Gempa x Reader | Negagenesis

By Goldilocks95

12.3K 2.3K 1.3K

Virus itu datang dari Skotlandia, dan menginfeks seluruh bumi. Hanya Mother Kirana, ilmuwan bioteknologi itu... More

Prolog
- 02
- 03
- 04
- 05
- 06
- 07
- 08
- 09
- 10
- 11
- 12
-13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- Epilog
Xtra

- 01

748 114 22
By Goldilocks95

Layar presetasi di depan sana menampilkan kekacauan yang terjadi di Istana Malacanang, kediaman resmi serta kantor utama presiden Filipina. Sejak wabah Nega-Genesis meledak di Jose P, Laurel Street, distrik San Miguel, Manila, virus menular dari orang ke orang, melalui gigitan. Virus itu menjangkit masyarakat Filiphina dengan ganas, dan menyebar lebih cepat dari mobilisasi Blitzkrieg milik Adolf Hitler.

"Sekejap saja, Filipina menyusul Laos dalam keruntuhan peradabannya. Hanya tersisa sedikit negara yang belum berpindah ke Shelter." Kaizo, seorang pria berperawakan jangkung anti cerutu berdiri di atas mimbar. Aroma parfumnya menguar sampai ke radius satu meter. Seorang mahasiswa bahkan sampai mengendus-endus darimana asal aroma pinus ini.

Lalu, slide presentasinya tergantikan oleh potret tangan koyak yang perlahan-lahan membusuk.

"Virus itu tidak bisa dicegah." Ujar Kaizo lagi. "Sekali tergigit, maka tidak ada kesempatan untuk hidup sebagai manusia dengan kesadaran penuh. Tidak ada vaksin!"

Seorang mahasiswa berkacamata mengangkat tangan. Bajunya ringsek dan tasnya alisnya tebal, seperti orang Tajikistan pada umumnya.

"Ya." Kaizo mempersilahkan laki-laki kacamata itu angkat bicara.

"Bukankah katanya, pemerintah Amerika sudah merintis sebuah vaksin?" Tanyanya.

"Itu gimmick. Mereka memberitakannya supaya masyarakat dunia jadi merasa segalanya akan baik-baik saja." Kaizo menggeleng lemah. Si mahasiswa berkacamata tak nampak terkejut, ia hanya bergumam, bahunya merosot, dan ia bertahap menurunkan acungan tangannya.

Kembali pada presentasinya, Kaizo mulai bicara lagi, "Lihat lukanya. Tangan itu ... busuk."

Mahasiswa-mahasiswa di tribun memerhatikan foto yang diambil oleh tim forensik kepolisian, dan menyelidikinya. Itu seperti luka diabetes dengan gangrene basah dan pembekakan, ada banyak darah di mulut lukanya. Lukanya seperti meleleh. Penuh nanah.

"Nega-Genesis merambat menuju sum-sum tulang belakang dan perlahan menginfeksi tubuhmu. Semuanya berasal dari gigitan." Kaizo menerangkan. Ia merogoh saku kemejanya, dan memamerkan sekeping uang koin dengan cetakkan wajah menyamping Ratu Elizabeth kedua. "Sum-sum tulang belakang bertugas memproduksi darah. Mari menganggap, koin ini ialah sekeping darahnya."

Kaizo mundur dari mimbar dan mulai mengelilingi tribun mahasiswanya, berharap tidak ada seorang pun yang tidur di kelasnya. Jika ada, Kaizo berniat ingin menendang pantatnya keluar dari auditorium. "Satu keping darah berisi komponen plasma darah, eritrosit, leukosit, dan trombosit."

Kaizo mengacungkan koinnya tinggi-tinggi, hingga benda itu menjadi pusat atensi mahasiswa-mahasiswanya.

