Tidur yang nyenyak, allah selalu melindungi mu.
_Suna Rin
"Shirabu!" gadis itu menoleh kala mendapati Taichi membawakan satu cup es untuknya.
"Thanks." jawabnya singkat lalu kembali pokus pada leptopnya.
"Kamu dapet sesuatu?" pemuda itu duduk dengan jarak dengan gadis yang dia ajak bicara. Shirabu menoleh dan menggelengkan kepalanya.
"Terakhir tidak bisa." kemarin Shirabu sempat menghubungi mamih nya dan itu bisa terhubung sayangnya kejadian Kourai membuatnya tak sempat melanjutkan panggilan itu.
Saat Shirabu kembali ke asrama leptopnya sudah mati kehabisan batrai.
Saat ini kedua orang itu ada di asrama para ikhwan, mengingat disana ada komputer dimana email misterius itu sempat mereka dapatkan.
"Kemarin saat jaringan terhubung ke mamih, aku ngapain ya?" Shirabu bingung banget mau ngotak atik apa lagi di leptopnya.
"Minum dulu Shir, gak usah terlalu dipikirin juga." saran Taichi. Taichi cuma takut Shirabu kebanyakan mikirin ini sampe lupa sama kesehatanya.
"Kamu gak liat bazar, aku perhatiin kamu sibuk sama jaringan terus sekali kali keluar lihat bazar." saran Shirabu. Emang diantara mereka Taichi ini yang paling effort buat memperbaiki jaringan mereka.
"Udah kok, ini aku bawa es dari bazar." jawabnya santai.
"Assalamualaikum." tak lama Ennoshita dan Tanaka masuk kedalam ruangan itu. Taichi emang bareng Tanaka balik tadi tapi si Tanaka izin ke dapur sebentar nah kalau Enno emang baru dateng.
"Waalaikumsalam."
"Makan dulu Bu, ntar lu sakit lagi." Ennoshita memberikan nasi bungkus pada Shirabu.
"Kita harus bisa jaga diri, Hiru, Sakusa, Atsumu sama Ning Kourai udah gak sama kita lagi. Jangan sampe kita lagi lagi kepisah." Tanaka duduk menghela napas kasarnya. "Gua gak espek bakalan jadi wakil walinnya Atsumu, gua kira para orang tua kita cuma nakutin."
"Nakutin? Kamu kira ortu kita gak ada perduli sama kita. Mereka perduli tau, makanya diminta buat gini." jawab Ennoshita, dia gak suka sama pemikiran Tanaka.
"Enn gua tau lu emosi karna kejadian Sakusa kemarin, udah jangan dibawa emosi." bisik Shirabu menenangkan sepupunya ini. "Gua gak espek kalau bakalan secepat ini." jujur Shirabu belum siap kalau harus diserang secara nyata gini.
"Harapan tim sekarang ada sama kak Tanaka. Gimana kak kita mau lanjutin ngurus jaringan ini apa enggak?" Taichi udah capek banget. Berhari hari mereka usaha buat memperbaiki jaringan tapi nyatanya, nihil.
"Setelah diskusi sama Hiru kemarin, kita pokusin ke email aja. Soal jaringan ini biarlah kayak gini." jawab Tanaka.
"Gak bisa dong, kalau kita gak nemuin cara buat hubungi keluarga kita. Mereka bakalan cemas, masalahnya seluruh anak mereka ada disini!"
"Tenang Enn." Shirabu kembali memperingati Ennoshita untuk tenang. Suasana kembali buruk rasanya.
"Dek Enno, kamu nyalahin aku soal kejadian Sakusa ya?" Ennoshita membuang wajahnya. Benar, dia nyalahin Tanaka sebagai ketua tim setelah Hirugami.
"Aku minta maaf, tapi sungguh dek itu semua diluar kendaliku."
"Udahlah, aku mau ke asrama aja nanti aku suruh Kenma nemenin kamu Shir." Ennoshita nampak mengusap wajahnya kasar lalu keluar dari ruangan itu.
Suasana menjadi cangung saat kepergian Ennoshita. Semuanya diam tak ada yang berani mengatakan apapun.
"Ehh kak, si Fuku kemana?" tanya Taichi, baru sadar tuh anak, adeknya ilang.
"Nyolong jambu air sama Inuoka."
♥
"Shohei!! Yang kanan, K A N A N!!" gadis itu menunjuk nunjuk buah jambu segerombolan merah.
Fukunaga yang sedang manjat diatas sana berkacak pingang. Sumpah cewek dibawah sana cerewet banget.
"Sabar Nu, gak lihat tuh buah jauhnya pake banget." gimana enggak, buah yang Inuoka tunjuk ada dipinggir pohon. Salah langkah saja Fukunaga bisa jatuh mencium tanah.
"Hehehe abisnya kamu lama bener!"
"Ya sabar atuhh neng, aku bukan burung bisa lompat." balas Fukunaga.
"Tupai woy, ngapain jadi burung. Burung ya terbang dong!" lama lama kesel juga si Inu ngeladenin Fukunaga.
