Another Story

By dksalvation_

5.8K 609 219

"You are the world I want to live in, Kim Dokja." --- Another story I made from my imagination for Yoo Joongh... More

Past
Gilyoung's Feelings
YooHanKim
Life after the Scenario
Beach
Rewrite the Stars
The Angry One
Companion
Camp
About Kim Dokja
A Reader
Little Dokja
Survive the Virus
Survive the Virus 2
Back to You
Back to You 2
Holiday
Dokja's Day
The Hidden Truth
The Hidden Truth 2
The Hidden Truth 3
First Snow

The Person Dokja Loves the Most

322 30 3
By dksalvation_

"Menjauh dariku, bodoh."

"Yoo Joonghyuk sialan. Kau dan aku itu tim, bagaimana bisa aku menjauh darimu?!"

Joonghyuk mendengus kasar, lalu mendorong bahu Dokja agar pria itu mundur beberapa langkah.

"Jangan terlalu dekat denganku. Aku benci tatapan orang-orang yang selalu salah paham dengan hubungan kita. Apalagi Uriel."

Dokja menyipitkan matanya. "Memangnya kau mengartikan tatapan mereka seperti apa huh?! Kita satu tim, kita tidak bisa--"

"Aku tidak peduli. Aku bilang menjauh dariku, ambil jarak dan jangan suka menempeliku. Rasanya menggelikan melihat tatapan mereka yang selalu aneh saat melihat kita." Joonghyuk berjalan menjauh. Dokja menatap diam saat pria itu menghampiri Seolhwa. Tatapannya meredup sekilas, tapi kemudian kembali cerah saat melihat Gilyoung dan Yoosung mendekat.

"Yah, harusnya aku sudah terbiasa." Dokja tersenyum simpul.

🐟🦑

"Hyung, menurutmu.. apakah dunia ini akan kembali seperti dulu?"

Pertanyaan Gilyoung membuat atensi semua orang beralih pada anak itu. Saat ini, anggota party Dokja sedang duduk mengitari api unggun yang dibuat oleh Hyunsung.

"Ya, tentu saja."

"Jika itu benar-benar akan terjadi, aku ingin terus tinggal bersama Hyung." Gilyoung menatap lurus pada api unggun didepannya.

"Tak masalah jika dirumah yang kecil sekalipun, jika itu bersama Hyung, aku tidak akan keberatan."

"Wah wah, lihat bocah ini. Mulutnya manis sekali." Ujar Sooyoung dengan kepala menggeleng pelan. Gilyoung terkekeh pelan.

"Aku sudah tidak punya siapa-siapa. Dari awal skenario dimulai, aku hanya memiliki Dokja Hyung. Aku bisa bertahan hidup karena Hyung selalu membantuku." Tatapan Gilyoung meredup.

"Saat di stasiun, jika bukan karena Dokja Hyung, mungkin aku sudah mati. Hyung merelakan dirinya diserang oleh monster." Mata Gilyoung berkaca-kaca.

"Rasanya aku ingin selalu menyalahkan diriku jika mengingat itu. Hyung berkali-kali mengorbankan diri tanpa ragu sedikitpun demi kita. Seakan Hyung tidak takut akan kematian itu, seakan Hyung sudah terbiasa melakukan itu. Aku sampai bertanya-tanya..."

"Apakah Hyung benar-benar manusia?"

Semuanya terdiam.

Dokja menatap Gilyoung lekat, sedetik kemudian ia tertawa renyah hingga matanya menyipit. Tangannya terulur mengusap kepala Gilyoung.

"Menurutmu bagaimana?" Dokja tersenyum.

"Apa Hyung itu Dewa?"

"Kenapa kau berpikir begitu heh?"

Gilyoung menggigit bibir bawahnya sejenak.

"Aku tidak tahu apakah hanya aku yang merasakan ini atau tidak. Tapi.. setiap bersama Hyung, aku merasa aman. Bahkan jika dalam keadaan berbahaya sekalipun, jika ada Dokja Hyung disana, maka aku merasa tenang. Otak ku selalu otomatis berpikir, jika ada Dokja Hyung, maka semuanya akan baik-baik saja."

"Awalnya aku senang dengan itu. Tapi jika aku pikirkan kembali, bagaimana.. bagaimana jika Dokja Hyung tak ada lagi disana?"