"Nega-Genesis bekerja dengan menginfeksi pabrik darah, sum-sum tulang belakang, menjadikannya memproduksi darah dengan komposisi plasma lebih banyak daripada komponen-komponen lainnya. Tidak ada cukup sel darah eritrosit, sel darah leukosit, dan trombosit di satu keping koin Ratu Elizabeth ini." Kaizo mulai menurunkan tangannya. "Kekurangan sel eritrosit secara besar-besaran dapat menyebabkan kegagalan multi-organ. Tak ada cukup banyak leukosit artinya penurunan imunitas tubuh untuk melawan infeksi. Sedikitnya trombosit juga akan mengakibatkan terhambatnya proses pembekuan darah, makanya,"

Kaizo kembali ke mimbar, dan berdiri di samping slide presentasinya, "Lukanya tak akan menutup. Seperti yang kamu lihat pada gambar. Tidak ada trombosit berarti tidak ada mikro sel dalam pembentukan bekuan fibrin."

Kaizo mendengar kelasnya riuh akan suara bisik-bisik. Bagi orang awam seperti mereka, keberadaan virus Nega-Genesis cukup menggemparkan. Kaizo menatap keramaian di depannya dengan senyum culas.

"Namun sebagai gantinya, plasma darah yang mengikat virus Nega-Genesis menyediakan fitur baru. Virus Nega-Genesis punya krakteristik seperti trombosit, namun cara kerjanya berbeda." Kaizo memindahkan slide presentasinya mempergunakan remot di meja laptopnya. Dia memperlihatkan hasil foto tangan utuh dari seseorang. "Lihat, dia utuh. Tangannya cantik. Meskipun lukanya berbekas, tapi perdarahannya berhenti. Virus Nega-Genesis memperbaiki struktur lukanya, seperti semula."

"Itu ... lebih dari sekedar koagulasi—pembekuan darah. Namanya bukan koagulasi. Trombosit hanya dapat memberlakukan koagulasi. Namun, sel Nega-Genesis di plasma darah mampu melaksanakan hal sebaik koagulasi, bahkan lebih. 'Regenerasi'." Kaizo menautkan tangan di belakang punggungnya. Hari ini, ia merasa capek. Dia baru saja dipanggil operator Shelter untuk dimintai keterangannya soal penerobosan pintu barat daya oleh sejumlah zombie Nega-Genesis. Kaizo tidak terlibat, namun sayangnya, malam itu, anak buah dari resimennyalah yang tengah meronda. Kaizo jadi perlu repot-repot diinterogasi oleh teman sesama polisinya. Dia juga dicek urin. Hasilnya aman. Kaizo memang benci mengonsumsi narkoba, dan semacamnya.

"Regenerasi ini sangat merepotkan. Aku jauh-jauh datang kemari untuk mendemonstrasikan cara mengatasi regenerasi sel Nega-Genesis." Kaizo menjentikkan jari. Segera setelahnya, anak buahnya datang dari pintu masuk ruangan auditorium. Dua orang pria bongsor berseragam kepolisian dengan kacamata hitam masuk sembari mendorong troli berselimutkan kain katun warna putih tulang.

Mahasiswa-mahasiswa itu mendengar suara desisan, dan suara napas yang berat dari trolinya. Salah seorang polisi berlemak menggelambir menyibak trolinya. Rupanya itu berisikan kandang hewan, dengan seekor rusa di dalamnya. Besi merantai anggota geraknya, jadi Kaizo berasumsi, zombienya aman bagi para mahasiswa.

"Grade II. Rusa." Kaizo menerangkan. Ia memasang sarung tangan lateks di kedua tangannya, dan bersiap dengan pistol.

Seorang mahasiswi menjerit ketika rusanya mencuatkan geraman yang tak wajar disertai dengan gerakan pemberontakan, dan luapan air liur dari mulut hancurnya.

"Bersyukurlah aku tidak membawa zombie manusia, gadis-gadis." Kaizo mengernyit. "Lihat aku. Lihat kemana aku membidik. Ke lehernya. Menghancurkan lehernya berarti memutus oksigen ke otaknya, dan segala-galanya berakhir."

