Can I HOOP your Love? (GxG) (...

By TittanPramesta

37.9K 2.3K 143

"Aku hanya berpikir jika kau tak memiliki perasaan padaku tanpa pernah melihat semua tanda cinta yang kau tun... More

CIHYL | 1.0
CIHYL | 2.0
CIHYL | 3.0
CIHYL | 4.0
CIHYL | 5.0
CIHYL | 6.0
CIHYL | 7.0
CIHYL | 8.0
CIHYL | 9.0
CIHYL | 10.0
CIHYL | 11.0
CIHYL | 12.0
CIHYL | 13.0
CIHYL | 14.0
CIHYL | 15.0
CIHYL | 16.0
CIHYL | 17.0
CIHYL | 18.0
CIHYL | 19.0
CIHYL | 20.0
CIHYL | 21.0
CIHYL | 22.0
CIHYL | 23.0
CIHYL | 25.0
CIHYL | 26.0
CIHYL | 27.0
CIHYL | 28.0
CIHYL | 29.0
CIHYL | Epilog
CIHYL | Epilog - Final Chapt

CIHYL | 24.0

835 55 0
By TittanPramesta

PRITTTT..

Pertandingan telah di mulai beberapa saat lalu, Belva terduduk di banch bersama team cadangan. Rey memutuskan untuk menggantikan posisinya sementara oleh Joya. 

Tak hanya Belva, di sebelahnya ada seorang gadis yang kini menunjukkan wajah kesal karena Rey juga menggantikan posisinya oleh Zara. Gadis itu Rana, yang sedari tadi bungkam dengan wajah datar menyeramkan, bahkan Rey pun tak berani menatapnya saat ini.

Rey terpaksa menggantikkan Rana karena tak ingin gadis itu membuat masalah di tengah pertandingan, ia tahu pasti Rana tengah dalam puncak amarahnya dan tak ingin emosi Rana
malah menjadi sebuah sesal nantinya.
Biarlah Rana mendiamkannya 10 menit ke depan.

"FOUL WOY!" 

Rana bangkit dari tempat duduknya dan berteriak kencang pada wasit saat Kei kini menjadi sasaran kekerasan lawan. Belva mengusap tangan Rana dan membawanya kembali duduk.

"Tenang kak, santai.. Wasit yang ini adil kok.." 

Gadis itu tak mengindahkan ucapan Belva, ia menatap kesal pada team lawan. Mengapa mereka selalu saja mendapatkan lawan yang bermain kasar?

Apa mungkin team mereka adalah team yang tangguh dan sulit untuk di kalahkan dengan cara yang sportif?.

Rana tak mengetahui alasannya, yang jelas kini ia takkan tinggal diam melihat teman-temannya di perlakukan seperti itu.

"Kak Eve.."  Lirih Belva yang melihat Eve nampak merintig kesakitan. 

Rana memejamkan kedua matanya, tak tahan lagi melihat team nya di perlakukan seperti itu. Ia membuka mata dan menatap papan skor, waktu yang tersisa tinggal 1 menit 09 detik dan kini skor mereka dan team lawan hanya terpaut 5 point. 
Gadis itu bangkit dan berjalan ke arah Rey,

"Masukin gue di quart 3. Ganti mereka!" Rey menoleh dan memejamkan matanya sesaat.

"Lo yakin? Gue takut lo-.."

"Lo cuma harus percaya sama gue kak, gue akan bales mereka tapi bukan dengan cara mereka!"  Rey menatap lekat kedua mata Rana, gadis itu terlihat meyakinkan baginya. 

"Hah.. Oke.." 

Rana kembali ke tempatnya semula, ia menatap banch lawan dan kembali menatap ke arah lapangan. 

Belva menatapnya dalam dia, itulah kebiasaan Rana, sebuah kebiasaan yang tak banyak orang bisa melakukannya. Sebuah kebiasaan yang bisa mengubah segalanya. 

"Gue percaya sama lo, Kak.." Ujarnya seraya menepuk pundak Rana. Rana tak paham dan hanya menatap Belva dengan kerutan di keningnya.

PRITTTT..

"Hahh.. Hah.. "

"Shhh.. sakit hah.." 

Rana bangkit dan berjalan cepat ke arah Eve, ia berjongkok dan meneliti tubuh si gadis. Eve hanya diam, tubuhnya tak bisa bereaksi lebih daripada kesakitannya. 

Gadis itu merintih kala Rana menekan pinggangnya sedikit keras.

"Akhhh aww.." 

"Sakit banget?" Rana menatapnya cemas, Eve mengangguk.

Ia menatap sekitar, gadis-gadis lainnya tengah dalam perawatan paramedis. Gadis itu kembali menatap Eve kemudian mengangkat tubuhnya tanpa aba-aba.

"R-Ra.." 

"Diem!"

Rey mengalihkan pandangan pada Rana yang menggendong Eve menuju banch mereka. Ia kembali membalikkan tubuh ke arah para gadis kemudian menyentuh lengan Kei.

"Rana cuma mau obatin Eve.." 

"I-iya kak.."  Kei mengangguk dan kembali memperhatikan lengannya yang kini tengah dalam pemeriksaan.

Di dalam banch, perlahan Rana mendudukkan tubuh Eve di atas tumpukan matras. Ia sengaja membawa Eve kesana agar rasa sakit di pinggang Eve sedikit berkurang akibat tekanan pada lantai yang keras.

Eve masih menatap Rana yang kini mengeluarkan spray pereda nyeri dari ranselnya. Tatapannya bergantian pada botol di tangannya dan pinggang Eve.

