The Fixer
Pada pagi di bangunan sekolah di salah satu sudut kota Seoul, suara menderu dan aduan ribut setiap ruang kelas adalah hal wajib setiap harinya. Sebelum Guru memasuki setiap ruangan kelas, selalu saja ada hal yang dibahas oleh para siswa dengan segala tingkah jiwa muda mereka yang menggebu.
Suasana normal di kebanyakan kelas pada sekolah menengah itu adalah, pantang tenang dan tertib sebelum diamankan oleh amukan para Guru dan juga pemukul di tangan mereka. Termasuk kelas dimana seorang Kim Soo Hyun, sebagai salah satu siswa senior yang cukup dihormati dan dihargai penjuru sekolah.
Tidak, jangan pikir karena penuh prestasi dan juga perilaku baik. Tapi karena dia adalah pembuat onar di antara yang lain. Pemegang tahta politik sekolah, juga karena termasuk siswa-siswa top yang berjubah Student Counci (Indonesia : OSIS) sebagai alasan kekuasaan mereka.
Menjadikan ketua organisasi resmi terpilih sekolah saat ini sebagai kacung mereka. Karena siswa seperti Soo Hyun dan orang-orangnya, perlu dilayani penuh sebagai malaikat penolong sang ketua Student Counci dengan politik kotor, dan berhasil mengangkat sang ketua pada posisinya saat ini.
Di seluruh penjuru sekolahan, Soo Hyun dan beberapa orang yang lain sudah seperti yang mulia. Tak peduli sederajat atau tidak, mereka seolah punya otoritas untuk menindas dan melakukan perundungan kepada siswa manapun yang mereka mau. Dan itu tidak akan berani disalahkan oleh siswa manapun.
Semua terlalu takut, dan semua terlalu tidak siap untuk memberikan perlawanan untuk membela kebenaran. Sampai akhirnya di pagi itu, saat langit sedang cerah-cerahnya membawa langkah seorang Guru menuju ruang kelas yang dianggap neraka oleh kebanyakan Guru dan siswa yang lain.
Wanita paruh baya dengan stelan formal itu menenteng beberapa buku di lengan, serta retractable sebagai tongkat penunjuk papan tulis di tangan kirinya. Dan yang lebih penting dari semua itu adalah, seseorang yang berjalan di belakang, sedang mengikutinya untuk memasuki ruang kelas yang dituju.
Sang Guru mulai memasuki ruang kelas
"Selamat pagi kelas", sapanya keras untuk menarik perhatian penjuru kelas yang setiap siswanya beradu membuat suasana ruangan semakin ribut dan kekacauannya mengalahkan medan perang
"Selamat pagi!!!"
Wanita itu mulai memukul beberapa kali meja terdepan. Memaksa perhatian seluruh siswa kembali pada tujuan awal mereka sekolah. Yaitu menuntut ilmu, bukan membuat keributan. Hentakan-hentakan kerasnya di atas meja akhirnya membuahkan hasil setelah beberapa kali
"Selamat pagi, Seonsaengnim", beberapa orang yang mendengar menjawab, dan sebagian besar panik untuk kembali pada kursi masing-masing, atau sekedar memperbaiki posisi duduk setelah mendengar sahutan selamat pagi itu dengan pukulan keras di atas meja oleh sang Guru.
"Selamat pagi", ulang sang Guru untuk sepenuhnya mengumpulkan perhatian mereka, dan kini seluruh perhatian telah didapatkannya, juga oleh seorang berseragam yang sama seperti siswa di sana, dan sedang berdiri di sampingnya.
"Di sini, kalian memiliki teman baru. Dan mulai hari ini, dia akan belajar bersama kalian", tukas sang Guru menyebutkan siswa baru di sampingnya.