"Aku takut, aku selalu takut jika Hyung selalu mengorbankan diri. Bagaimana jika Hyung tidak kembali? Aku harus bagaimana? Aku tidak punya siapa-siapa. Apa yang harus kulakukan?" Apa--" Gilyoung mengerjap saat Dokja tiba-tiba memeluknya. Hanya butuh beberapa detik untuk Gilyoung memecahkan tangisnya. Dokja melirik teman-temannya yang juga memasang raut rumit, ia kemudian tersenyum simpul.

"Hey..." Dokja berujar lembut.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi, Gilyoung. Jika kau berpikir bahwa aku selalu mengorbankan diri untuk kalian, maka itu salah. Aku melakukannya untuk diriku sendiri. Aku memiliki akhir yang ingin aku lihat sendiri. Dan itu membutuhkan kalian didalamnya."

"Kau tidak pernah sendirian, Gilyoung. Kau memiliki kami, bukan hanya memiliki aku. Aku mengerti rasa takutmu, kau hebat karena bisa mengatakannya dihadapan kami saat ini." Suara Dokja terlampau halus. Jihye yang biasanya melihat Dokja yang licik dan terlalu percaya diri kini melihat sisi lain dari pria itu. Matanya menatap Dokja tanpa kedip.

"Gilyoung, dunia tidak hanya berputar pada keinginanmu semata. Aku tidak bisa berjanji untuk selalu bersamamu."

"Hyung--"

"Oleh karena itu, kau harus tumbuh menjadi orang yang bisa mengandalkan dirimu sendiri. Jika aku tidak ada, maka kau harus melindungi dirimu sendiri. Jika aku tidak ada..." Dokja melepas pelukannya, lalu menangkup wajah Gilyoung, ibu jarinya menghapus jejak air mata dipipi anak itu.

"...lanjutkan lah hidupmu dan tetaplah hidup bahagia didunia ini."

Bukannya tenang, Gilyoung malah semakin terisak sembari menggeleng.

"Karena.. jika aku tidak ada, semua hal akan tetap berjalan seperti semestinya."

"Ke..kenapa Hyung berkata begitu?! Memangnya Hyung tidak mau melihat akhir skenario dari dunia ini?! Hyung bilang ingin menyelamatkan dunia, kan? Tapi kenapa Hyung berkata seperti itu?! Kenapa Hyung seakan tidak yakin bisa melihat dunia yang damai bersama kami?!"

Dokja diam sejenak, lalu mendengus geli. Bibirnya mengulas senyum guyon. Senyum menyebalkan andalannya. Ia kemudian mengusak kepala Gilyoung lalu berdiri. Dokja menunduk untuk menatap Gilyoung.

"Ada beberapa pertanyaan yang tak perlu dijawab, dan ada beberapa pertanyaan yang tak memiliki jawaban." Dokja membalikkan tubuhnya, ingin melangkah pergi dari sana.

"Kenapa Ahjussi menghindar?" Namun suara Yoosung membuatnya mengurungkan langkah. Dokja kembali menoleh untuk menatap Yoosung. Gadis kecil itu kini berdiri, matanya menatap Dokja lurus.

"Ahjussi selalu menghindar jika kami membahas tentang Ahjussi. Aku tahu Ahjussi itu hebat dan sangat kuat, tapi rasanya tidak adil jika hanya Ahjussi yang selalu berusaha menolong dan menyelamatkan kami. Biarkan kami melakukan hal yang sama untuk Ahjussi. Jangan terluka sendirian." Yoosung terisak pelan. Sangah langsung meraih bahu anak itu, memeluknya.

"Kau tidak perlu memikirkan hal semacam itu." Dokja tersenyum kecil. Ia kemudian beralih menatap teman-temannya. Tatapannya berhenti saat bertemu dengan manik kelam Joonghyuk. Pria itu menatapnya dengan pandangan yang sulit Dokja artikan.

"Sebenarnya aku tidak mau mengatakan ini." Dokja menarik napas dalam, ia memejamkan mata sejenak lalu menatap manik teman-temannya satu persatu.

"Apapun yang terjadi nanti, lakukan saja. Lakukan seperti semestinya. Jangan pernah ragu, karena jika kalian ragu.. maka semua perjuangan kita untuk sampai dititik ini akan sia-sia."

Dokja tersenyum.

Senyum yang sangat mereka benci.

"Jadi, mari selamatkan dunia ini bersama-sama."

🐟🦑

"Apakah kau tahu bahwa kau itu pembohong, Kim Dokja?"

Dokja tertawa.

"Aku benar-benar membencimu. Aku sangat membencimu. Kenapa harus aku?"

"Maaf."

"Ya, kau harus meminta maaf."