Kaizo sudah meminta izin untuk menimbulkan sedikit 'kekacauan' dan 'suara berisik' di ruang kelasnya. Kaizo tidak bisa mengajarkan murid-muridnya tanpa memperagakannya langsung. Dia tak pandai menyampaikan teori, dia hanya terpaksa mengisi mata kuliah ini karena tuntutan dari inspektorat kepolisian.

Komander Kokoci tidak ingin opsir lain mengisi kuliah pagi hari ini. Komander Kokoci menginginkan Kaizo. Tidak ada kandidat lain. Padahal Kaizo sedang berlibur sepulang dari misi menyelamatkan presiden Filipina dari serangan zombie apokalips di sana.

Kaizo benci mengajar anak-anak ingusan.

Kaizo menembak ke arah leher si rusa, dan membunuhnya secara instan.

"Tidak ada cara lain untuk menghentikan regenerasinya, selain menghancurkan pusat infeksinya. Rata-rata virus Nega-Genesis berkumpul dan membentuk jaringan biologi di kepala. Jadi, bila kamu berada dalam situasi genting, usahakan incar lehernya, supaya kepalanya cepat lepas." Kaizo meletakkan pistolnya kembali ke holster. Ia memandang sejenak pada mayat rusanya. Dia tidak ingin membunuh. Kaizo telah membunuh terlalu banyak di Filipina. Pandangan Kaizo turun pada telapak tangannya. Dia sampai kehilangan indera rasa bersalah dalam tubuhnya. Ia meyakinkan dirinya berkali-kali, bahwa makhluk itu sepenuhnya makhluk kehancuran. Mereka tidak layak hidup, dan tidak punya hak asasi.

"Apa semua makhluk yang terinfeksi Nega-Genesis ..." Seorang mahasiswi mengangkat tangan. Wajahnya tenggelam dalam kebingungan, dan keputus asaan. Kaizo tidak mengenali siapa si wanita penanya, namun secara psikologis, wanita itu hancur dari dalam. Kaizo menebak, dirinya atau salah satu dari keluarganya jelas-jelas berpengalaman berurusan dengan zombie Nega-Genesis. "Pusat infeksinya terletak pada kepala?"

Kaizo melepas sarung tangan lateksnya, dan membuangnya ke tong sampah anorganik. Sedangkan kedua opsir polisi di sampingnya kembali mendorong trolinya keluar dari auditorium. Pasalnya, mayat dari zombie Nega-Genesis baunya tidak sedap, hampir mirip seperti mayat dalam keadaan autolisis, menuju ke tahap pembengkakan.

"Tidak." Kaizo menyangkal. "Sebagian besar terletak di kepala. Dan sisanya bisa bermuara di jantung. Atau liver. Tapi prosentasenya lebih banyak ditemukan di otak. Nega-Genesis sangat menyukai cerebrum. Itu sarang yang sempurna untuk berkembang biak."

-

Kepolisian tidak menyangka, di zaman kehancuran seperti ini, seseorang masih bisa berbuat selicik menimbun obat terlarang. Dan parahnya, mereka menyembunyikan kargo-kargonya di daerah terinfeksi.

Wanita itu membidik melalui scope. Dia juga kesal. Gara-gara persoalan penimbunan narkoba, si wanita membatalkan liburannya di akhir minggu ini karena ketua resimennya memerintahkannya ikut turun tangan.

Wanita dengan brevet kepolisian di dadanya itu menembakkan dua buah peluruh pada zombie berakal lemah yang menumpang lewat di depannya. Satu dari kedua korbannya hampir mencapai Grade III. Dan si wanita penasaran, jadi dia berjongkok, kemudian ia memerhatikan perubahan genetika pada tangan zombienya. Tangannya membentuk jaringan biologis baru, wujudnya seperti trematoda, dan zona transformasinya penuh nanah, serta didesaki oleh berbagai hewan nekrofagus, mulai dari larva serangga, belatung-belatung, dan sekumpulan lalat.

