Sabiyu melangkahkan kakinya di koridor kampus yang cukup ramai ini, sebenarnya ia tidak mau meninggalkan Azkana sendirian namun nilainya lebih penting saat ini. Jayandra juga sama ia memiliki jadwal dari pagi sampai sore hari.
"Sabiyu!"
Sabiyu menghentikan langkahnya, lalu menoleh dan mendapati Maheesa yang tengah berjalan ke arahnya
"Lo liat si bocim ga? Gue cari cari daritadi ga ada itu anak, gue jemput ke rumahnya juga ga ada, ke Florist bundanya juga ga ada"
"Azka sakit kak, nih surat cuti dari dokternya buat seminggu ke depan"
"Sakit apa? Perasaan kemaren gue anterin dia masih baik baik aja"
"Panjang deh ceritanya, nanti aja lo jenguk Azka di rumah sakit Harapan Indah, gue takut salah kalau nyeritain tanpa seizin dia"
Maheesa termenung sesaat lalu mengangguki perkataan dari Sabiyu lantas keduanya pun kembali berpisah, melanjutkan langkahnya menuju kelas masing masing.
𐙚⋆˙˚◞♡
Azkana kini tengah memejamkan matanya, tidurnya tidak tenang dari semalam karena bisingnya orang orang yang ada di sampingnya. Azkana tidak sendirian di ruang rawat ini tetapi bersama dua orang lainnya, uangnya tidak cukup untuk sekedar menyewa kelas satu ataupun VIP di rumah sakit ini.
"Tuan Azkana?"
"Iya"
Azkana kembali membuka matanya lalu tersenyum menatap seorang perawat yang kini menghampirinya.
"Keluarganya dimana?"
"Keluarga saya sibuk semua sus jadi cuma sendiri"
"Ini ada resep yang harus di tebus oleh keluarga pasien karena obatnya harus di beli, gimana?"
"Oh gapapa sus biar saya aja yang tebus sendiri"
"Maaf ya kak, sop dari rumah sakitnya sudah seperti ini saya gabisa bantu banyak"
"Gapapa sus, terima kasih ya"
Azkana turun dari ranjangnya seraya mengambil cairan infus yang menggantung, Azkana menggantungkan cairan infus itu pada gantungan yang tersedia di kursi rodanya lalu Azkana duduk di atas kursi roda itu, berusaha menggerakkannya sendirian menuju farmasi untuk menebus obatnya. Sebenarnya Azkana sedikit malu karena keadaan wajahnya yang memar, matanya juga bengkak saat ini belum lagi sebelah pipinya yang masih merah.
Sementara dari arah lain Risa tengah berjalan bersama Namira, Risa mengernyitkan alisnya saat melihat seseorang yang menggerakkan kursi roda sendirian. Risa melebarkan kedua matanya ketika ia menyadari kalau orang itu adalah Azkana.
"Azkana!"
Namira bingung saat Risa tiba tiba sedikit berlari
"Risa Risa! Mau kemana?"
"Nam aku mau nyamperin Azkana dulu ya"
"Azkana? Siapa?"
"Calon mantuku"
"Namanya Azkana?"
"Iya sebentar ya"
Risa kembali melangkahkan kakinya menuju Azkana, Azkana yang melihat itu tersenyum dengan manis.
"Ibu.."
"Azka sayang kamu.. kamu ini kenapa? Kok bisa sampe gini?"
Risa menggenggam kedua tangan Azkana menatapnya khawatir. Azkana tersenyum ke arah Risa
"Ayah sama bunda tau Azka kemarin clubbing bu, ayah sama bunda marah besar waktu Azka pulang. Yang sebelah kanan di lempar hp sama ayah kalau yang sebelah kiri di tampar sama bunda"
"Ya ampun, tau gitu kemarin kamu pulang ke ibu aja Azka"
"Kalau Azka pulang ke ibu mungkin ayah udah bunuh Azka bu"
Keduanya terkekeh lalu Risa menoleh ke arah Namira yang tengah berdiri mematung menatap lurus Azkana dengan airmata yang sudah mengalir.
"Namira kamu kenapa nangis?"