"Astagfirullah, monyet turun lu!" Terushima menggelengkan kepalanya tak percaya. Bisa bisanya si Fukunaga nyolong jambu pesantren.
"Ihh ustadz ternyata. Gak mempan tadz." pekik Fukunaga. Anaknya Tendou yang satu ini emang agak bandel anaknya.
"Bacain ayat kursi tadz, biar manjur." balas Inuoka. Dia lompat kecil ngambilin jambu yang agak pendek.
Terushima deket sambil jinjit dikit ngambil jambu yang juga agak pendek.
"Emang si salonpas kesurupan diatas sana?" tanya Terushima sembari melirik ke atas.
"Kerasukan bajing loncat dia tadz. Bisa bisa abis nih jambu gegara dia." emang anaknya Kuroo nomor dua ini mirip banget kayak bapaknya. Udahlah tukang provokasi, agak nyebelin lagi.
"Duplikat om Kuroo lu ye Nu!" Fukunaga melempar jambu ke arah Inuoka dengan kesal.
"Wlee gak kena!" Inuoka terkikik pelan.
"INUOKA SHO!!!!" Sontak saja Inu langsung noleh ngelihat kakak perempuan nya dengan wajah merah berapi api ke arahnya. "BALIKIN DUIT GUA!"
"Ihh buset mbak, marah marah mulu deh perasaan. Cepet tua ntar nangis." beneran nyebelin kan adeknya Kenma satu ini.
Fukunaga milih turun aja, dia mau kabur dari Terushima soalnya.
"Minjem mbak, pelit banget sihh. Sinyal belum balik ihh kita belum dapet kiriman lagian mau ambil di atm juga gak bisa keluar kota." ocehan itu berlanjut terus sampe mulut Inuoka disumpel pake jambu sama Kenma.
"Ngoceh aja nih bocah." ucap Kenma. Kesel banget kalau bisa mah Kenma mau angkat tangan jadi kakaknya Inuoka apalagi adek cowoknya, si Kei tambah parah garem nya.
"Allahulla illahailla huwal hoyuul qoyyum.." mata Kenma mendelik ketika Terushima membaca ayat kursi mengarahkan tanganya kepada dirinya.
"Lu ngapain abu lahab!" pekiknya.
Inuoka dan Fukunaga sontak saja tertawa kecil melihat kejadian itu.
"Kayaknya bukan Fukunaga yang kerasukan, keknya elu deh yang kerasukan." balas Terushima santai membuat mata Kenma semakin membulat. Enak aja dia dikatain kerasukan.
"Ehh bapak Terushima anaknya om Ushi yang terhormat. Gua normal gini dikatain kerasukan?" udah ahh capek si Kenma mikirinya.
Capek dia ribut mulu sama Terushima! Tolong siapa aja nikahin si Teru biar ada yang mawangin kalau lagi gabut terus ngerusuh kayak gini.
"Nu, ini mbak lu kagak kerasukan?" tanya Terushima menatap Inuoka yang ada dibelakangnya. Inuoka tertawa lalu berusaha menormalkan tawanya.
"Kerasukan itu ustadz, kerasukan nyai ronggeng." balas Inuoka. Emang kurang berahlak adeknya Kenma satu ini.
"Inu?"
"Ohh kerasukan nyari ronggeng." Terushima menunduk ngambil ember kecil deket keran air, gak jauh dari mereka.
"Subbahanallah, walhamdullilah walaillahaillallah allahuakbar!" Terushima nyipratin air ke arah Kenma.
"ARHHH!!" refleks Kenma teriak gegara Teru nyipratin air gak ngotak. Banyak banget kek mau nyiram.
"WOY USTADZ!"
Endingnya Kenma lari dikejer sama Teru yang terus nyipratin air ke arahnya. Sedangkan Fukunaga dan Inuoka hanya bisa membantu, bantu ketawa.
♥
Osamu melamun sembari mengiris sawi disana. Dia masih memikirkan nasib saudara kembarnya itu, gimana keadaanya sekarang.
"Assalamualaikum." Suna masuk dengan wajah cerah seperti biasanya. Namun senyumanya hilang saat melihat Osamu yang melamun disana. "Samu?"
Namun sang pemilik nama tak menggubris panggilan itu. "Istrinya Rin." Suna menepuk pelan pundak Osamu.
"Astagfirullah." Osamu lekas menatap Suna yang menyentuh pundaknya dengan wajah kaget. "Rin ngagetin."
"Kamu sih melamun, ngelamunin yang kemarin ya?" Suna duduk dikursi berbeda lalu menatap wajah sang istri. "Sakusa pasti bisa jagain Atsumu, jangan khawatir."
"Samu kangen Tsumu, Rin." mata perempuan itu mulai berkaca, dia ingin menangis lagi kala mengingat nasib kembaran nya itu. "Tsumu lagi apa, dia bahagia apa enggak, dia udah makan apa belum." Osamu menutup wajahnya sendiri guna meredam suara tangisanya.