Baunya tercium pekat, dan terhirup masuk ke lubang hidung si wanita.

"Mau sampai kapan kamu melamun di sana, (Nama)?" Sang teman, Gentar, mencibir. Gentar menangani sisi lain dari mobil mereka yang terkepung oleh kawanan zombie. Dulunya, kawasan multikultural ini ialah pemukiman di sekeliling Finsbury Park. Namun setelah wabah Nega-Genesis menyerang Inggris dan memaksa warga sipil serta keluarga kerajaan mengungsi ke Shelter, Finsbury Park berubah menjadi area penuh marabahaya bagi truk-truk pengantar logistik antar benua.

(Nama) tidak menggubris. Dia begitu membenci zombie-zombie itu. Ia telah lelah berkepentingan secara fisik dengan para pemakan daging di Filipina hingga ia perlu dirawat selama seminggu di rumah sakit pemerintah.

Virus Nega-Genesis dalam tubuh seorang laki-laki dengan infeksi virus Grade III itu belumlah mati. Transformasi di tangan kanannya masih berproses, hingga jaringan lidah tambahan di lengannya bertumbuh mengular. Fase perubahannya berhenti ketika ular berkomposisi daging segar dan lemak jenuh di tangannya mengeluarkan organ baru berupa mata dan mulut tambahan.

Organ baru itu menggeliat dan berusaha menggigit (Nama). Si wanita beranjak berdiri dan menginjak organ tambahannya. Dia tak begitu menyukai Grade III. Mengatasi Grade III memerlukan lebih dari satu peluru untuk menembus sumber infeksinya, karena mereka kadang memiliki dua sampai sepuluh pusat infeksi. (Nama) sangat benci pemborosan peluru.

Di dalam injakkan sepatunya, organ tambahan itu menggeliat, lalu megejang hebat karena sistem sarafnya diserang epilepsi lokal. Mulut di ujung organnya memuntahkan cairan sekuning urin.

Sedangkan si organ berusaha melepaskan diri dari injakkan (Nama), (Nama) mencermatinya, tanpa ekspresi yang jelas. Sejujurnya, (Nama) ingin mengeluarkan cemoohan, tapi lidahnya terlalu lelah. Dia merasa sudah cukup banyak bicara.

(Nama) menyimpan senapan berlaras panjangnya di belakang punggung. Lalu ia menarik pistol kecil dari holsternya. (Nama) rasa, dia tidak memerlukan senapan panjang untuk membunuh ular kecil di kakinya. Setelah menimbang-nimbang, (Nama) menodongkan moncong senjata pada si makhluk, lalu menembaknya, mematikan pergerakan sarafnya, dan benar-benar mengakhiri nyawanya.

Petir menggelora di langit, dan gerimis turun, menghujani tubuh (Nama), membasahi kemeja putihnya.

"Sudah selesai?" Gentar baru saja membereskan bagiannya. Pria itu lantas mendekat pada (Nama), penasaran, apa yang dilihat (Nama) sampai ia termenung begitu lamanya.

"Oh. Grade III. Sekarang-sekarang ini, Grade III memang aneh-aneh, ya?" Gentar berusaha memulai pembicaraan. "Kemarin saat aku melintas di lorong istana kepresidenan Filipina karena Kaizo menyuruhku mengamankan staff sanitasi di sana, aku bertemu seorang pria yang bertransformasi hampir sama seperti ini. Kedua tangannya copot, dan tergantikan oleh organ mirip ular dengan moncong berupa gigi-gigi runcing. Aku hampir tergigit kalau saja aku tidak punya granat instan di saku."