"L-lo pake sendiri deh.."  Entah mengapa Rana terlihat gugup kali ini, Eve menaikkan sebelah alisnya.

"Kok gitu? lo harusnya bantu gue kan?"  Bola mata Rana bergulir resah, mencoba mencari jawaban yang tepat.

Eve seakan sadar, ia mengulum senyumnya kemudian mengangkat kaos team yang ia pakai dan sedikit menurunkan celananya.

"Cepet Ra, ini sakit banget!"  Rana tersentak, ia menatap bagian tersebut dengan kedua mata yang melebar. 

"Rana.." 

"Eh, I-iya bentar.." 

Gadis itu membuka penutup spray, tangannya mendadak gemetar. Ia mengarahkan spray pada bagian pinggang Eve, ah bagian paling putih, mulus dan menggoda maksudnya haha.

Rana menarik nafas panjang berusaha menetralkan kegugupannya, kemudian menyemprotkan sprat tersebut beberapa saat dengan jarak yang juga terukur.

Eve tersenyum lebar seraya menggelengkan kepala atas tingkah lucu dan wajah merona si gadis jangkung. Eve kembali menutup tubuhnya dan menatap Rana.

"Thanks Ra.."

"S-sama-sama, Eve.." 

"Lo disini dulu aja, biar pinggang lo gak sakit nahan beban tubuh." 

"Tapi gue pengen nonton lo" 

"Ck! Dari sini juga bisa!" 

"Gak jelas Ra~.." Rana membuang pandangan, menyembunyikan senyuman gemas karena Eve merengek manja padanya. Ia kembali menatap Eve dengan wajah datar.

"Gosah manja, pacar lo nanti cemburu sama gue!"  Eve seketika terdiam. Rana dengan cepat bangkit dan berjalan menjauhi Eve.






Babak ketiga telah berjalan 5 menit yang lalu, skor pun kini kembali terpaut jauh. Rana berhasil membimbing Biru, Fani, Syifa dan Joya untuk mengikuti permainannya. Membalas perlakuan team lawan dengan cara yang cukup cerdas, meski tak semulus dan semudah dugaannya namun mereka masih bisa meminimalisir cedera yang akan mereka terima.

"ONE'S UP!" 

Keempat gadis tersebut seketika mengangkat tangan mereka bersamaan dan berlari ke arah Rana yang otomatis membuat lawan mengikuti gerakan mereka. Rana tersenyum miring, ia berlari cepat seraya men-drible bola ke arah kiri lapangan kemudian dengan mudah melompat dan menembakkan bola langsung pada ring.

Pritt

"Edden, 3 point!"

Rana berlari mundur dengan senyuman puasnya melihat wajah-wajah kaget dari team lawan yang mungkin tak menyangka dengan taktik mereka.

"Eight shuffle!"  Ujar Rana pelan namun dengan mudah di mengerti oleh ketiga gadis di belakangnya. 

Rana mengambil ancang-ancang untuk melompat namun seperti dugaannya, gadis yang melompat bersamanya justru melipat kaki kanannya dan mendorong tubuh Rana.

Bugh!

Pritttt!

"Angkasa, 2 point!"

Rana menggelengkan kepala menghilangkan pening dan tak menyangka bahwa wasit tak menganggap kejadiaan barusan sebagai pelanggaran.
Ia bangkit dan terduduk, menatap posisi teman-temannya. 

"Baik saja?"  Tanya wasit menghampiri Rana, gadis itu mengangguk dan dengan cepat bangkit. 

Rana mengambil bola play-off, melemparkannya pada Joya yang berada di sisi kiri lapangan. Gadis itu berlari kearah tengah lapangan saat Joya mengoper bola pada Syifa yang berada di kanan lapangan.

3 orang gadis dari team lawan kini mengejar mereka, berusaha mengambil alih bola dari tangan Rana, Joya dan Syifa. Ketiga gadis itu tengah mempermainkan mereka, mencoba membuyarkan fokus mereka. 

Joya melihat Biru yang berdiri bebas di dekat ring, ia menoleh pada Syifa kemudian melemparkan bola pada Biru, mengecoh lawan dan berhasil kembali mencetak point dengan mudah.

"Sialan!" 

Rana membalikkan tubuh pada gadis di belakangnya, ia menatapnya dengan senyuman tipis kemudian berjalan mundur menjauhinya namun tatapannya masih beradu dengan gadis tersebut.

Prittt..

Prittt..

PRITTTT..

Rana berjalan lemas keluar dari lapangan, tangan kanannya ia taruh di atas pinggang, mengurangi gesekan pada tubuhnya yang cedera. Langkahnya terhenti saat merasa ada seseorang memperhatikannya. 

Ia menoleh dan terdiam datar mendapati gadis bernama Vanya dan si nomor punggung 12 tengah menatapnya tajam. Rana menggedikkan bahu acuh dan kembali meneruskan langkah menuju teman-temannya.















Continue Reading

You'll Also Like

L By Q (Kyu)

Teen Fiction

124K 27.2K 31
L Satu huruf? Yakin? L Sebuah huruf yang mengandung banyak makna Warning! This is GxG or Yuri genre Just skip if you are homophobic Best Regards Cani...
41.4K 2.2K 22
Berawal dari game yang dimainkan gadis dengan nama lengkap Zianacita Leonard, bersama rekan kerja sekaligus sahabatnya. Jaya Davidson, di salah satu...
17.9K 1.1K 25
[] Squel Sweet Ketos Vs Badgirl Troublemaker 💕 Title. : Last Mission Genre : Thriller Misteri, Action, Romance Tags : Lesbian, criminal case...