restless
19. Dread
20. Emerge
21. Wherefore
22. Witchcraft
23. in fact
24. Surcease
25. Wyrdspell
Druidy Evergreen Forest
Lavender field
Veridian Vale
Jade lotus Lake
Floating library
Ironclaw Mountains
Amorith Palace

5. Nearly

2K 289 62
By foxsmoothie

Padahal Renjun mengatakan alasannya ingin ke padang Lavender adalah, bahwa ia tengah merasa tak nyaman dengan tubuhnya. Tapi bukannya berbaring dan mengistirahatkan tubuhnya, Renjun tetap tak bisa diam— ia bermain semaunya.

Berbeda dengan Jeno yang memilih duduk bersandar pada pohon yang menjadi batas wilayah lavender-lavender bermekaran, Jeno membawa buku untuk menemaninya.

Padang Lavender dinaungi kabut lembut yang membuat udara disana semakin terasa menyenangkan.

"Aku akan ke sungai!" Renjun berteriak entah dari mana, Jeno hanya mendengar suaranya. Ia pun kembali melanjutkan kegiatannya, sebelum dalam beberapa menit kemudian ia tiba-tiba beranjak.

Renjun menatap berbinar sungai disana, sungai itu masih sambungan sungai milik Druidy karena letak padang Lavender memang cukup dekat dengan hutan hijau Druidy.

Sementara tangannya bermain air, matanya melihat di seberang sungai ada kelinci yang tengah minum, ia berpikir untuk melintasi sungai dan menghampiri kelincinya. Tapi rasanya ia terlalu lemah saat ini, kepalanya masih sedikit pusing. Karena hal itu ia pun memutuskan kembali dan mencari Jeno di pohon tadi, tapi sosok itu tak ada di tempat.

"Jeno..." Suaranya tak sekeras tadi, Renjun rasa dirinya benar-benar sedang tak baik. Ia hendak duduk sebentar, saat ekor matanya menangkap kedatangan Jeno, ia pun segera menoleh.

"Dari mana?" Tanya Renjun, tangannya meraih lengan Jeno untuk ia berpegangan.

Jeno sendiri kini ikut meraih bahu Renjun. "Tidak." Jawabnya pelan, enggan memberitau Renjun.

Renjun yang benar-benar tak dalam kondisi untuk memperpanjang segala hal, atau mendebat Jeno. Kini hanya berujar lemah. "Kita pulang sekarang, aku sepertinya mulai tak terpengaruh dengan lavender. Aku akan menemui Myria di Jade lotus saja."

Myria adalah pengajar di Jade lotus, dan Renjun cukup dekat dengannya. Membuatnya tak sungkan setiap merasa tubuhnya perlu penyembuhan, ia akan meminta tolong pada sosok itu.

Tak ada sahutan dari Jeno, ia masih menahan bahu Renjun dan menatapnya lekat. Rautnya tak menunjukkan sesuatu yang berarti, Renjun pun sedang malas bertanya.

"Kau barusan hanya di sungai kan?" Tanya Jeno kemudian, sekarang tangannya ganti memegang tengkuk Renjun dan mengusap-usapnya dengan lembut.

"Ya." Jawab Renjun singkat, ini sangat amat bukan dirinya yang terbiasa banyak berbicara. Tapi sekarang rasanya tubuhnya berkata lain, ia benar-benar ingin segera bertemu Myria.

"Aku rasa itu hanya karena pikiranmu saja, kau tak seburuk itu di kelas Druidy. Kau mau aku bantu menemukan buku untuk melatih fokusmu? Aku sepertinya pernah melihat itu di perpustakaan." Renjun begitu menggebu-gebu saat menawarkan diri, bahkan senyum lebarnya tak pernah lepas setiap ia berbicara.

Sosok yang tadi bertanya pada Renjun tentang dirinya yang kesulitan melihat potensinya dimana ikut tersenyum melihat semangatnya Renjun setiap berbicara.