"Ga.. gapapa aku cuma inget sama Shilla aja di rumah sendirian"
"Shilla sendirian? Kamu pulang aja gapapa kalau gitu, aku mau nemenin Azkana di sini"
"Engga... Aku juga mau nemenin Azkana di sini aku mau peluk dia Ris"
Namira langsung memeluk Azkana begitu saja membuat yang di peluk menatap risa dengan wajah bingungnya namun tangannya terangkat untuk membalas pelukan Namira
"Tante.. jangan nangis"
Azkana kini merasakan tangisan Namira semakin kencang di bahunya, kerutan bingung pun menghampiri wajah Risa. Ia juga tidak tahu kenapa sahabatnya ini tiba tiba menangis dan memeluk Azkana
"Azkana Seananda Adireja... Maaf sayang"
Azkana mendengar itu, gumaman pelan yang Namira ucapkan namun lidahnya kelu untuk sekedar bertanya apa alasan Namira meminta maaf pada Azkana dan kenapa Namira tahu nama lengkap Azkana.
Namira melepaskan pelukannya pada Azkana lalu mengusap sisa airmata di pipinya, wanita paruh baya itu tersenyum ke arah Azkana
"Sekarang Azka mau kemana? Azka sendiran?"
"Iya tante, Azka sendirian soalnya abang sama Biyu lagi kuliah. Azka di suruh nebus obat sama susternya tadi, ini baru mau kesana"
"Azka balik lagi ke ruang rawat ya, sama ibu biar tante yang tebus obatnya buat Azka. Tante minta identitas Azka aja ya sayang"
"Engga usah tante biar Azka aja sendirian"
"Sama tante aja ya mana?"
Azkana akhirnya menyerahkan kartu identitasnya dan beberapa lembar uang seratus ribuan pada Namira namun Namira menolak uang itu, Namira segera beranjak menuju farmasi sementara Risa yang masih bingung kini mendorong kursi roda milik Azkana untuk kembali menuju ruang rawat inapnya.
"Ibu, tante Namira itu siapa?"
"Tante Namira itu sahabatnya ibu, dari gadis sampai sekarang anak anak kita udah pada kuliah masih sahabatan kita"
"Oh iya kenapa ibu bisa di sini?"
"Ibu abis jenguk bapak, udah ada perkembangan dari bapak. Ibu seneng dengernya setelah penantian dua tahun sekarang kondisi bapak membaik, semoga aja bapak bisa cepet sadar"
"Kalau boleh tau bapak kenapa bisa sampai koma gitu bu?"
"Kecelakaan sayang, ibu sempet mau nyerah dengan ngelepas alat bantu hidupnya bapak tapi Maheesa selalu nguatin ibu dan yakinin ibu kalau bapak bakalan sembuh"
"Astaga ibu, Azka lupa di suruh bawain bunga sama kakak"
"Ga usah di pikirin kakak kamu itu dia bisa cari sendiri nanti, yang penting sekarang Azka sembuh ya"
Azkana menyamankan posisinya di atas ranjangnya lalu menatap Risa yang kini tengah mengupaskan buah apel.
"Kalau nanti ayah sama bunda Azka gamau nerima Azka lagi, Azka pulang ke rumah ibu ya?"
"Azka bukan siapa siapa bu, Azka gamau repotin ibu sama kakak"
"Ibu ga akan repot, justru ibu seneng kalau ada temen di rumah"
Keduanya melanjutkan perbincangan ringan mereka sampai akhirnya Namira datang dengan kantung obat dan seorang perawat bersamanya.
"Kita pindah ya ke ruangan yang lebih nyaman"
"Tapi tante, Azka ga punya uang sebabyak itu buat bayarnya. Di sini juga udah cukup kok"
"Kamu ga usah pikirin itu, tante cuma mau yang terbaik buat kamu. Duluan aja mas nanti saya nyusul sambil bawa barang barang yang lain"
Azkana hanya pasrah saat dirinya di dorong menuju ruang rawat kelas VIP di rumah sakit ini, Azkana semakin bingung saat Namira berkata kalau ia ingin yang terbaik untuk Azkana tapi siapa sosok Namira sebenarnya.
