Jeritan Hati

By AndinSintia

293 88 41

Syifani Al Hidayah. Gadis gaul yang cuek dengan laki-laki. Penuh luka akibat di tinggal kedua orang tuanya. H... More

prolog
Mahasiswa
Persahabatan bagai kepompong
Musibah yang menyatukan
Menuju Ujian
Pulangnya Malaikat tak Bersayap
Ujian sekolah part akhir
follow yuuk
Cinta?
Special Part
part hilang
Mall dan Telfon (part 5)
Ibu?
Riko, Zali, Imam

Bahagia atau luka?

4 2 0
By AndinSintia


Jika doa menjadi saksi bahwa aku menyebut namamu. Semoga Allah mengabulkan doa itu.
-Imamalihdr

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد





"Ya kalo lo beneran suka, sayang, jangan rusak dia ko. Jaga dia lewat doa lo" jawaban itu terlontar dari Zali. Riko sudah menceritakan semuanya pada Zali.

"InsyaAllah bang"

"Lagian proses lo masih lama. Lo juga baru tahap SMA"

Riko hanya mengangguk. "Ya sudah bang, gw izin pulang dulu ya"

"Yaudah sonoh. Ti ati"

"Iya bang, assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

|•|•|•|•|•|

Esok hari yang cerah itu, Syifani tak sabar menunggu sang Ibu kerumahnya. Ia tak hentinya tersenyum. "Bi, ibu beneran kesini kan?"

"Iya. InsyaAllah"

Di lain tempat, Kamelia sedang menunggu Arkan untuk menepati janjinya. Tak lama, sebuah mobil  berhenti tepat di depan rumah kos yang di tempati Kamelia.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"

Deg!

'Arkan mengucap salam?' -batin Kamelia.

"Wa'a-w-wa'alaikumussalam"

"ayok cepat" ucap Arkan.

"I-iya"

"Kamu tidak bohong sama saya kan Arkan? Kamu benar mau mengantarkan saya ke rumah saya kan?"

"Bawel sekali calon istri"

"Diam! Bicara seperti itu lagi, aku tampar kamu!"

"Istighfar" ucap Arkan.

Reflek Kamelia pun beristighfar dalam hati.

Di depan rumah, Syifa terus-terusan mondar mandir. Tanti mengerti kebahagiaan Syifani saat ini, namun apakah setelah ia mengetahui semuanya dia masih bisa tersenyum?

Kurang lebih 15 menit, sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan rumah Syifani. Tanpa berpikir lama Syifani langsung mengetok kaca mobil itu, ia tersenyum dan menangis.

Tok tok tok

"Ibu? Ini ibu kan? Ayok buka bu"

Tanti segera menenangkan keponakan nya itu.

"Sabar sebentar Syifa"

Pintu mobil terbuka, seorang perempuan kurang lebih berumur 40-an, dengan pakaian serba hitam yang melekat di tubuhnya.

"Syifaaaaa" saat itu juga tangis Tanti, Syifa, Kamelia dan Arkan pecah.

"Ibu, kenapa lama? Kenapa ibu gak pernah hubungin Syifa? Hiks-hiks ibu gak sayang sama Syifa? Ibu gak rindu sama Syifa? Ibu hiks hiks, dunia ini terlalu kejam untuk Syifa bu.... "

"Maaf nak... Ibu sayang sama kamu. Hiks hiks, sekarang kita bisa sama-sama lagi yah kaya dulu. Hiks, insyaallah ibu gak bakal ninggalin kamu lagi... "

"Masuk dulu, tidak enak dilihat tetangga" ucap Tanti. Mereka pun berjalan memasuki rumah.

Memang lumayan banyak tetangga yang memperhatikan mereka. Bahkan ada yang berbisik bisik 'ternyata masih ingat pulang dia. Aku kira udah lupa kalo dia punya anak di sini'. 'Iya yah mana pulang bawa laki lain lagi'.

Di sofa itu, Syifa dan Kamelia masih tetap pada posisi saling memeluk dan menangis. Seolah mereka meng qodho apa yang tidak mereka lakukan selama 15 tahun.

Kamelia menangkup wajah putrinya, ia menghapus bekas air mata putrinya. "Sudah ya sayang, jangan menangis lagi"

"Syifani seneng, sedih juga"

"Sekarang ibu mu sudah kembali kesini. Jadi jangan pernah tunjukin wajah kusut mu itu" ucap Tanti.

Syifani dan Kamelia pun tertawa "ih bibi!"

Tersadar bahwa pahlawannya kini tidak bersama sang Ibu. "Ibu, Ayah mana?"

Deg!

Hening. Kamelia melirik ke arah kakanya, hingga dia mendapat sebuah anggukan dari sang kaka.

Kamelia menarik nafas untuk menjelaskan pada anak semata wayangnya ini. "Syifa? Syifa tahu tidak, kalo Allah sayang sama kita, Allah gak akan biarin kita sakit kan?"

"Iyah"

"Nah ayah Syifa sakit saat itu. Allah sayang sama ayah, jadi--" belum sempat di lanjutkan, Syifani sudah menyela.

"Maksud ibu ayah udah meninggal? Iyah?!"

"Tenang Syifa.. Iyah ayah kamu sudah meninggal satu tahun yang lalu"

Ctarrr. Bagai di sambar petir pagi hari, Syifani tak bisa berkata apa-apa lagi. Sakit, tapi tidak berdarah. Retak, tapi bukan sebuah kaca.

