Puzzle

By namldy

8.6K 969 134

Sebuah kisah mengenai kepingan Puzzle Hancur namun dapat kembali disusun. Namun saat satu keping puzzle hilan... More

1. Puzzle
2. Puzzle
3. Puzzle
4. Puzzle
5. Puzzle
6. Puzzle
7. Puzzle
8. Puzzle
9. Puzzle
10. Puzzle
11. Puzzle
12. Puzzle
13. Puzzle
14. Puzzle
15. Puzzle
16. Puzzle
17. Puzzle
18. Puzzle
19. Puzzle
21. Puzzle
22. Puzzle
23. Puzzle
24. Puzzle
25. Puzzle

20. Puzzle

264 33 1
By namldy

Boboiboy dkk hanya milik Monsta, saya hanya meminjam karakternya saja.

Cerita ini murni ide saya.

Fanfic, Drama, Humor, Hurt, Family, Angsat?, Elementals Siblings.

.

.

.

HAPPY READING!

===

Seminggu berlalu dengan lambat bagi Blaze, tak ada hal spesial yang dapat Blaze ceritakan selain harus menjalani ujian tertulis dan praktek sebagai syarat kenaikan kelas.

Dan kini minggu tenang tiba, Blaze menyandarkan tubuhnya dengan santai dan melipat kakinya dengan kucing betina milik Taufan dalam pangkuannya menikmati acara televisi yang menampilkan filem kartun spons kuning bersama teman-temannya yang hidup di dasar laut.

Sesekali tawa Blaze terdengar saat melihat tingkah konyol dari karakter bintang laut berwarna pink di kartun tersebut.

Hari ini rumah sepi, hanya ada dirinya yang tengah menonton TV di ruang tengah dan Halilintar yang mungkin tengah berada dikamarnya. Sejak pagi Gempa pamit pergi kerumah temannya, Solar dan Thorn yang pergi untuk tes tertulis di sekolah tujuan mereka dan Ice yang mendadak semangat untuk les melukisnya.

Bunyi ketukan pintu terdengar membuat Blaze menoleh, setelah menurunkan Wati dari pangkuannya Blaze bangkit membuka pintu. Harusnya jika itu Gempa atau yang lainnya tidak perlu repot-repot juga mengetuk pintu kan.

"Iya bang, ada apa?" tanya Blaze saat mendapati seorang pria tak dikenal.

"Paket dek, atas nama Tuan Muda Blaze." katanya setelah membaca tulisan nama penerima di ressi paket tersebut.

Blaze terkekeh pelan sedikit malu dengan nama yang dia tulis sendiri. "Iya bang itu punya saya." ucapnya.

"Pembayarannya lewat COD ya, dek"

Blaze meringis pelan sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal kemudian terkekeh canggung.

Anjir! Kenapa datengnya hari ini sih? Mana uangnya kemarin kepake lagi. Rutuknya dalam hati.

"Kok udah sampe ya bang? Kan harusnya sampe dua hari lagi."

"Waduh soal itu saya ngga tahu dek, tugas saya kan cuma nganterin paket."

"Oh gitu," Blaze diam dengan pikiran berkecamuk bingung, dia benar-benar tidak punya cadangan uang sama sekali sekarang.

Ngutang dulu boleh ga ya? Pikir Blaze, lalu kemudian menggeleng pelan, sudah pasti tidak boleh.

Boleh ga paketnya di pending dulu buat dua hari kedepan?

Blaze baru saja akan berucap seperti itu sebelum seseorang melintas dalam pikirannya, Blaze tersenyum menyadari dia masih punya orang yang bisa di andalkan.

"Dek? Dek? Ini gimana?" tanya tukang paket menyadarkan lamunan Blaze.

"Kalo gitu bentar ya bang," setelahnya Blaze berlari menuju ke atas, lalu tanpa permisi dia membuka kamar ketiga kakaknya.

Blaze menyembulkan kepalanya mengintip kegiatan apa yang sedang Halilintar lakukan. "Abang!" panggilnya, hanya Halilintar yang bisa Blaze harapkan sekarang.

Halilintar menoleh kemudian hanya berdehem kecil.

"Ada orang nyariin abang," katanya.

Halilintar menoleh lantas mengernyit. "Siapa?"

"Ngga tahu, abang-abang gitu."

"Pak Rt?"

"Pak Rt mah bapak-bapak."

"Terus?"

"Ngga kenal."

"Ngapain nyariin gue?"

"Ngga tahu, tanya aja sendiri. Sana cepetan turun udah ditungguin" Halilintar menutup bukunya lantas bangkit mengikuti Blaze dengan langkah sedikit tertatih karna kondisi kakinya yang memang belum seratus persen sembuh.

"Iya Pak ada apa ya?"

"Ini saya mau anter paket atas nama Tuan Muda Blaze, pembayarannya lewat COD seratus lima puluh ribu, mas."

Halilintar mengerjap beberapa kali mendengarnya, kepalanya tertoleh ke belakang namun tak lagi menangkap presensi Blaze ada disana, padahal sebelumnya anak itu berada di belakangnya persis.