𐙚⋆˙˚◞♡
Jayandra melangkahkan kakinya bersama Sabiyu, Raven dan Maheesa menuju ruang rawat Azkana, sebelum dirinya ke sini Azkana sempat menghubunginya kalau ia di pindahkan ke ruang rawat kelas VIP membuat Jayandra bertanya tanya apakah orang tuanya sudah kemari atau bagaimana. Jayandra membuka pintu ruang rawat milik Azkana, ia bisa melihat ada seorang wanita paruh baya yang tengah menyuapi adiknya.
"Tante Namira?"
"Maheesa, ibu kamu baru aja pulang dari sini katanya dia dapet orderan lumayan banyak"
Maheesa hanya mengangguk lalu menghampiri Azkana yang tengah tersenyum ke arahnya, Maheesa memberikan sebuket bunga krisan pada Azkana.
"Gue pernah beli bunga kayak gini waktu itu masih inget nih kata penjaganya yang manja terus mirip cimol itu dia bilang kalau bunga Krisan melambangkan umur yang panjang jadi kalau kita kasih bunga Krisan untuk orang yang sakit itu adalah pilihan yang tepat, karena diharapkan orang yang sedang sakit akan segera sembuh dan diberikan umur yang panjang. Cepet sembuh ya bocim, muka lo jelek banget btw"
Azkana memukul lengan Maheesa cukup kencang, Azkana mengerucutkan bibirnya seraya menerima bunga itu dengan sedikit kasar, sementara Namira hanya tersenyum melihatnya.
"Azka... Ini coklat buat lo biar cepet sembuh"
"Makasih Raven!"
Azkana tersenyum dengan manis ke arah Raven membuat Maheesa mendengus kesal lalu berjalan menuju sofa yang tersedia di ikuti Raven dan Sabiyu sementara Jayandra kini menatap bingung ke arah Namira.
"Tante ini siapa?"
Namira menatap Jayandra memperhatikan pemuda itu dari atas sampai bawah lalu tersenyum.
"Tante sahabat dari ibunya Maheesa, tante sengaja di sini karena mau jagain Azkana. Gapapa kan?"
"Ga usah tante, Azkana udah ada saya abangnya yang bakal jagain dia. Tante kenapa mau jaga Azkana? Tante kenal sebelumnya sama Azkana?"
"Kenalin tante Namira Sutena Adireja. Jadi tolong izinin tante untuk temenin Azkana di sini ya Jayandra"
Namira yakin sedikitnya pasti Jayandra mengetahui asal usul Azkana. Jayandra tertegun lalu mengangguk, ia mengusak rambut Azkana sebelum bergabung bersama dengan yang lainnya.
"Ceritain secara detail tolong"
Jayandra menghempaskan tubuhnya di samping Sabiyu dan langsung memeluk kekasihnya itu.
"Awalnya gue sama bang Haidar suka balapan motor tapi selama ini taruhan kita cuma ya biasa aja uang atau benda. Tapi setelah gue tau Azkana deket sama bang Haidar jadi gue taruhin Azkana malam itu, gue taruhin Azkana dengan tujuan ngelepas dia dari bang Haidar supaya dia ga ngerasain sakit hati pas tau bang Haidar ternyata udah nikah tapi gue telat"
Semuanya terdiam mendengar penjelasan awal dari Maheesa lalu Sabiyu angkat bicara
"Oke kita udah tau alasan kenapa Azka sama Maheesa tiba tiba pacaran sekarang alasan kenapa Azka bisa mabuk hari itu, Azka abis dari taman tuh banyak ngelamun terus dia jadi ga fokus juga. Lo kan yang bantuin dia buat ngambil sepatu, lo bilang apa ke dia?"
"Gue cuma bilang dia pilih gue atau bang Haidar. Kalau dia pilih bang Haidar gue bakalan sebarin video dia yang selama ini suka clubbing"
"WAH JANGAN JANGAN LO YA YANG NGASIH VIDEO ITU KE OM SEAN?"
Sabiyu menatap penuh amarah pada Maheesa, Jayandra yang melihat itu lantas menenangkan kekasihnya.