Seorang gadis dengan wajah datar, setengah ditekuk menatap ke arah mereka semua dan jelas telah menarik sepenuhnya perhatian kelas. Selain karena dia siswa baru, juga karena gadis itu berpenampilan menarik dan juga memiliki wajah cantik yang mulai menciptakan senyum-senyum nakal para siswa laki-laki di sana. Terutama si siswa sok berkuasa, Kim Soo Hyun di meja baris tiga, dua deret dari arah pintu masuk.
Pria itu sedang tercengang, melihat gadis yang beberapa hari lalu bertamu di rumahnya, memasuki kamarnya, sampai membuatnya kesal, dan bahkan diciumnya, lalu menolak berteman dengannya. Sekarang sedang berdiri di depan kelas, menjadi siswa baru di sana, berwajah sok cantik dan sok pendiam seperti biasa.
"You must be kidding!!" Soo Hyun berdecak, melemaskan ketegangan oleh sang Guru setelah melihat sosok di depan kelas, dan siswa baru itu sekilas memperhatikan seluruh pengisi ruangan.
Guru itu tersenyum singkat kepada sosok di sampingnya, "silahkan perkenalkan dirimu", ujarnya dan dijawab siswa baru itu dengan menunduk sekilas.
"Annyeonghaseyo, perkenalkan aku Kim Ji Won, siswa baru di sekolah dan di kelas ini. Semoga kita bisa berteman", ujarnya datar, berusaha untuk tersenyum namun sorot matanya berhenti pada sosok yang duduk di kursi ketiga. Yaitu Soo Hyun.
"Semoga kita bisa berteman?" Decak orang itu pelan sambil membalas tatapan Ji Won, "kau membuatku mual", lanjutnya saat melihat Ji Won berjalan ke arah kursi kosong tepat di sisi mejanya pada deret yang lain.
Gadis itu duduk tepat di samping kiri Soo Hyun di meja yang lain. Dipisahkan setengah meter oleh area kosong yang menjarakkan meja sebagai penengah.
Soo Hyun menoleh ke arah Ji Won saat siswa yang lain mulai sibuk mengeluarkan buku, "small world, right?" Bisiknya dengan seringaian melihat Ji Won menatap sekilas padanya.
"Kau dan aku sepertinya memang ditakdirkan untuk berteman", lanjut Soo Hyun masih dengan seruan kemenangan, bertujuan mengejek Ji Won bahwa saat ini gadis itu masuk ke daerah kekuasaannya.
Ji Won tidak menjawab, gadis itu mengabaikan sambil mengikuti siswa lain membuka halaman buku yang diinginkan sang Guru.
"Bertingkah sok menariklah seperti biasa, sampai nanti kau tahu siapa yang kau abaikan", ujar Soo Hyun sambil mengangkat bahu, sekalipun merasa jengkel diabaikan demikian, dia bisa menerima sikap Ji Won. Tidak masalah, sampai beberapa jam lagi gadis ini tahu siapa yang pantas mengabaikan dan siapa yang harus mengemis menjadi temannya.
Maka diputuskan Soo Hyun untuk berpura-pura ikut serta mendengar apa yang diajarkan sang Guru di depan, sekalipun dari wajahnya sudah sangat terlihat bahwa Soo Hyun tak mendengarkan, dan pasti tidak mengerti Matematika itu.
Pelajaran itu berlangsung, selesai di jam menuju istirahat. Kemudian kekuasaan dan kebesaran Soo Hyun mulai menempel pada bahunya. Orang-orangnya mulai berdiri, mengikuti Soo Hyun berjalan ke kursi sang siswa baru dan biasanya akan mendapatkan sambutan 'khusus' dari mereka.
Gerakan itu dipimpin Soo Hyun, 2 teman laki-lakinya, Oh Sehun dan Park Chanyeol. Juga dua teman perempuan yang lain, Shin Se Kyung dan Krystal Jung.
Mereka mengikuti jejaknya berdiri mengepung Ji Won. Sisa dari semua pengisi kelas, menjadi penonton setia seperti biasa. Lalu akan tertawa besar seperti biasa untuk mengejek siapapun sang pendatang baru.
