"kelas kamu disini?" Tanya jevan setelah melihat kelas sang adik kelas
Meyra mengangguk.
"Gu..ekhmm aku masuk dulu ya, bye kak van." Ya, meyra memanfaatkan keadaan ini. Walaupun ia bingung, kenapa jevan bisa salah orang. Tapi yasudah lah ini sudah rezekinya.
Jevan mengelus puncak kepala meyra dengan sayang lalu berpamitan.
Ia berjalan dengan santai menuju kelasnya dilantai dua.
"Ehh itu Ra kakel baru. Ganteng kan?" Tanya Lusi sahabat karib meyra saat melihat kakel baru alias jevan berjalan kearah mereka atau tepatnya ingin ketangga menuju lantai dua
Meyra menatap jevan dengan sendu. Ia rindu dengan laki laki itu.
Tatapan keduanya bertemu dan meyra mengeluarkan senyum terbaiknya, namun dibalas tatapan dingin dari jevan.
Ia menunduk lesu. Jarak keduanya semakin dekat
Jevan terus melangkah ia melewati 2 gadis yang tampak sempat tersenyum ke arahnya.
Deg..
"Aroma ini? Mirip sama parfum meyra."gumam jevan
Ia menoleh kebelakang menatap ke arah salah satu gadis mungil yang rambutnya dikepang dua.
Ia terus menatap sampai punggung keduanya menghilang.
"Meyra? Ah bukan bukan." Ucapnya lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Kini jevan memasuki kelasnya dengan santai lalu duduk di belakang.
"Eyyo bro, let me introduce myself. Gue Mahen." Sapa seorang cowo dengan kancing atas terbuka dan rambut agak berantakan.
"Gue Haikal. Haikal semesta paling ganteng." Ucap satunya lagi
Plak..
"Argh ren Lo apa apaan sih? Main geplak geplak aja." Ketus laki laki yang menyebut dirinya sebagai Haikal
"Narsis Lo." Balas satunya yang disebut ren oleh Haikal
"Gue Rendi Alexander. Biasa dipanggil...-"
"Alexa." Potong Haikal yang membuat Mahen tertawa keras.
Ntah dimana yang lucu menurut jevan.
"Gue gorok Lo lama lama kal." Rendi mulai mengambil ancang ancang seakan siap memenggal kepala Haikal
"Gue jevan noxellen." Balas Jeno datar.
"Noxellen? Wahh anak orkay Lo? Sabi ni diporotin hehe.." ucap frontal Haikal membuat Mahen dan Rendi merotasikan matanya.
"Miskin Lo?" Tanya Mahen.
Haikal mengangguk."ho'oh kartu gue masih ditahan."
"Makanya gausah sok sok ikut tawuran." Ledek Rendi.
"Bacot Lo. Ngomong ngomong urusan Lo sama si meyra udah selesai?" Tanya Haikal.
"Meyra?" Jevan mengernyit heran
"Iya, meyra kemarin Rendi sama meyra menang olimpiade matematika . Nah hadiahnya dipegang sama si Rendi." Jelas Haikal.
"Tuh dia anaknya datang." Ucapan Mahen membuat atensi ketiga pria lainnya mengarah ke pintu.
"Maaf kak lama." Kalimat pertama meyra dibalas anggukan oleh Rendi
"Duduk dulu. Disini!" Titah Rendi menunjuk kursi disamping jevan.
Meyra memandang jevan ragu. Sungguh tatapan jevan membuat meyra merasa dikuliti.
"Permisi ya kak." Izinnya lalu duduk
"Suaranya?"batin jevan.
Lagi, aroma itu masuk ke indra penciuman jevan. Aroma segar dari buah strawberry yang sama persis dengan parfum meyranya.
Ia terus memandang wajah meyra yang serius memandang Rendi membagi dua hadiah olimpiade nya.
"Nih udah gue bagi rata." Suara Rendi mengalihkan atensi jevan.
"Oke, makasih kak. Gue pamit keluar kalau gitu." Ucap meyra lalu keluar.
Tak lama jevan juga ikut keluar.
"Mau kemana Van? Bentar lagi masuk." Ucapan Mahen tidak didengar jevan.
Ia terus melangkah mengikuti langkah pendek meyra.
Dan
Happ....
Ia berhasil mencekal tangan meyra.
"E..eh jev eh kak jev? Kenapa?" Tanya meyra terkejut sekaligus gugup.
"Jev?"
Ia mengingat panggilan meyra yang ia temui tadi pagi
"Gu..ekhmm aku masuk dulu ya, bye kak van."
"Lo kenal gue?" Tanya jevan mulai bingung
"Eh.. ak..ekhm gue lihat dari name tag
" Meyra berusaha menormalkan suaranya.