Dokja terbatuk pelan, dan darah langsung keluar dari mulutnya. Tubuhnya terasa semakin berat, rasa sakit dari luka yang ditembus oleh pedang Joonghyuk tak bisa ia gambarkan lagi. Jika saja Joonghyuk tak sedang memeluknya saat ini, mungkin ia sudah benar-benar jatuh terbaring ditanah. Kedua tangannya ia lingkarkan ditubuh Joonghyuk, ingin juga memeluk pria itu untuk terakhir kalinya.

"Kau bilang kau tidak mau dekat-dekat denganku." Dokja berujar lirih.

"Jika aku menarik kata-kataku, apa kau tidak akan pergi? Aku akan menariknya sekarang jika kau berkata 'ya'."

"Hmm? Sayangnya walau aku berkata 'ya', aku tidak bisa merubah apapun." Dokja memejamkan matanya sejenak. Joonghyuk tengah membenamkan wajah diceruk lehernya.

"Yoo Joonghyuk..." Suara Dokja semakin pelan dengan napas putus-putus.

"Terima kasih karena sudah mau mendengarkan permintaan konyolku." Dokja kembali batuk, kali ini darah yang keluar dari mulutnya semakin banyak.

"Dengan begini, semua orang bisa melewati skenario selanjutnya dengan aman tanpa perlu kesulitan lagi." Napas Dokja semakin lemah.

"Oleh karena itu..."

"Jangan menangis untuk orang sepertiku."

Dokja menarik napas panjang, berusaha mengais sisa oksigen yang bisa memasuki paru-parunya.

"Ini benar-benar cerita yang bagus, benar kan?"

"Mari bertemu lagi, Yoo Joonghyuk." Dokja menghembuskan napas terakhirnya.

Setelah itu, tubuh Dokja mulai bercahaya, berubah menjadi debu putih lalu akhirnya...

Menghilang.

"Kim Dokja..."

"TIDAK! KIM DOKJA!"

Dalam sekejap, Joonghyuk kini hanya memeluk udara kosong. Pedang yang ia gunakan menusuk Dokja terjatuh begitu saja ditanah. Joonghyuk termangu. Ia menatap kedua tangannya yang bersimbah darah. Itu darah Dokja.

Darah Dokja-nya.

Samar-samar, ia bisa mendengar suara tangisan para anggota party dibelakangnya. Hanya sebentar, karena dunia Joonghyuk sontak terasa membeku. Waktu terasa berhenti bergerak.

Kau kehilangannya.

Kau gagal menyelamatkannya.

Suara itu bergema dikepala Joonghyuk.

Apa yang harus kulakukan?

Apa aku harus regresi lagi?

Tapi.. bagaimana jika aku regresi, tidak ada Kim Dokja disana?

Atau.. bagaimana jika Kim Dokja bukan lagi seperti Kim Dokja yang kukenal?

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Yoo Joonghyuk merasa takut akan sesuatu.

Joonghyuk menunduk, ia lalu memukul dadanya dengan kuat saat rasa sesak itu perlahan mulai mencabiknya. Tubuh Joonghyuk terasa terbakar, ia merasa kesakitan. Namun ia tidak bisa menangis.

"Kim Dokja..." Bibirnya menggumamkan nama itu berkali-kali. Sayangnya, Dokja tak kunjung kembali.

Dokja-nya pergi.

Dan Joonghyuk akhirnya benar-benar kehilangan dunianya.

.

.

.

END.

Inspired by :

Aku liat gambarnya di pinterest, so I don't know who the owner is. Whoever drew this, thank you for creating such a great dialogue, i love u🫶🏻

See you. Don't forget to vote, Dokja fragments.

Continue Reading

You'll Also Like

131K 10.5K 49
Habis nikah langsung kabur ke Bali sama pacar? JANGAN YA DEK YA!! Salsabila Adhikara Rusli yang dijodohkan dengan Ronald Arulian Wijaya langsung berl...
178K 24.8K 61
Allura Christy Gadis remaja polos nan lugu yang kerap kali mendapat bullyan dari semua siswa siswi di sekolahnya. Bagaimana tidak, sekolahnya saja s...
12.8K 851 15
Hinata shoyo yg di khianati oleh semua teman² tenm volly nya hanya karena sebuah tuduhan tidak jelas... dan saat Hinata kembali ke rumah nya dengan p...
2.9K 439 10
Semua orang dibuat bingung saat mereka tiba-tiba berada di sebuah ruangan luas dengan puluhan kursi berjejer menghadap ke sebuah layar yang sangat le...