Dengan gaya sok berkuasa, Soo Hyun memutar kursi untuk menghadap kepada Ji Won, duduk tepat di depan gadis yang lebih suka untuk tetap diam, dan terus membaca buku di atas mejanya daripada merasa sok tertindas dengan gaya berkuasa Soo Hyun dan teman-temannya yang kini mengepung.
"Kim Ji Won yang manis, sebelum diterima menjadi teman di dalam kelas ini, biasanya kita memiliki ritual wajib"
Se Kyung menyapa, mewakili Soo Hyun yang masih setia menatap selidik kepada Ji Won yang tak bergeming, atau sekedar mendongkak untuk melihat bahwa ada orang yang sedang mengajaknya bicara.
Ji Won mendongkak, melihat Soo Hyun di depannya, kemudian kepada 4 orang yang berdiri di sampingnya.
"Ritualnya adalah, kau diwajibkan mengerjakan setiap tugas kami sampai 1 bulan penuh"
Krystal melanjutkan, dan seketika membuat Ji Won menarik pandangan dari mereka semua, kemudian kembali pada buku bacaannya. Dia tidak ada waktu untuk meladeni pembicaraan mereka jika ternyata hanya omong kosong seperti ini.
"Kau mendengarku?" Krystal Jung mulai mengetuki meja bahkan buku yang dibaca Ji Won. Karena gadis itu cenderung dan terlihat sengaja mengabaikan mereka.
Namun Ji Won tetap melanjutkan bacaannya, "ya!! Kau tidak bisa melihat ada orang yang bicara padamu?" Decak Krystal mulai jengkel, menarik dagu Ji Won untuk bisa mendongkak dan menatap matanya.
"Dimana rasa hormatmu, apa disekolah lamamu kau tidak diajari bagaimana cara bicara yang sopan kepada orang lain?" Timpal Se Kyung membantu Krystal melampiaskan kekesalan.
Akhirnya Ji Won berkenan menatap dan melihat kembali seperti keinginan mereka. Dan biasanya mata itu akan selalu terlihat datar, bahkan jika seseorang sangat sengaja menakutinya. Hasilnya, orang-orang sering berpikir bahwa Ji Won menantang dan cenderung menyepelekan orang yang ada di hadapannya.
"Jika seseorang bicara padamu, kau harus menjawab. Tidak punya mulut?" Sehun menimpali dan berhasil membuat Ji Won menatap sekilas padanya.
"Are you done?" Tanya Ji Won pada akhirnya. Merespon keras yang jelas mengejutkan seluruh ruangan dengan keberaniannya bicara demikian dan juga melihat dengan cara demikian.
"Can I go now?" Lanjut Ji Won mulai berdiri dengan santai, mengabaikan setiap tatapan tak percaya dan juga kemarahan untuknya.
"Jangan melihatku seperti itu", Krystal semakin dirunduk kekesalan oleh tatapan Ji Won
"Kau memintaku melihatmu" jawab Ji Won lagi, dan segera mendapatkan toyoran di kepalanya oleh telunjuk Se Kyung, "kau menantang kami? Sialan", timpal wanita itu dengan kekesalan yang sama seperti Krystal.
"Aku melihat semua orang dengan cara seperti itu. Jadi, jangan anggap dirimu spesial"
Lagi, Ji Won menjawab santai bahkan setelah dua orang itu mengintimidasinya melalui kata dan juga tangan. Lalu Soo Hyun masih diam, menikmati drama dan pertunjukan itu, sebelum akhirnya dia yang akan turun tangan menghadapi mulut pintar Ji Won.
Ya, biasanya para dayang-dayangnya itu yang turun tangan, terutama Krystal Jung dan Shim Se Kyung sebagai perempuan, lalu Soo Hyun yang akan menonton, menikmati dan kemudian juga yang merasa puas. Karena penguasa tidak perlu turun tangan, saat itu sudah tak teratasi, barulah Soo Hyun ikut serta.
