3 hari berlalu, hari ini nathan berniat mengajak asya untuk bertemu lagi dan menjelaskan sesuatu yang beberapa belakangan ini mengganjal di hati asya pastinya
nathan cukup ragu, nathan tidak tau yang akan dilakukan nya kali benar atau salah tetapi yang jelas nathan hanya ingin membuat asya sedikit tenang.
nathan tidak tega melihat asya benar-benar jatuh, karena sebelumnya nathan pernah berada di posisi asya
dan sebenarnya semua teman clubnya rafael mengetahui dimana keberadaan rafael, hanya saja mereka tidak tega bila harus memberitahu semuanya ke asya
berbeda dengan nathan, ia lebih tidak tega bila asya tidak pernah mengetahuinya.
asya segera bergegas mandi dan prepare karena pukul sudah menunjukkan jam 18.30, asya ga punya banyak waktu untuk prepare bahkan make up
bukan sama rafael ini, pikirnya.
asya hanya memakai hoodie dan celana pendek, dia melihat cuaca diluar lewat ke jendela kamarnya dan ternyata benar dugaannya, awan sudah memerah yang artinya akan turun hujan
bila hujan, tidak mungkin nathan menjelaskan semuanya didalam mobilnya bersama asya
dan saat pukul 19.00 nathan sudah sampai didepan komplek rumah asya dengan hanya menggunakan kaos polos serta celana pendek selututnya, serta hujan sudah turun dengan derasnya dan nathan mau tidak mau mengetuk pintu rumah asya
rumah asya tidak memiliki pagar tetapi memiliki teras yang cukup luas untuk mobil, hanya saja mobil pribadi keluarga asya sudah dijual disaat ayah asya meninggal.
tok tok tok
" assalamualaikum "
" walaikumsalam, sebentar ya "
seperti biasa bunda yang selalu menyambut tamunya terlebih dahulu
" eh temannya anak bunda??? " tanya bunda saat membuka pintu
" i-iya tante, maaf sebelumnya udah ganggu tan " jawab nathan gugup
" jangan panggil tante atuh, panggil aja bunda ya
oh iya ini teh lagi hujan, main sama asya nya dirumah aja ya??? gapapa atuh diruang tamu asal jangan diluar, bunda takut asya sakit soalnya " jelas bunda
" eh i-iya bunda, sebelumnya kenalin nama ku nathan bun" ucap nathan sambil salim ke bunda
" iya nak nathan salam kenal ya, ih temen temennya asya kasep kasep pisan ko bisa ya
ayo masuk atuh nanti asya nya bunda panggilin " ujar bunda lalu segera mempersilahkan nathan untuk masuk, karena kamar asya berada di lantai 2 sedangkan bunda berada di lantai 1 jadi itu kenapa selalu bunda yang menyambut tamu-tamu yang datang.
kini asya sudah berada di ruang tamu bersama nathan, nathan bingung harus mulai darimana dan akhirnya asya mencairkan suasana terlebih dahulu
" ceritain aja nat, gue siap ko "
dan akhirnya nathan berani memulai semuanya
" maaf sebelumnya sya, ael udah ga disini, dia pergi demi impian nya
dia . . pergi ke belanda sya, tempat ayahnya berasal, ael ga lolos uji tes untuk masuk ke club ternama impiannya lewat jalur prestasi
dia sempat putus asa karena gue tau sekeras apa usaha dia untuk menggapai impiannya, setelah dia gagal dia menceritakan semua kegelisahannya ke orang tuanya
gue tau orang tua ael merupakan orang tua yang selalu mendukung anaknya, dan akhirnya ael di daftarkan di satu sekolah sepak bola yang ada dibelanda
sebelumnya ael cukup ragu, ragu karena dia tau dia harus ninggalin lo, dia ada keinginan untuk membawa lo kesana tapi dia berfikir lagi tugas dia disana baru belajar, belum jadi siapa-siapa,
dan alasan dia ngga memberitahu lo sedikitpun tentang hal ini, karena dia ngga mau liat air mata lo sya
lo pasti akan nangis setelah tau semua ini, dan rafael ngga mau karena tangis lo dia harus mengubur impiannya.
gue tau ini egois sya, ael memang egois kalo sudah berkaitan dengan mimpi nya tapi lo harus percaya bahwa dia pasti kembali ke - "
" udah nat " asya menyelak penjelasan nathan
" sya sorry "
" kalo aja gue tau lebih dulu diri dia yang begitu egois, gue ga akan menolak tawaran beasiswa s2 di Australia " lirih asya dengan pandangan kosong
" maksut lo sya??? " tanya nathan
" gue lulus uji tes berkat nilai gue yang tinggi, ada tawaran dari kampus untuk gue menerima beasiswa tersebut
selain bunda, dia menjadi salah satu alasan gue menolak tawaran tersebut nat . .
mungkin bunda bisa aja ikut gue untuk netap disana selama gue kuliah, tapi ga mungkin gue ajak ael untuk ikut gue juga kesana
segitu bodohnya gue ya nat . . " suara asya semakin pelan lalu asya menundukkann kepalanya, nathan tau asya pasti menangis
dan benar, asya menangis dalam diam, tanpa suara dan rintihan
ini terdengar begitu perih bagi nathan.
" jangan nangis disini sya, ayo keluar gue bawa payung di mobil, kita beli makan didepan komplek ya " bujuk nathan lalu segera mengambil payung yang berada didalam mobilnya
sementara asya didalam hatinya
i hope i can see you again, rafa.