"Bukan sayang, itu bukan Maheesa tapi temennya ayah, lagian di video itu kan ada Maheesa yang narik Azka"
Jayandra menatap ke arah adiknya yang kini tengah menunduk
"Raven jelasin sejak kapan dia suka clubbing gitu, kan lo temen clubbing nya dia" Ucap Maheesa seraya menyenggol lengan Raven.
"Azka suka clubbing udah dari dua tahun yang lalu, setiap tanggal empat dia bakal ke sana. Tapi Azka ga pernah nyentuh alkohol sedikit pun dia selalu minum jus, tapi ya emang dia suka joget sampe lupa daratan apalagi kalau DJ kesayangan dia yang main musiknya. Cuman hari itu Azka emang lagi hancur banget, dia ketemu langsung sama istri Haidar di taman dia juga ketemu sama Haidar nya di taman itu. Gue ngaku gue yang salah, gue yang ngasih Azka nyobain minuman itu tapi ga gue sangka kalau Azka malah nagih minum red wine itu. Gue jadi ngerti sih kenapa dia ga pernah mabok soalnya kalau mabok berisik"
Azkana mendelik ke arah Raven yang mengatainya berisik saat mabuk itu.
"Pantesan aja setiap tanggal empat selalu ga ada di rumah, ternyata sesakit itu ya ditinggal jauh sama pasangan" ucap Jayandra seraya menunduk, mengetahui fakta baru tentang adiknya membuat ia sedikit terkejut
"Bukan masalah ditinggal jauh nya Jay tapi menghilangnya bang Haidar yang bikin Azka jadi kayak gitu"
Namira yang mendengar itu terdiam seketika, yang di alami oleh Azkana cukup berat ternyata.
"Pas Maheesa pulang gue sama Sabiyu dateng, kita cuma bisa diem di ambang pintu waktu liat ayah lempar hp ke wajah Azka. Kita juga cuma bisa diem waktu Azka ngelawan ayah dengan bilang kalau dia ga pernah ngerasain figur ayah di kehidupan dia. Yang bikin gue kaget bukan ayah yang marah tapi bunda, bunda nampar Azka kenceng banget gue ga sanggup liat itu lebih jauh jadi gue langsung bawa Azka ke kamar. Ternyata pas udah di kamar pun mereka masih nyudutin Azka dengan bilang orang yang lahir dari seorang pelacur besarnya juga bakal jadi pelacur. Gue bener bener ga ngerti ucapan ayah yang satu itu"
Azkana menatap Jayandra yang kini tengah menunduk, bahunya bergetar menandakan bahwa kakaknya menangis. Azkana jadi ikut sedih melihatnya, perlahan buliran air mata turun menggenangi pipi berisinya membuat Namira dengan cepat menggenggam kedua tangan Azkana.
"Azkana, tante ga menormalisasikan sikap kamu yang suka clubbing itu, tapi kamu punya kontrol diri yang cukup bagus untuk ga menyentuh hal hal yang berbau alkohol tapi tante minta kamu stop pergi ke sana ya, ada banyak destinasi lain yang lebih indah untuk melepas penat. Nanti kalau udah sembuh Azkana mau jalan jalan sama tante? Kita liat hal yang indah indah ya sayang"
Azkana hanya mengangguki perkataan Namira, lalu ia tersenyum dan menyadari sesuatu
"Nama kita sama tante, ada Adireja nya"
Namira hanya tersenyum lalu mengelus surai lembut Azkana.
"Istirahat ya, tante olesin creamnya ke wajah Azkana biar cepet sembuh"
Azkana mengangguk lantas merebahkan dirinya lalu ia sedikit meringis saat merasakan rasa dingin dari cream yang mengenai permukaan wajah memarnya.
"Tante Azka gamau lama lama di sini"
"Kalau dokter udah bolehin Azkana pulang ya pasti kita pulang dong sayang"
Setelah selesai Namira menyelimuti Azkana lalu mengecup kening Azkana setelah itu Namira berpamitan pada Azkana dan Jayandra, Maheesa, Sabiyu serta Raven. Besok Namira akan kembali untuk mengunjungi Azkana bersama putrinya.
𐙚⋆˙˚◞♡