Mereka masih diam menonton, bahkan di saat Ji Won mengemasi bukunya di atas meja. Dan berencana membawa itu ke tempat lain, untuk dibacanya tanpa gangguan menyebalkan seperti ini.
Mereka juga masih tercengang, semua sempat kehabisan kata atas keberanian Ji Won menentang dan juga mengabaikan mereka. Orang pertama yang juga sebenarnya sedang mempermalukan mereka di depan seluruh kelas.
Sampai kemudian Krystal kehabisan kesabaran dan merasa bahwa Ji Won sedang menginjak-injak harga diri mereka sebagai siswa yang paling disegani di sana.
"Tidak ada yang memberimu izin untuk pergi", dengan kesal Krystal mengepak dua buku di tangan Ji Won hingga kembali terjatuh di atas meja.
Sekalipun terkejut Ji Won hanya menghela napas pelan, memungut kembali buku itu dari atas meja untuk dibawanya
"Ya sialan!! Kau dilarang pergi, kau tidak dengar?" Timpal Se Kyung yang kembali menjatuhkan buku Ji Won di atas meja.
Ji Won yang masih berusaha sabar mulai mendongkak, melihat serius kepada kedua orang itu.
"Kau tidak suka? Aku masih bisa melakukan ini", merasa tertantang dan perlu membuktikan siapa yang berkuasa di sana kepada Ji Won, Se Kyung mengepul satu genggaman lembaran kertas pada buku Ji Won, kemudian dengan menatap Ji Won, wanita itu menyeringai
Ji Won menggeleng, "jangan.....", memperingati pada tanda-tanda Se Kyung akan merobek buku itu.
"Sayang sekali, tapi buku sialanmu harus ku hancurkan. Dan mungkin wajahmu kemudian"
Krystal melanjutkan seringaian dan masih sempat melihat Ji Won menggeleng, "jangan..." ulang Ji Won kembali. Namun orang-orang yang merasa punya kuasa itu tidak peduli, dan kini keduanya mulai bersamaan merobek buku itu dengan tawa menang dan puas mereka. Lalu memamerkannya di depan wajah Ji Won.
Tawa mengejek itu diikuti oleh penjuru kelas. Namun tidak dengan Soo Hyun, juga mungkin beberapa siswa yang lain. Bukan karena baik, dan tak suka Ji Won dirundung demikian, tapi karena Soo Hyun mulai melihat bahwa Ji Won berbeda.
Ji Won benar, gadis ini diam bukan karena lemah. Tapi karena tidak suka bicara hal tidak penting seperti yang dikatakannya beberapa hari yang lalu.
"Kenapa? Kau ingin menangis?" Timpal Chanyeol, mulai ikut serta merundung Ji Won yang sedang berjuang menahan diri terus dan terus.
"Menangislah, akan kami jadikan sebagai hadiah untuk anak cucumu suatu saat", sambut Krystal sambil mengeluarkan ponsel untuk merekam Ji Won. Pengisi ruangan semakin berlomba mengolok Ji Won dengan tatapan dan juga tawa ejekan.
"Apa aku harus merobek bukumu yang lain, atau mungkin bajumu agar kau menangis?" Tukas Se Kyung sepuas-puasnya dengan kemenangan, tertawa melihat ekspresi Ji Won melalui ponsel Krystal yang sedang merekam perundungan mereka terhadap Ji Won.
"Buka!!" "Lepaskan" "Buka" "Lepaskan"
Seruan itu silih berganti oleh banyak siswa di sana untuk menyemangati yang empunya kuasa di kelas itu mempermalukan Ji Won dengan memaksanya membuka baju, dan mereka akan merekamnya.