Bocah itu pasti kabur.

Sialan! Rutuknya dalam hati.

Halilintar berdecak pelan, mengapa jadi dia yang harus membayar paket adik sialan nya itu.

Pemuda itu tersenyum canggung. "Kalo gitu sebentar pak, saya ambil uangnya dulu." katanya.

Halilintar berbalik dengan mulut misuh-misuh menyumpah serapahi Blaze dengan kesal. Kakinya saja sedang sakit sekarang, dan Halilintar harus bolak-balik naik turun tangga mengambil dompet untuk membayar paket Blaze.

Awas saja anak itu!

===

"Mau gue bantu bang?" tawar Solar bergabung dengan Gempa dan Thorn didapur yang sedang memasak untuk makan malam.

"Ngga perlu, udah ada Thorn lagian juga udah mau selesai kok. Kamu panggilin aja yang lain buat turun." jawab Gempa tanpa mengalihkan pandangannya dari sup yang telah matang, tinggal dipindah wadah saja.

Solar diam sesaat memandangi setiap masakan yang telah siap. "Abang ngga masak cumi ya?"

Gempa menghentikan kegiatannya, memutar tubuhnya sempurna menghadap Solar. "Duh iya abang lupa, kamu pengin makan cumi ya?" katanya dengan sesal.

"Hari ini abang cuma goreng ikan, Thorn pengin ikan soalnya. Abang juga lupa kalo kamu pengin makan cumi." jelas Gempa, wajahnya menyiratkan rasa bersalah karna Solar memang sudah memintanya sejak kemarin.

"Oh gitu, yaudah ngga papa ikan juga aku doyan."

"Atau kamu pesen aja ya lewat online? Nanti abang yang bayar."

Solar menggeleng. "Ngga usah, lagian abang juga udah masak banyak."

"Yaudah besok abang beli cumi ya? Masih mau kan?"

"Terserah abang aja. Aku panggil yang lain dulu kalo gitu." katanya lalu melenggang pergi.

Bersamaan Solar yang keluar, Blaze masuk ke dapur sembari memegangi perutnya.

"Abang," panggil Blaze pelan. "Perut gue kok sakit ya, bang?"

"Kamu kebanyakan main HP sih," celetuk Gempa, dia meletakan sup yang mengepul panas diatas meja bersamaan dengan lauk lain yang sudah matang.

Blaze menggelengkan kepalanya dengan heran mendengar itu.

Gempa itu memang the real jelmaan Ibu-Ibu ya, apapun masalahnya HP yang disalahkan.

Heran juga Blaze, mengapa punya abang lelaki modelan seperti Ibu-Ibu kompleks.

"Apa hubungannya, bang?"

"Ngga tahu, abang cuma ngikutin gaya Ibu-Ibu tetangga kita," Gempa terkekeh dengan ucapannya sendiri membuat Blaze ingin menangis mendengarnya.

"Atau mungkin abang mau datang bulan?" timpal Thorn.

"Hah? Ini lagi satu, ngaco banget kalo ngomong!"

"Katanya kalo mau dateng bulan itu jadi sering marah-marah, terus perut juga bakalan sakit dan keram. Dari kemarin abang marah-marah mulu, dan sekarang perut abang sakit, jadi—"

"Stop! Udah, ngga usah dilanjut!" potong Blaze, Gempa tertawa kecil. "Gue masih cowok beneran anjir!"

"Atau mungkin abang kebanyakan dosa kali," celetuknya lagi.

"Iya kali ya—eh?! Enak aja, sembarangan kalo ngomong! Anak baik gini."

Thorn tertawa lepas.

"Udah ngga usah dibawa serius, Thorn cuma bercanda. Emangnya kamu habis makan apa? Pasti habis makan yang pedes-pedes kan?"

Blaze terdiam, lalu mengerjap dua kali. "Kok abang tahu?"

"Bandel! Udah tahu ngga bisa makan pedes, kenapa makan makanan pedes?!" wajah Gempa berubah menjadi garang seketika, kedua tangannya tertekuk dipinggang.

"Pengin." katanya pelan.

"Sekarang kepenginannya udah puas?" Blaze menunduk, dia sedang sakit sekarang dan kenapa Gempa malah mengomelinya, jadi tambah sakit jika begini.

"Kalo gini siapa yang rasain sakitnya? Kamu juga kan? Lain kali itu jangan bandel, kalo dibilangin itu jangan ngeyel, kamu—" omelnya terus berlanjut hingga makan malam selesai.

Tolong bawa Blaze pergi kemana saja sekarang juga!

===

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 119K 50
Bertransmigrasi menjadi ayah satu anak membuat Alga terkejut dengan takdirnya.
426K 48.3K 89
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...
282K 6.3K 22
Warn: boypussy frontal words 18+ "Mau kuajari caranya masturbasi?"
1.3M 96.2K 68
[Brothership] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia dengan sena...