Hargai karya author dengan cara menekan bintang and comment
•
•
•
— A Slice Of Happiness —
Sudah dua minggu sejak insiden Seojoon memukulinya, sudah dua minggu itu juga Taehyung senantiasa dirawat di rumah sakit akibat beberapa luka serius yang dia alami di bagian perut rahang juga hidung.
Taehyung masih bisa bersyukur karena Seojoon tidak jadi menghabisinya waktu itu, luka-luka yang ada pada sekujur tubuhnya saat ini sudah membaik. Paling parah hidung nya yang harus tetap di perban karena mengalami retak di bagian batangnya.
Kini Taehyung masih di rumah sakit, sedang mempersiapkan kepulangannya menuju rumah. Di ruangan itu ada dokter pria dan orang lainnya, dia adalah paman dan bibi Taehyung. Yang sudah tau apa yang terjadi, mereka yang masih sibuk di Tiongkok harus mendadak serangan jantung setelah mendapatkan kabar dari pelayan rumah Taehyung.
Sesampai nya di Korea mereka ingin rasanya mencekik leher Taehyung sampai putus, tapi setelah melihat kondisi anak itu membuat paman dan bibi Taehyung tak tega.
"Terimakasih dokter." Imbuh si bibi. Wanita paruhbaya itu menghela napas lalu menatap Taehyung yang bersandar di ranjang rumah sakitnya sembari menatap lantai dibawahnya dengan tatapan kosong.
"Tae, ayo kita pulang."
Taehyung tidak menggubris ajakan itu, dia masih fokus menatap lantai. Wanita paruhbaya itu menghela napas lelah. Akhir-akhir ini Taehyung jadi sering melamun dan terlihat murung, tidak mau bicara satu kalimat pun untuk membalas ucapan orang-orang. Hal itu membuat semua orang kewalahan dan frustrasi dengan sikap Taehyung.
"Taehyung..." Bibi mulai merengek karena gemas. "Mau sampai kapan kau terus seperti ini? Apa kau tidak lelah?"
"Sampai Jennie datang menjemput ku."
"Astaga!" Bibi akhirnya menyerah dan memutuskan untuk keluar. Baru saja dia membuka pintu dia terkejut ketika seorang dokter wanita hendak masuk.
"Oh Irene? Kau sudah pulang dari luar negeri?" Irene tersenyum.
"Iya bibi. Apa kabar? Sudah lama sekali tidak bertemu." Bibi tersenyum.
"Kabar ku sangat baik. Seojoon sering membicarakan mu lewat telepon." Bibi tersenyum tipis sambil menepuk pundak Irene. Irene hanya tersenyum menanggapinya, wanita itu lalu menatap Taehyung yang acuh tak acuh.
"Aku ingin bertemu dengan Taehyung untuk melihat keadaannya."
"Oh tentu saja, silahkan."
Irene pun masuk dan bibi keluar. Irene menoleh kebelakang untuk memastikan kalau tidak ada siapapun yang akan masuk. Wanita itu lantas mendekati Taehyung.
"Kau benar-benar bajingan." Desis Irene marah. "Kau tau kau sudah gila Hwang Taehyung!"
"Jika kau datang hanya untuk menceramahi ku lebih baik pergi saja."
"Kau tau? Rasanya aku ingin mencekik leher mu." Irene lalu menghela napas lelah. Menatap Taehyung dengan tajam.
"Ada yang ingin aku katakan pada mu."
"Keluar, aku ingin sendiri."
"Ini tentang Jennie."
Dan Taehyung menoleh menatap Irene dengan penasaran.
— A Slice Of Happiness —
Setelah Irene menceritakan bahwa Jennie tengah mengandung Taehyung merasa memiliki kekuatan untuk melakukan apapun untuk bisa membuat Jennie kembali kedalam pelukannya. Taehyung merasa desiran hebat ketika Irene mengatakan Jennie tengah mengandung bayi kembar. Taehyung segera di anugerahi semangat untuk menjalani hidup lagi.