"Baiklah, karena kami penguasa yang sangat menghargai suara rakyat kecil", ujar Se Kyung dengan seringaian kepada Ji Won yang kini tidak lagi hanya menatap datar, tapi mulai menajam. Wanita itu mengangkat tangan, untuk membuka baju Ji Won.
Dan Ji Won mulai muak, sebelum tangan jahat Se Kyung sampai pada kemejanya, seketika semua ruangan dikejutkan dengan gerak cepat dari tangan kanan Ji Won meraih buku yang tersisa di atas meja. Mengepaknya sangat keras pada tangan Krystal, kemudian menahan dada gadis itu dengan ujung buku itu.
"Jika aku mengatakan jangan, artinya kau tidak boleh melakukannya", ujar Ji Won dengan serius. Mencengangkan semua, termasuk Soo Hyun dengan aksi beraninya di antara puluhan siswa yang bisa saja mengeroyoknya secara bersamaan.
"Gadis sialan!! Kau pikir siapa dirimu", Se Kyung yang di tahan bahkan tangannya dipukul Ji Won dengan buku membesarkan mata marah. Amarahnya memuncak dan kali ini tidak akan bisa dibendungnya lagi.
"Pegangi dia", perintah Krystal di samping Se Kyung untuk mengarahkan siswa yang lain memegangi Ji Won untuk segera diberinya pembalasan sepuluh kali lipat dengan memukulinya.
Ji Won merasakan tangan kirinya dipegang keras, dan segera menggunakan buku di tangan kanannya mendorong Krystal keras hingga terpental dan menabrak meja siswa yang lain.
"Aku tidak suka mengulangi kata-kata", tukas Ji Won tajam, "kau tidak mau mendengarkan, baiklah", lanjutnya menarik kembali tangan kirinya dari Se Kyung hingga wanita itu juga terpental ke depannya. Dengan kuat Ji Won menarik leher Se Kyung, dan dibenturkannya di atas meja keras. Lalu menendang meja itu sampai mendorong Se Kyung menabrak Krystal yang masih meringis kesakitan.
Ji Won membuang napas, dia semakin kesal. Sadar ini tidak akan selesai begitu saja, Ji Won menarik ikat rambut dengan cara menggigit dari pergelangan tangannya. Mulai mengikat rambutnya, lalu menatap seluruh kelas menantang.
"Sekarang giliran siapa?" Tukasnya hingga menyelesaikan ikatan rambutnya, "atau kalian mau semua sekaligus?" Tanya Ji Won serius
"Tidak masalah", timpalnya sendiri sambil memanggil siapapun yang berkenan maju dengan jemarinya? Kemudian mereka akan baku hatam, Ji Won sedang bersemangat memberi mereka fasilitas untuk itu.
"Daebak!!" Sebagian justru merasa bahwa saat ini Ji Won sangat mengagumkan, menjadi pelopor yang berani melawan para diktator itu. Sekalipun tak sedikit yang semakin menumpuk kebencian atas kelancangan Ji Won.
Trigger itulah yang membuat para siswa laki-laki tadi, yang tak tahu malu berkenan aduk fisik dengan perempuan mulai maju. Berjalan ke arah Ji Won berpikir untuk memberikan Ji Won pelajaran, sampai kemudian Ji Won menarik tangannya, menyiku perut Sehun dan kemudian menendang yang lain dengan dengkul yang diangkatnya tinggi.
Ji Won menjatuhkan mereka dalam satu pukulan, yang kemudian berlipat-lipat keterkejutan terutama keterpesonaan beberapa pria sekaligus dalam satu waktu padanya.
Ya, tiba-tiba Ji Won yang sangat cantik juga menjadi begitu mempesona dan menarik sekaligus.
"Oh my God....."
Ejaan demi ejaan diutarakan Soo Hyun dalam hening dan rasa takjubnya. Setiap kali bertemu dengan Ji Won, ada saja kejutan yang membuatnya semakin menarik setiap waktunya.
