Gue kembali, hanya gue yang berhak memilih, siapa orang yang akan bersanding, menjadi istri lo nanti.
-Gadis misterius🥀
•
•
•
SUNDAY
08:10
Aurel
Good mornig baby!
Aurel
Ke Mall. Yuk! temenin aku belanja hehe...
Dibaca
Bby❤
oke, gak lama
Aurel
Tunggu, aku siap-siap😖
"Menggelikan" hanya itu, yang ada di benak Deka sekarang. Daripada suntuk di rumah, lebih baik menemani gadis ini yang selalu saja membuatnya repot.
Aurel cukup menguntungkan, karena gadis ini, dia bisa keluar sepuasnya. Tanpa harus diintrogasi oleh kedua orang tuanya.
Kira menatapnya, "Kamu mau kemana sayang?"
"Nemenin Aurel, ma," jawabnya.
"Oh... titip ini buat Aurel ya?" pintah Kira memberi bingkisan. Deka tersenyum tipis dan menerima titipan maminya.
DIPERJALANAN...
Deka melajukan Black dengan kecepatan rata-rata, ia menikmati perjalanan dengan hembusan angin yang mengenai rambutnya. Tak lama kemudian, keributan terdengar di depan sana, hingga mengalihkan perhatiannya dan langsung memberhentikan si Black di pinggir jalan.
"Tanggung jawab dong Pak! Kucingnya jadi terluka karna bapak!" omel gadis itu.
"Iya neng! Maaf! Bapak gak sengaja!"
"Bapak harus bawa kucing ini ke rumah sakit! Emangnya... bapak gak takut kena azab?" ancamnya menakut-nakuti.
"Neng!? Kok malah sumpahin saya sih..." ucapnya ketakutan mendengar kata azab.
"Makanya! Bapak cepet dong tanggung jawab! Ingat pak, karma itu ada!"
"Iya neng. Iya!"
"Awas ya pak! Kalau sampe kucingnya gak dibawa di rumah sakit!"
"Iya neng. Iya! Seuzon mulu sama saya."
"Gimana gak seuzon, awalnya aja bapak mau kabur!"
Bibir tebalnya mulai tersenyum segaris, walau tidak ada yang melihat itu. Kirana membalikkan badan, ia sangat terkejut melihat orang yang sangat ia hindari akhir-akhir ini. Mata sayu dan mata elang itu terkunci, Deka menatapnya dengan raut wajah yang lebih tenang, bukan lagi raut wajah yang menyeramkan seperti di sekolah.
****
"Di chat gak dibales! Ditelfon juga gak aktiv! Kamu kemana sih!" kesal Aurel terus menunggu kedatangan pemuda itu.
BRUM BRUM BRUM
Perhatian Aurel yang semulanya fokus dengan ponsel, dengan cepat gadis ini melesatkan matanya menatap pemuda itu. Raut wajahnya seketika berubah. Aurel langsung berlari menghampiri Deka dengan manja.
"Sayang... kamu kok lama banget!? Aku nungguin satu jam loh!"
"Nih! Dari mama," ketusnya.
"Tas ini bagus banget! Titip makasih, buat mami, ya!?"
Deka mendesak gadis itu untuk cepat naik ke motor. "Hm. Cepetan! Gue gak suka basa-basi!"
"Sabar! Kamu jangan kasar-kasar gitu dong sama aku!"
Aurel melingkarkan kedua tangannya diperut Deka. Motor itu langsung melaju dengan kecepatan tinggi. Jujur, Deka sangat risih dengan tangan Aurel yang terus memeluknya. Namun apa daya, tangan gadis ini seperti magnet yang tidak mau lepas dari besi.
Gedung Mall yang tinggi itu sudah terlihat di indra penglihatan mereka, senyum Aurel semakin mengembang, tatkala ia tak sabar memasuki Mall faforitnya. Deka menepikan motornya di parkiran.
"Sayang... bukain helm," manja Aurel.
Deka berdecih. "Buka sendiri, gak usah manja!"
Aurel melepaskan helmnya dengan terburu-buru. "Sayang! Kok aku ditinggalin?!"
Gadis ini berlari terbirit-birit menyusul Deka. Tanpa ada rasa malu, menyandarkan kepala dibahunya. Deka sangat risih dengan kelakuan gadis ini. Deka benci akan keramaian, dia juga tidak suka jika begini di tempat yang ramai.
Mereka berdua menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang di Mall. "Lepas! Ini tempat umum!"
"Ih kenapa! Biarin aja mereka liat kita, biar mereka tau! Kalau kamu punya aku!"
Gadis ini terus berbicara banyak kata membuat Deka semakin jenkel. Deka hanya diam sambil mendengarkan cerita gadis cerewet ini. "Sayang... baju ini bagus gak buat aku?"
"Hm..."
"Kok hanya deheman sih!?" kesal Aurel merampas ponselnya.
"Balikin ponsel gue!" desaknya.
"Bakal aku balikin. Tapi... kamu harus bilang, bagus kok sayang!"
"Ponsel gue!" pekiknya mau merampas benda itu. Namun, Aurel menggeleng keras dan tetap menyembunyikan benda pipih itu di belakangnya.
"Gak mau! Kecuali kamu bilang... bagus sayang!" teriak Aurel.
Deka sangat malas mengatakan kata sayang kepada perempuan, apalagi kepada gadis yang sama sekali tidak bisa dia cintai dari dulu sampai sekarang. Entah karena sebab apa mereka bisa berpacaran.
"Bagus sayang," ucapnya dengan wajah datar.