Terdiam dari seribu bahasa, semua memori dengan ayahnya tercetak jelas di ingatan. "Gak, gak bu! Gak mungkin. Ayah gak mungkin ninggalin Syifa bu! Ayah gak mungkin----hiks, gak!"

"Syifa kamu harus--"

Bruk

Syifani jatuh pingsan. Sungguh ini semua di luar ekspetasi. Kepulangan ibunya membawa kebahagiaan , atau membawa luka?

"Syifa! Bangun sayang... Nak... Hiks. Maafin ibu syifa... Maafin ibu"

"Arkan, tolong bantu untuk membawa Syifa ke kamar nya" ucap Tanti.

"Baik" . Arkan mengangkat tubuh Syifani. Tak terasa bulir bening menetes dari matanya.

'Anakku?'

•|•

"Bagaimana istikharah kamu nak?" tanya seorang ibu, pada putra sulungnya.

"Alhamdulillah umi. Sudah mendapat jawaban"

"Syukur, alhamdulillah. Jadi kapan kamu mau bawa umi ke rumah wanita itu?"

"Nggih umi, InsyaAllah besok. Gimana umi?"

"Bagus, lebih cepat lebih baik"

Imam hanya diam dengan tatapan kosong.

"Kamu kenapa sayang?" tanya sang umi.

"Emm nggak umi, nggak papa" jawab Imam dengan tersenyum.

"Lo mau lamaran juga ya, Mam?!"

"Ck! Bisa nggak sih bang?! Kalo ngomong tuh yang bermanfaat dikit"

"Sudah... Ih anak umi ini. Ingat ya nak... Kalian itu harapan umi satu satunya sayang, setelah kepergian abi, harapan umi bahagia, hidup, mengejar cinta Allah dan Rasul . Itu cuma kalian"

"Ih umii melow deh. Umi, walaupun nanti Zali menikah, Zali gak bakal ninggalin umi. Kalo boleh sih, Zali bawa istri Zali tinggal disini bareng kita"

Imam melirik ke arah abangnya dengan tatapan sinis.

"Hidiih liat tuh umi. Anak umi yang terakhir itu, cemburu dia"

"Ck!"

Imam beranjak dari duduknya dan pergi ke kamar.

"Umi , Imam ke kamar dulu ya"

"Ya sudah. Lagipun ini sudah malam, Zali kamu juga istirahat. Umi mau ke kamar dulu"

"Iya umi"

•|•

Di lain tempat, tepatnya di rumah Syifani. Ia masih menatap kosong ke arah luar dengan hati yang tak bisa diam dan fikiran yang tak bisa tenang.

"Sakit ya Allah.... Selama bertahun-tahun Syifa menjalani hidup, tapi tak pernah Syifa merasa bahagia dengan orang tua Syifa. Ibu sudah pulang, tapi ayah? Kenapa harus sekarang ya Allah.... Kenapa?" -batinnya.

Bulir bening kembali terjun bebas di pipinya. Dari arah belakang, ibunya memandang dengan tatapan kasihan.

"Maaf nak.... Ini lah dunia, inilah takdir Allah... Kalau saja kejadian kelam itu tak terjadi pada ibu, pasti sekarang tidak begini. Tapi inilah yang terbaik dari Allah nak... "

"Syifa?"

Syifa menoleh ke belakang. "Iya ibu?"

"Kamu masih tidak ikhlas atas semua nya?"

"Syifa ikhlas, inn syaa Allah" ucapnya seraya tersenyum.

Kamelia pun membalasnya dengan tersenyum. "Sudah malam sayang.. Ayok masuk"

"Syifa masih pengen di sini bu, kena angin malam rasanya fikiran Syifa tenang"

"Ibu mau, kamu masuk sayang"

"Iya bu. Syifa masuk"

Syifa masuk ke dalam rumah nya dengan perasaan yang tak menentu.

"Malam ini kamu tidur sama ibu"

Syifa hanya mengangguk.

"Syifa... Jangan anggap ibu orang lain, ini ibu nak... Ibu kamu"

"Syifa hanya ngerasa aneh, belasan tahun Syifa nggak ngerasain jadi anak nya orang, bu"

Deg!

Kamelia tak menyangka, kata kata itu keluar dari mulut anak gadisnya. "Maafin ibu"

Entah sudah berapa kali kata maaf itu keluar. Namun, Syifa hanya membalasnya dengan tersenyum.

"Sudah malam bu, Syifa mengantuk"

•|•

HAI HAI. MAAF YA AKU ABIS FOKUS SM UJIAN HEHE. JADI BARU BISA UP, BTW AKU SEMPET NGEPEPET BGT INI GAK BISA CRI IDE. ALHAMDULILLAH NYA ALLAH KASIH😭

Continue Reading

You'll Also Like

85K 7K 13
Lancel Baratheon pemuda ceria yang ditakdirkan tidak sempurna. Ia bisu dan lingkungan tidak mendukungnya. Terbiasa diam hingga membuat Lancel melupak...
135K 150 29
Season 2
9.1K 977 16
Menceritakan Tiga orang Sahabat yang bermimpi bisa mengunjungi negeri dimana idol K-Pop dilahirkan. Namun tanpa diduga duga mimpi mereka terwujud, se...
342 72 12
Hanya kisah sederhana untuk menemani waktu luang kalian. Tentang seorang anak brandalan yang ternyata harus menjadi penerus pesantren, dan pertemuan...