Terutama saat ini, ketika gadis itu mengepal kedua tangan dengan tinjuan, menunggu giliran siapapun yang ingin adu hantam dengannya, lagi.
Well, gadis itu sungguh hebat dalam bela diri. Dengan paras cantik seperti itu, dan kata orang-orang juga cukup pintar, tidak ada yang menduga bahwa si pendiam Ji Won adalah pemegang sabuk beladiri.
Berarti benar kata orang, biasanya seseorang semakin berisi, maka akan semakin hening pula mulutnya dari basa basi.
Pada awalnya, selalu Soo Hyun yang berencana membuat Ji Won terkesan, seolah Soo Hyun adalah penguasa dengan segala pesonanya, dan pada akhirnya selalu Ji Won yang berhasil membuatnya terpesona dengan segala tindakan di luar batas pikiran Soo Hyun.
Bukannya menggebu-gebu seperti tujuan awalnya untuk merundung Ji Won, pada akhirnya Soo Hyun hanya berakhir menjadi penonton yang mengidolakan karakter Ji Won. Menjadi pengagum saat teman-temannya justru menjadi sasaran dari perundungan mereka sendiri di tangan Ji Won.
Sayang, keadaan semakin kacau dan tidak terkendali. Memaksa Soo Hyun kembali dari rasa kagumnya, untuk menyelamatkan para temannya sebelum Ji Won menuntaskan mereka hingga babak belur.
Akhirnya Soo Hyun berjalan ke tengah peraduan itu, mengisyaratkan 2 teman laki-lakinya mundur. Lalu kini Soo Hyun yang berdiri berhadapan dengan Ji Won. Dan bisa Soo Hyun lihat, bahwa Ji Won tak merasa bahwa kehadirannya itu membuat perbedaan.
"Kenapa? Kau juga ingin dihajar?" Tukas Ji Won dengan napas yang masih memburu keras, dia benci keadaan seperti ini. Dimana hari pertamanya harus berubah menjadi perkelahian dan orang-orang harus tumbang di tangannya.
Apa boleh buat, perundung seperti mereka memang harus diberi pelajaran. Dan harus ada seseorang yang berani speak up untuk memberi mereka peringatan. Atau semua orang akan terus silih berganti menjadi korban rundungan mereka.
Soo Hyun yang berdiri sebagai penengah memasang senyum menenangkan kepada Ji Won, memberi kode bahwa mereka harus bicara, karena berkelahi dengan pukulan jelas akan kalah dari sisi mereka.
"Kim Ji Won, kau selalu membuatku takjub dengan semua tindakanmu"
Dalam keadaan genting Soo Hyun masih membicarakan omong kosong, dan justru menggiring siswa di sana pada anggapan bahwa sepertinya Ji Won dan Soo Hyun sudah saling mengenal sebelumnya.
Melihat senyum sialan itu, Ji Won justru berdecak, "jangan bicara seperti itu, kau menjengkelkan. Dan aku tidak suka pria seperti itu", ujar Ji Won tegas. Benci lagak Soo Hyun ingin mendamaikan, sementara asal masalah bersumber dari pria sialan ini. Jika bukan dia pelopornya, teman-temannya juga tidak akan bertingkah menyebalkan hingga Ji Won merasa perlu menghajar mereka.
"Dia tidak menyukaiku", Soo Hyun terkekeh mengejek, disambut gelak tawa oleh kelas seolah bukan mereka yang dihajar Ji Won habis-habisan. Lalu satu tatapan mata dari Ji Won langsung mengheningkan tawa mereka semua sekaligus.
Itu kekalahan, namun Soo Hyun merasa sudah selangkah lebih maju dari yang lain. Karena itu Soo Hyun mendekati Ji Won, sangat yakin Ji Won tidak akan menghajarnya seperti yang lain.
Kemudian pria itu menurunkan tangan Ji Won yang masih dalam posisi pertahanan dan akan sigap memukul jika ancaman datang.