"Nanti kalau aku pergi ke perpustakaan, aku akan carikan itu untukmu." Ujar Renjun dengan senang hati.

"Terimakasih."

Renjun mengangguk-angguk lucu, kemudian matanya menangkap keberadaan Jeno yang berada tak jauh dari tempatnya. Temannya itu menatapnya dengan halis terangkat.

"Kalau begitu aku pergi dulu ya?" Renjun berpamitan untuk kemudian berlari menghampiri Jeno.

Begitu sampai di hadapan Jeno, tanpa segan tangannya memainkan pipi Jeno semaunya. Dan Jeno pun hanya mengernyit, tapi tak menepis itu.

"Kau lucu sekali, saat hanya berdiri diam seperti barusan." Renjun terkekeh sendiri.

"Kau membaik?" Jeno bertanya keadaan Renjun yang dua hari lalu mengeluh tubuhnya tak nyaman.

Renjun mengangguk pasti. "Aku kemarin begitu banyak tidur, ah berapa kali aku terbangun hanya untuk minum dan kembali tidur." Di akhir kalimatnya Renjun menghembuskan napasnya tak suka. Membayangkan kembali apa yang ia alami kemarin, Renjun merasa muak. Ia hanya terus tidur dan tidur.

"Kau pernah sakit dan diobati Myria sampai seperti itu tidak, Jeno?" Tanya Renjun.

"Belum, aku berusaha keras menghindarinya." Jawab Jeno, ia memang belum pernah mendapat pengobatan seperti itu. Dan seingatnya ia hanya tau Renjun saja yang mendapat itu.

"Menghindari apa? Myria?" Renjun menatap Jeno.

Jeno menggelengkan kepalanya. "Menghindari terkena sakit atau hal buruk semacam itu."

"Kau jauh lebih menyeramkan dari Myria yang mencoba menyembuhkan." Lanjut Jeno sembari menatap Renjun sinis.

Jeno ingat ia pernah tak sengaja jatuh dari tebing Veridian, hal itu tentu saja perlu mendapat pengobatan dari Myria.

Tapi saat itu bukan Myria yang menyambutnya, justru Renjun yang langsung mencekiknya dan mengomel tentang betapa cerobohnya Jeno sampai tak sadar bahwa pijakannya cukup berbahaya. Untungnya saat itu Myria langsung datang, membuat 'penganiayaan' yang Renjun lakukan terhadapnya tak berlanjut.

"Aku begitu karena khawatir." Renjun membela diri.

"Aku juga kemarin khawatir, tapi tak mencekikmu dan mengomelimu." Sahut Jeno.

Renjun berdecak, memukul lengan Jeno. "Setiap orang menyampaikan khawatirnya dengan cara berbeda, kita tak bisa disamakan."

"Kenapa aku begitu tak beruntung, cara kau menyampaiman kekhawatiranmu jelek sekali." Cibir Jeno.

Karena tak terima, Renjun menendang kecil sepatu Jeno dengan bibir mencebik kesal. Sementara Jeno terkekeh pelan.

"Cepat ke stasiun, kau ada kelas di Ironclaw bukan?" Jeno mengedikkan dagunya, menunjuk jalan dari gedung utama menuju ke hutan belakang tempat mereka akan menaiki kereta.

Benar, hari ini mereka kembali memiliki kelas yang sama. Yaitu di pegunungan Ironclaw.

Kelas Ironclaw adalah yang paling sedikit mendapat penjelasan materi di dalam ruangan, Xanzar— pengajar di Ironclaw selalu meminta muridnya langsung mempraktekkan yang ia jelaskan. Membuat mereka lebih sering menghabiskan waktu di lahan luas dekat pegunungan itu.

Sama seperti kelas yang lain, mereka akan dibantu beberap pembimbing senior di kelas Ironclaw untuk mencoba mempraktekkan satu teknik dan lain halnya.

Jeno melihat Renjun yang hendak maju, ia pun menahannya. "Kemana?"