Kini Taehyung tengah ada didalam mobil menuju rumah Seojoon. Kali ini Taehyung tidak akan mengalah dan akan pulang membawa Jennie bersama nya, bersama bayi mereka. Peduli setan jika nantinya Seojoon akan memukuli nya babak belur, dia akan tetap pulang bersama Jennie dan kedua bayinya.
Dan seolah tahu, Seojoon sudah menyambut nya didepan pintu dengan tatapan tajamnya. Pria itu menatap Taehyung tepat ditengah-tengah pintu seolah melarangnya masuk. Tapi Taehyung tidak peduli, dia berjalan mendekat dengan tatapan datar.
"Dimana Jennie?"
"Beraninya kau datang kesini keparat. Apa pukulan ku masih kurang untuk membuat mu menjauhi putriku?"
"Kau tidak bisa memisahkan kami berdua."
"Kenapa tidak bisa?"
"Karena aku mencintai nya dan akan menjadi ayah dari bayi nya!"
Seojoon tidak terkejut sama sekali mengetahui bahwa Taehyung tau kalau Jennie hamil.
"Enyah saja dari rumah ku bajingan."
"Hyung—."
"Ahjussi..."
Suara lemah lembut itu membuat Taehyung dan Seojoon mengalihkan pandangan mereka ke dalam rumah. Disana Jennie berdiri menatap nya dengan tatapan penuh air mata. Gadisnya nampak cantik, masih sama seperti dua minggu lalu terakhir dia melihatnya. Hanya saja dia sedikit pucat. Tatapan Taehyung melunak, pria itu hendak melangkah masuk tapi Seojoon mendorong Taehyung menjauh.
"Jauhi putri ku."
"Hyung kumohon."
"Tidak! Cepat pergi sebelum aku hilang kendali!!"
"Kumohon..."
"Ku bilang pergi Hwang Taehyung!!"
Tapi Taehyung nekat untuk tetap masuk sehingga Seojoon yang kehilangan kesabarannya akhirnya memukul Taehyung membuat Taehyung jatuh. Sudut bibirnya berdarah. Di tempatnya Jennie hanya bisa terisak, tidak bisa melakukan apapun karena saat ini pelayan tengah menahan tangannya.
Taehyung tidak menyerah, pria itu kemudian merangkak dihadapan Seojoon dan menyatukan kedua telapak tangannya.
"Hyung kumohon." Napas Taehyung memburu.
"Kumohon biarkan aku bersama Jennie, hanya dia yang bisa membuat ku bahagia. Aku tau apa yang aku lakukan tidak benar, tapi aku tidak berdaya hyung." Taehyung mendongak menatap Seojoon. Matanya berkaca-kaca.
"Aku tau permintaan maaf ku tidak akan mengubah apapun, aku sudah merusak putri mu, aku sudah menghancurkan masa depannya." Seojoon memalingkan wajahnya yang memerah karena amarah.
"Tapi aku melakukannya karena aku mencintai putri mu, aku tak bisa melakukan apapun dan hanya cara itu yang terbesit dalam pikiran ku. Karena aku tau kau tidak akan merestui hubungan gila ini jika aku meminta putri mu dengan baik-baik." Napas Taehyung terengah menahan perasaan. Taehyung lalu menunduk dan air matanya jatuh membasahi sepatu Seojoon.
"Aku mencintai putri mu Hyung, aku mencintai Jennie. Aku tau aku sudah menghancurkan masa depannya, tapi aku berjanji pada mu akan memberi Jennie masa depan yang lebih baik. Kau bisa membunuh ku jika aku tidak menepati janji ku."
"Tolong hyung, biarkan aku menebus dosa ku dengan dengan membiarkan ku memperbaiki semuanya." Rupanya Seojoon masih belum luluh.
"Hyung, kau sudah pernah merasakan bagaimana sakitnya di tinggal oleh orang yang kau cintai ketika kakak ku meninggal. Apa kau tega membiarkan rasa sakit yang sama terjadi pada ku dan Jennie?"
Napas Seojoon memburu mengingat kejadian bertahun-tahun lalu saat Minyoung meninggalkan nya seorang diri bersama Jennie yang kala itu masih kecil. Rasanya memang sakit, bahkan saat itu dia hampir menyusul Minyoung jika saja dia tak mengingat Jennie yang sangat membutuhkan nya.