Dengan santai Soo Hyun menunduk, "kau akan menyukaiku, tidak ada yang tidak menyukaiku di sekolah ini", bisiknya yang segera disingkirkan Ji Won menjauh dengan mendorong dada Soo Hyun menggunakan buku yang menjadi salah satu sumber perkelahian tadi.
Melihat dadanya didorong Ji Won menjauh, Soo Hyun kembali terkekeh, "santai, aku tidak akan menciummu lagi. Aku tak ingin kau memukulku seperti ancamanmu"
Soo Hyun menyeringai dengan tatapan mata Ji Won yang sempat menajam.
"Kecuali jika kau yang menginginkannya. Dengan senang hati aku akan memfasilitasi keinginanmu", lanjutnya menambah eskpresi terkejut Ji Won atas mulut besar Soo Hyun, yang siapapun bisa menyimpulkan kata 'lagi' pada kalimatnya menghantarkan semua kelas pada kesimpulan, bahwa Ji Won dan Soo Hyun sudah pernah berciuman sebelumnya.
Sekarang berlipat ganda kejutannya. Dari heran mengetahui ternyata Soo Hyun dan Ji Won sudah saling mengenal sebelumnya. Sampai tercengang mendengar bahwa keduanya jauh lebih dekat dari sekedar saling mengenal. Karena ternyata mereka sudah pernah berbagi ciuman?
Tapi tunggu dulu, mereka sedang berpikir, Ji Won kekasih Soo Hyun? Jika benar, setahu mereka Soo Hyun selalu menggoda gadis manapun, bahkan yang tidak menarik baginya. Atau apakah mantan kekasih?
Kembali kepada Soo Hyun yang merasa menang banyak, setelah melihat reaksi Ji Won. Gadis-gadislah yang menggandai kebencian atas Ji Won pada fakta itu. Merasa jengkel dengan kekalahan mereka kepada Ji Won.
Terutama, Se Kyung pastinya.
Mendengar penuturan itu, dari meringis mendadak membuat kening juga sudut bibirnya tidak terasa sakit. Hatinya yang sakit, dan jiwanya yang jengkel. Segera gadis itu menyingkir, meninggalkan tatapan dengki dan juga kebencian kepada Ji Won. Tidak hanya karena kejadian ini, tapi juga karena cerita Soo Hyun.
Ji Won, benci membahas hal-hal seperti itu, juga tak ingin membuat Soo Hyun merasa bahwa dia tertarik membahas yang bahkan sempat dilupakanya itu, Ji Won tetap melanjutkan pukulannya bahkan jika itu Kim Soo Hyun.
Menendang mata kaki Soo Hyun, sebagai peringatan dan juga akibat dari perundungan pria itu terhadapnya.
"Aku tidak peduli tentang ciumanmu atau cerita ketika kau menciumku", tukasnya kemudian menarik kerah baju Soo Hyun saat pria itu masih terkejut bahkan meringis sakit pada kakinya.
"Yang aku pedulikan adalah, berhenti memperlakukan aku atau siapapun dengan cara itu"
Ji Won menatap tajam Soo Hyun, yang sudah bisa diduga Ji Won adalah yang terhormat dari semua yang dihormati di sana, "apa kau suka jika aku atau siapapun merundungmu seperti yang kau lakukan padaku, dan kepada yang lain?" Lanjut Ji Won.
Sikap tidak peduli Ji Won pada awalnya pada gangguan menyebalkan seperti itu telah sirna. Membayangkan selama ini, dan mungkin seterusnya orang-orang sialan yang sok berkuasa ini akan terus melakukan hal yang sama kepada orang lain, itu mengikis dan menyirnakan jiwa tidak peduli Ji Won.
Merasa punya alasan untuk bersuara dan membuat siswa yang lain tidak merasakan apa yang dirasakannya.
Ji Won mengeraskan tarikan pada kerah kemeja Soo Hyun, "hanya karena kau punya nama, kekuasaan, dan kekuatan. Apa kau merasa pantas dan berhak menindas dan merundung orang yang kau anggap di bawahmu?"