"Mencobanya." Renjun selalu ingin mencoba setiap kekuatan, entah ia menyukainya atau tidak. Entah ia memiliki dasar kemampuan atau tidak.

Dan Jeno nyaris lupa hal itu, ia pun menarik tangan Renjun ke bagian pinggir agar tak terlalu ramai.

Renjun menatap Jeno dengan antusias begitu menyadari Jeno yang akan membimbingnya, ia tau bahwa Jeno pandai di kelas ini. Ia sangat yakin Jeno menguasai semuanya, tapi ia tak tau apa yang membuat Jeno tak lolos tes.

"Kau bisa yang ini?" Renjun bertanya main-main, ingin tau apa jawaban yang akan Jeno berikan.

"Aku lolos di tes ini." Jawab Jeno.

Halis Renjun menukik. "Jadi kau gagal di tes yang mana?"

"Penentu."

Renjun menarik napasnya tak percaya. "Bisa-bisanya." Desisnya pada Jeno.

"Selangkah lagi kau lolos dan justru gagal?" Renjun gemas sendiri membayangkan hal itu, setelah banyaknya tes yang diikuti dan lolos. Jeno justru gagal di satu tahapan penentu, tapi memang itu adalah tahapan yang jauh lebih sulit dari tahapan sebelumnya. Tapi Renjun yakin bahwa Jeno bisa melewatinya, tapi ternyata tidak.

Telunjuk Jeno menyentuh pucuk hidung Renjun. "Tarik napasmu." Perintahnya.

Renjun tak langsung menurut. "Aku bisa membuat oranglain linglung dengan sihir Ironclaw. Jadi ini juga aku akan bisa kan?"

Jeno tak menjawabnya, ia hanya tetap menatap mata Renjun dan kembali bersuara. "Tarik napasmu, Renren."

Setelah mendengar Jeno memanggil nama kecil yang Jeno berikan untuknya, Renjun pun menurut. Ia mulai mengikuti semua perintah Jeno, dengan tak melepas tatapan satu sama lain.

"Ucapkan.." Ujar Jeno.

Renjun bergumam pelan tentang keinginannya menyerang, materi hari ini adalah itu. Renjun sekarang menatap Jeno bagai orang asing.

"Lakukan.." Kata Jeno.

Tangan Renjun yang berada di sisi tubuhnya kini terkepal, jemarinya mulai bergerak kecil mengisyaratkan apa yang ingin terjadi pada Jeno.

Tapi tak ada yang terjadi, Jeno tak tergerak sedikitpun. Renjun pun menghela napasnya kecewa.

Sementara Jeno mengembalikan suasana di sekitar mereka kembali biasa dan tak mencekam.

"Tak bisa." Renjun mengeluh kecewa. "Padahal saat mempelajari membuat orang lain lingkung aku cepat belajar."

Jeno mendengus. "Tentu saja, itu hal dasar." Hal dasar dalam sihir seni perang adalah membuat lawan linglung sekejap untuk kemudian membuat mereka bisa menyerang disaat ia lengah.

"Nanti-nanti aku harus lebih sering memintamu mengajariku."

Mendengar ucapan itu, Jeno jelas tak percaya. Karena nantinya saat Renjun sengaja membuat waktu untuk ia belajar darinya, anak itu hanya akan berakhir merecokinya dengan semua tingkah tak bisa diamnya.

Continue Reading

You'll Also Like

100K 13.1K 37
Renjun adalah satu-satunya dan segalanya bagi Jeno. ©glowinjun - 2020
519K 29.8K 28
"I'll do everything for you." -Lian ⚠️ mengandung kata kata kasar. Entah kesialan apa yang membuat Lilian Celista terlempar ke dalam novel yang baru...
74K 11.4K 53
⌠ boy x boy | jeno x renjun ⌡ ❛❛ Rumah dan pulang bukan perkara tempat, tapi perasaan. ❜❜ kujangsiku noren ver alternate story of blue neighbourhoo...
563K 60.1K 131
NOREN LEE JENO - HUANG RENJUN ⚠️ bxb mpreg