Seojoon memejamkan matanya, ada setitik air mata yang ikut jatuh dari kelopak matanya ketika luka lama yang coba dia pendam bangkit kepermukaan. Rasa sakit yang membuatnya begitu frustrasi dan hampir membunuhnya. Pria itu menghela napas lalu menatap Taehyung.
"Kau menang bajingan." Taehyung mendongak dan Seojoon berbalik menatap putrinya yang masih terisak di tempatnyam
"Kemarilah."
"Daddy..." Jennie menangis dan gadis itu berlari memeluk Seojoon. Menangis kencang dalam pelukan daddynya.
"Daddy tidak bisa membiarkan mu merasakan apa yang daddy rasakan." Punggung Seojoon gemetar. "Cukup daddy saja, kau tidak boleh merasakannya."
"Daddy..."Bibir Jennie gemetar. Gadis itu menatap Seojoon. Seojoon tersenyum dan mengusap air matanya.
"Pergilah..."
Seojoon melepaskan pelukan itu dan menyuruh Jennie untuk menghampiri Taehyung. Dengan air mata yang bercucuran gadis itu berjalan pelan menghampiri Taehyung. Taehyung berdiri dan merentangkan tangannya, disaat itu tangisan Jennie meledak dan gadis itu menghempaskan tubuhnya pada tubuh Taehyung. Memeluk Taehyung dengan sangat erat dan dibalas tak kalah erat nya oleh Taehyung.
"Ahjussi..."
Jennie menenggelamkan wajahnya didada bidang Taehyung dan terisak disana. Bahkan kemeja yang pria itu pakai sudah basah oleh air mata Jennie. Taehyung mengecup puncak kepala Jennie dan meregangkan pelukan itu, menghapus air mata nya dan mengecup kening nya.
"Jangan menangis," Jennie menatap Taehyung dengan tatapan penuh rindu, rindu pada ahjussi nya yang selalu memanjakan nya, yang selalu menyayangi nya dan menjaganya. "Kita pulang sekarang hm?"
"Itu tidak akan terjadi." Taehyung dan Jennie menatap Seojoon yang kini menatap mereka berdua.
"Setelah apa yang kau lakukan aku tidak akan membiarkan putri ku ikut dengan mu dengan mudah."
"Tapi hyung..."
"Kau harus di beri hukuman, dan hukuman mu adalah, kau tidak diizinkan bertemu dengan Jennie sampai Jennie melahirkan bayinya."
"Tapi—."
"Kau hanya bisa bertemu dengan Jennie ketika cek in kesehatan kandungannya. Setujui ini atau pergilah, aku akan menjodohkan Jennie dengan pria lain."
"Tidak, Itu tidak akan terjadi."
Taehyung menghela napas pasrah dan menatap Jennie nanar. Mau bagaimana lagi, Taehyung tidak mungkin membiarkan Jennie menjadi milik orang lain setelah perjuangan yang dia lakukan. Tak apa, ini sudah sepantasnya dia dapatkan.
"Ahjussi, jangan pergi."
"Tidak, aku tidak akan pergi. Aku akan sering menelepon mu. Hm?" Taehyung lalu mengusap perut Jennie seraya berkata. "Papa akan kembali, jaga mama kalian dengan baik jangan sering mengeluh didalam sana." Taehyung lalu menatap Jennie.
"Aku pergi dulu, jaga diri mu baik-baik." Taehyung meraih rahang Jennie dan mengecup keningnya. "Aku mencintai mu."
"I love you ahjussi."
Taehyung tersenyum, setelah itu Taehyung melepaskan Jennie dengan berat hati, melangkah keluar untuk melalui hukuman nya. Tapi tidak masalah, Taehyung akan menunggu dan mencoba sabar, dia akan mengawasi dari jauh sampai waktunya tiba Jennie melahirkan.
****
Satu chapter lagi buat epilog. Btw next story horor ya tapi always pemain pertama taennie😙
Lia❤
[28 April 2024]