Ji Won berdecak, "kau harus ingat golden rule tentang, perlakukan orang lain, sebagaimana kau ingin diperlakukan", lanjut Ji Won masih dengan tatapan tajam memperingati itu tepat di wajah Soo Hyun.
"Be nice, dan jika kau melakukan ini lagi, akan ku robek tubuhmu dimulai dari mulut sialanmu"
Dengan mata yang memerah padam, Ji Won memperingati Soo Hyun keras. Yang berarti untuk seluruh kelas juga.
Soo Hyun yang tak berusaha melepaskan cengkraman tangan Ji Won pada kemejanya, dan menutup mulut tajamnya sementara waktu rupanya meredam sedikit kekesalan Ji Won.
Sikap baik, berdampak baik yang akhirnya membuat Ji Won melepaskan tangan dari kemeja Soo Hyun.
"Aku tidak suka keributan, tapi jika kalian suka dan harus menyelesaikan ini dengan cara itu, kalian semua akan ku fasilitasi"
Kali ini Ji Won buka suara kepada seluruh pengisi ruangan kelas, temasuk siswa yang meringis kesakitan oleh pukulan mautnya.
"Aku tidak suka keributan bukan berarti tidak suka memukuli seseorang. Aku suka, sangat suka", ujarnya dengan serius yang berhasil memgintimidasi seluruh kelas, "kalian bisa analogikan bahwa aku memasak, bukan karena suka memasak. Tapi karena aku suka pisaunya" lanjutnya yang berhasil membuat mereka bergidik. Dengan kemampuan bela diri itu, jika ditambah dengan kepribadian yang sadis atau mungkin Ji Won seorang psykopat, tamat sudah mereka semua.
"Jadi, tolong jangan paksa aku memasak. Karena aku tak suka memasak", ujar Ji Won sebagai penutup. Menarik kembali mejanya, duduk dan dengan santainya membuka buku tadi untuk kembali dibacanya. Mencengangkan mereka semua serentak dan terus menerus. Merasa kalah, karena keroyokan mereka justru gagal. Dimenangkan satu orang saat melawan puluhan lain.
Ji Won yang pendiam, namun sekali bicara, mulut serta tangannya bisa setajam pisau.
Sambil berusaha kembali masuk pada bacaannya, ekor mata Ji Won melihat para siswa berbondong kembali pada meja masing-masing. Menyadari jam istirahat telah usai, dan sedang disusul sang Guru lain untuk masuk.
Sementara Soo Hyun, tak hentinya pria itu mencuri pandang ke arah kanannya. Melihat Ji Won sekali, dua kali, tiga kali, dan terus menerus.
Setelah sebelumnya gadis itu menjengkelkan, sekarang Ji Won sudah sepenuhnya menarik. Dari mata Soo Hyun karena dia cantik, juga perhatian Soo Hyun, karena kepribadian Ji Won yang luar biasa berani.
Setelah di tendang Ji Won keras, dan dipermalukan di depan semua kelas, nampaknya alasan itu sudah tidak cukup untuk membuat Soo Hyun dendam seperti yang dirasakan para siswa terutama gadis di kelas itu.
Bukan juga Soo Hyun tidak bisa melawan saat Ji Won menendang dan juga menarik kerahnya. Tapi karena perasaan kecil itu, Soo Hyun diam. Bertahan pada kekalahan, atau ini tidak akan menjadi hebat saat mereka berdua mulai beradu fisik secara serius.
Sesekali Soo Hyun tersenyum, menonton Ji Won dengan serius dan dengan berani bermain mata ketika mata mereka tidak sengaja bertemu. Seolah kekejaman dan sok berkuasanya telah tunduk di bawah kaki dan pesona seorang Ji Won yang bahkan tidak sudi untuk sekedar melihatnya.
Bersambung