Cup
Aurel langsung mencium pipinya. Deka reflek melototkan mata, urat malu gadis ini benar-benar sudah putus karena kegilaannya. Pipi Deka seketika menjadi merah.
"Balikin ponsel gue!" desaknya lagi, membuat Aurel mengembalikan benda itu ke pemiliknya.
Deka memutar bola mata malas, Aurel terkekeh geli melihat wajah tidak mood dari kekasih kesayangannya itu.
Matanya beralih menatap barang yang elegan itu, gadis ini langsung meminta untuk di belikan." Sayang... beliin tas,"
"Uang lo. Gue gak bawa," bohongnya.
"Pelit banget..." gumamnya.
Deka tidak peduli, dia terus saja sibuk menatap ponselnya. Gadis ini terus berusaha mencari seribu perhatian, walau dirinya tidak pernah dipedulikan. Mau sesakit apapun respon dari Deka, cinta gadis ini tidak akan berkurang, malah semakin hari semakin bertambah.
"Aku mau pipis... temenin aku, yuk!" manjanya sambil cengar-cengir.
"Pergi aja sendiri!"
"Hm. Yaudah deh... aku ke toilet dulu," seru Aurel. "Tetep disitu! Jangan kemana-mana!"
"Menyebalkan!" batin Deka amat kesal.
"Deka," gumam seseorang yang melihatnya dari jauh.
Orang itu berlari terbirit-birit dan langsung melompat memeluknya dengan erat. Deka amat syok dengan perlakuan gadis asing yang tiba-tiba saja memeluknya. Entah apa yang membuat Deka, membalas pelukannya.
"Aroma Vanila..." batin Deka menghirup aroma tubuhnya.
"Eka?"
"Lupa adek sendiri?" gumam gadis itu melepas pelukannya.
~I KADEK AYU EKA SANJAYA~
Sekian lamanya dia kembali lagi, si gadis periang yang hobi sekali mengajak orang bertengkar.
Deka mengumpat. "Si bocil!"
Deka langsung memeluk gadis ini dengan erat sekali. Gadis ini merasa sesak dengan pelukan agresif dari abang kesayangannya ini. "Gue udah gedek! Bukan lagi bocil ingusan!"
"Sekali bocil, tetep bocil!" ledek Deka memunculkan senyum manisnya. Dia jarang tersenyum, hanya untuk orang tertentu saja yang bisa melihat senyuman manis dari pemuda introvert ini.
"Terserah!"
"Kenapa gak ngabarin kalau mau balik ke indonesia?"
"Biar suprise!"
"Di Mall? Kenapa gak balik dulu ke rumah?" ucap Deka menatap intens sebagai abang yang posesif.
Eka langsung mengsinis. "Mau beli sesuatu lah! Buat papi sama mami, masa gue pulang gak bawa oleh-oleh!?"
"Sekarang lo pulang, anak kecil gak boleh pulang terlalu malem," usir Deka, membuat gadis itu menolak keras.
"Gak! Gue baru nyampe, masa di suruh pulang. Abang juga? Ngapain di Mall? Hayo... pasti jalan sama pacarnya ya!?"
"Sama---"
"Sayang! Ayok ke---" kata-kata Aurel terhenti tatkala ia melihat gadis asing yang tengah berbicara dengan Deka.
Aurel menatap sinis dengan gadis ini. "Sayang? Siapa dia!?"
Aurel langsung memeluk lengan Deka dengan agresif. Deka nampak risih dan berusaha melepaskan tangan gadis itu dari lengannya. Namun, gadis ini tetap tidak mau melepaskan.
Eka tersenyum sinis menelisik Aurel dari atas sampai bawah. "Cantik sih... tapi make up nya? terlalu menor!"
"Oh. Jadi ini pacarnya?" tanya Eka sambil cengengesan.
"Lo siapa? Berani banget lo berduaan sama cowok gue. Dasar cewek gak tau malu!" hinanya.
"Jadi... Deka gak pernah cerita sama lo?"
Eka terkekeh sinis, membuat Aurel langsung ngegas. "Maksud lo!?"
Eka tersenyum miring. "Lo... beneran pacarnya Deka? Atau lo... cuma simpanannya Deka?"
"Lo siapanya Deka!? Berani banget lo ngatain gue sebagai simpanannya! Gue pacarnya! Kenapa!"
"Oh... pacarnya ya? Kalau gue sih... lebih dari siapa-siapanya!"
Aurel semakin tidak suka dengan gadis yang lebih muda ini. "Lo pergi aja dari sini! Gue gak doyan ngeliat cewek benalu kayak lo!"
Eka tertawa terbahak-bahak. "I'ts okey! Gue pergi sekarang. Santay aja neng."
"Sayang? Dia siapa? Hah!?" tanya Aurel yang tanduknya sudah berdiri.
Deka tidak merespon pertanyaannya. Pemuda ini hanya fokus melihat adiknya dari jauh. Eka langsung berteriak, membuat tatapan Aurel langsung fokus dengan gadis itu.
"Bang! Pulangnya jangan kemaleman! Jaman sekarang, banyak kuntilanak yang nyamar jadi manusia!"
Mendengar hal itu, membuat Aurel semakin geram dan ingin rasanya dia menampar bibir gadis itu. Tunggu sebentar, gadis menyebalkan itu memanggil Deka abang?
"Sayang? Itu adik kamu? Eka kan!?" seru Aurel amat syok.
Deka hanya berdehem dan melepaskan tangan Aurel yang mulai melemas.
"Aduh! Goblok lo Rell!" umpatnya meruntuki diri sendiri. "Sayang! Tungguin!"
●●●
BERSAMBUNG...
Jangan lupa di vote ya☆ makasih yang udah Vote❤
Next>>>