"Stt Samu jangan nangis, Rin disini." Suna memeluk Osamu dengan lembut, memberikan kehangatan agar sang perempuan merasa nyaman.
Suna mengangkat tubuh Osamu ala bridal membawanya masuk ke kamar tidur keduanya.
"Rin?"
"Istrinya Rin pasti capek nangis mulu dari kemaren. Sekarang waktunya istrinya Rin istirahat." Suna mengelus pelan kepala Osamu agar dirinya mau tertidur.
"Samu belum masak, Rin pasti laper." wanita itu hendak bangkit namun Suna menahannya.
"Rin yang masak hari ini, Samu istirahat aja." Rin mengelus pungung tangan sang istri.
"Rin, Samu boleh sambil peluk?" Suna tersenyum lalu bangkit dari sana. Osamu menggeser tubuhnya memberikan ruang untuk Suna tidur.
"Tidur yang nyenyak, allah selalu melindungimu."
Disisi lain saat ini Atsumu sedang menikmati singkong rebus hasil jerih payah mereka berdua.
Sakusa tidak makan, dia hanya memperhatikan Atsumu yang dengan lahab memakan semua singkong itu.
"Pelan pelan Tsum." Sakusa membersihkan sudut bibir Atsumu dengan jari jempolnya. "Kamu makan dah kayak orang gak makan satu minggu, celemotan."
"Heheh abisnya ini kan Omi yang masak." senyum Atsumu sangat cerah, gadis hyperaktif ini benar benar membuat hati Sakusa merasa berantakan.
"Cuma singkong."
Mata Atsumu mengerjab lucu menatap Sakusa lalu tersenyum kecil.
"Ini enak kok Omi, enak banget." puji Atsumu. Dia gak ngada ngada kok, singkongnya emang enak ditambah Sakusa yang masak jadinya nambah porsi keenakanya.
Sakusa menyentuh tangan Atsumu pelan, menariknya untuk mendekat membuat Atsumu menjadi heran.
"Tangan kecil ini, aku berjanji akan membahagiakan nya suatu saat nanti." jujur Atsumu kaget banget denger Saksua ngomong gini. Tapi hatinya sangat senang, wanita mana yang tak akan senang jika dijanjikan kebahagiaan oleh suaminya sendiri, mengingat pernikahan merekapun tak di sengaja seperti ini.
"Kalau gitu kita harus keluar dulu dari sini."
"Pasti, kita pasti keluar."
"Omi ayo makan juga." Atsumu menyodorkan singkong pada Sakusa. Sakusa dengan senang hati menerima singkong itu.
Sesekali Atsumu mencuri pandang pada si bungsu bunda Suga ini. Sumpah Atsumu gak bisa lepas dari pesona suami sendiri.
"Omi ya allah ganteng banget, ehh bentar deh ini kan Tsumu sama Omi udah sah, ngapain Tsumu masih takut mesraan sama Omi?"
Lama usai terdiam, Atsumu mendapat ide gila. Gtw, kakak kembar Osamu ini idenya emang kebanyakan gilanya ketimbang waras.
Atsumu malah sengaja memakan singkong dengan celemotan berharap Sakusa bakalan semanis tadi.
"Omi!" Sakusa yang lagi pokus makan jadinya noleh. Keningnya berkerut menatap Atsumu yang nyengir dengan mulut celemotan.
Persis anak kecil.
Sakusa bukan anak polos, dia tau maksud Atsumu melakukanya. Dirinya tersenyum dan mendekat.
Sebentar, Atsumu mengerjapkan matanya. Saksua terlalu dekat dengan wajahnya.
Cup
Mata Atsumu membulat, tunggu dulu saat ini bahkan diluar eskpetasi dari seorang Miya Atsumu.
Sakusa mencium bibirnya.
Dengan santai Sakusa membersihkan bibir Atsumu dengan bibirnya. Tak taukah Sakusa bahwa Atsumu saat ini rasanya mau pingsan saja.
Singkong yang Atsumu pegang sampai jatuh ke lantai. Sakusa menahan tubuh Atsumu, memperdalam ciuman itu.
Refleks tubuhnya menuntut lebih dari sekedar ciuman. Tangan Atsumu memukul pundak Sakusa cukup kuat. Selain dia kesulitan bernapas, Atsumu juga punya alasan sendiri.
"O..Omi!"
Sakusa melepas ciumanya, dalam pikiran pemuda itu apakah Atsumu belum siap, atau Atsumu tidak mau?
"Kenapa?"
"Aku..." dengan wajah menunduk dan nampak merah. "Aku...lagi halangan, Omi lupa ya?"
"Astagfirullah, lupa." sontak saja Sakusa menjatuhkan kepalanya di pundak Atsumu.
Atsumu tersenyum kecil. Apa rasa cintanya pada Sakusa mulai dibalas oleh pemuda itu?
Apa sekarang Sakusa mulai mencintai dirinya?
Tbc
See you next part ♥