Jevan menatap tajam meyra.
"Lo bohong?" Tanya jevan memastikan sekali lagi.
"Enggak. Udah mau masuk, gue pamit kak" ia menghentakkan tangan jevan dari pergelangan tangannya.
Lalu melangkah pergi meninggalkan jevan yang masih menatapnya lekat
"Hai kak van, nunggu lama?" Sapa meyra dan mengambil bangku di samping jevan yang tampak melamun.
"Panggilan kamu kok berubah?" Tanya jevan memastikan
"Eh? Berubah? A..itu ya..ahaha ya pengen ganti suasana aja." Balas meyra gugup.
"Tapi aku ngerasa asing sama kamu Ra." Jevan menunduk lesu dan itu membuat meyra agak kesal.
"Asing kenapa? Aku meyra teman kamu." Meyra ngotot agar jevan tetap disisinya
Jevan hanya diam tidak menanggapi.
"Aku gak nyaman ngomong sama kamu sekarang? Apa karena aku udah bisa melihat lagi ya? Jadi suasananya beda." Kalimat jevan berhasil membuat meyra terkejut
"Oh jadi dia dulu buta? Pantesan." Batinnya
"Emm mungkin iya kak."
"Tapi meyra dulu gak pernah manggil aku kak." Meyra semakin gugup, sungguh baru kali ini ia merasa jantungan
"Mau ganti panggilan aja, apalagi ini disekolah." Meyra tetap memasang senyumnya walaupun hatinya sudah was was.
"Kamu mau makan apa? Biar aku pesan?" Meyra mengalihkan pembicaraan menegangkan itu.
"Aku ngikut kamu." Setelah mendengar balasan jevan, meyra pergi untuk memesan.
Suara dari seberang mengalihkan perhatian jevan.
"MEYRAAA!! SINI LO... JANJI LO MANA NYET.." teriak Lusi berlari mengejar meyra yang cekikikan sambil berlari.
"SORRY HONEY.. MINGGU DEPAN GUE JANJI BAKAL BAWA BUKUNYA." balas meyra teriak
Mereka berlari memasuki kantin dengan tawa yang menggelegar.
Dan itu tak lepas dari pandangan jevan. Ia tersenyum tipis melihat tingkah meyra yang lucu.
Meyra berlari tanpa melihat jalannya dan
BRAK...
"Meyra." Guma jevan dan berjalan menghampiri nya
"aww.. heh Lo bisa gak sih gak usah petantang petenteng?" Amuk meyra yang terjatuh dengan nampan yang berhamburan.
"Upss sorry gue gak sengaja.lagian kaki Lo ngapain sampe kesamping samping gitu" balas meyra mungil
"Suka gue.Makanya jadi orang tuh yang kalem. Gak usah kebanyakan gaya."
"Meyra kamu gapapa?" Tanya jevan khawatir dan memegang pergelangan tangan meyra.
"Kak... Siku aku sakit." Manja meyra memeluk jevan.
"Woy Ra, Lo gapapa?" Tanya Lusi menghampiri meyra yang menyaksikan adegan menggelikan didepannya.
"Dasar bitch, sok banget Lo." Ucapan pedas Lusi mengalihkan perhatian jevan yang sibuk memperhatikan meyra nya.
Pandangannys terarah ke meyra yang menatap datar kearahnya.
"Untung dia yang jatuh bukan Lo." Sambung Lusi
"Heh meyra Mogi Mogi.. lain kali kaki Lo potong tuh, biar gak bisa lagi jegal orang." Lusi terus menyerang meyra yang menatap nya sinis
"Nama gue meyra mogister busii.." balasnya
"Heh gue Lusi bukan busi."
"Suka suka gue, mulut mulut gue. Dasar busi bekarat"
"Mogi Mogi expired."
"Busi."
"Mogi Mogi."
"Udah udah, Lusi ayo beli nasi. gue udah lapar." Potong meyra menarik tangan Lusi meninggalkan jevan dan meyra Mogi Mogi,ehh mogister.
"Lo kok gak ngelawan sih Ra?" Lusi masih aja jengkel.
"Udahlah, Lo kan tau alasan sederhana gue,sang princess gak boleh marah marah hehe." Lusi merotasikan matanya.
"Narsis Lo."
Jevan mendengar celetukan singkat kedua sahabat karib itu sayup sayup
"kalau misalnya menurut Lo gak ada lagi alasan untuk Lo tetap hidup karena penglihatan Lo, Lo bisa gunain alasan sederhana ini,gue mau ketemu sama meyra besok! Kalau hari besok udah datang, bikin lagi alasan itu,hehe.."