(Nama) melirik ke arah Gentar. Pria itu banyak sekali bicaranya. (Nama) kesal. Tapi setidaknya, Gentar lebih baik daripada Halilintar, rekan kerjanya di divisi lain, yang juga sama-sama berprilaku menyebalkan sepanjang mereka ditugaskan di satu satgas.

(Nama) tak begitu mengingat apa saja peristiwa naas di Filipina. Dia hanya mematuhi perintah Kaizo. (Nama) merangkak di gorong-gorong pembuangan air istana presiden, melewati tumpukan sampah di salurah air utamanya, membunuh sejumlah tikus yang terinfeksi Nega-Genesis dan berubah menjadi monster pengerat bergigi tajam, dan menyusup masuk ke kamar para pejabat parlemen. Dia sempat dicegat lusinan zombie, tapi infeksinya tidak mencapai Grade III. Satu-satunya hal berat di sana ialah bertarung melawan kuantitas. Tidak ada Grade III.

Gentar lalu memindai keadaan sekitar.

"Hampir jam dua belas malam. Kita belum dapat kabar apa-apa dari Kaizo." Gentar mengeluh.

Benar. (Nama) ikut-ikutan memandang ke sekeliling. Ia juga mengangkat kakinya dari mayat Grade III yang mati dengan lidah terjulur ke tanah.

Ini jalan raya. Gerimis membawa kabut pekat.

Mereka berada di daerah stasiun Finsbury Park, stasiun pertukaran antar moda di London Utara. Dulunya, lokasi ini digunakan untuk layanan kereta bawah tanah London, Kereta Nasional, dan bus. Bangunan-bangunan di sini masih bergaya Victoria, amat mencolok, terutama pada pintu masuk terminal di arah barat pada Station Place. Loket tiketnya berada di dekat Wellls Terrace dan Godwin Place. Terkesan gothic, versi diberi sentuhan ala-ala Britania.

Sayanganya, dua tahun lalu, Nega-Genesis juga menginfeksi Inggris. Inggris terinfeksi setelah Nega-Genesis berhasil menguasai tanah Skotlandia. Bagaimana pun, setelah Skotlandia, Inggris pasti menjadi lokasi rawan penyebaran virus yang berikutnya. Karena mereka bertetangga dekat, dan bersatu dalam bendera Britania Raya. Sisanya, Irlandia, negara Britania Raya satunya lagi kini juga lambat laun terinfeksi.

"Kaizo bilang, sindikat-sindikat brengsek itu akan menampakkan diri ketika tengah malam!" Gentar memprotes lagi.

Diam-diam, (Nama) menyetujui. Tapi bagaimana pun, (Nama) tidak bisa menyalahkan Kaizo. Apapun bisa terjadi di lapangan. Menunggu di mobil ialah jalan terbaik. Namun rasanya, (Nama) geli. Opsir kepolisian dalam divisi pemberantas Nega-Genesis garda depan seperti (Nama) diwajibkan celingak-celinguk di kawasan zona tarif dua pada stasiun mati hanya untuk mengusut perdagangan narkoba alih-alih ditugaskan dalam misi genosida terhadap zombie-zombie pemakan daging.

Sejurus kemudian, ada gerombolan zombie lagi yang datang. (Nama) tidak mempermasalahkannya. Pelurunya masih banyak.

Kali itu, Gentar maju duluan, seperti biasanya. Gentar mengulurkan pistolnya ke depan, dan mencoba mempertipis jarak dari gerombolan zombie di pintu masuk kereta bawah tanah. Gentar mulai menembak, dia cekatan dan beringas, tapi (Nama) melihat keangkuhan dari manuver super beraninya. Gentar tidak pandai membidik, dia lebih nyaman menjuruskan peluru langsung pada jidat si zombie, dan mengikis lehernya dengan pisau, jika kalau-kalau, pusat infeksinya ada dua atau lebih.

(Nama) tidak masalah apabila dia minta menjadi seberingas Gentar. (Nama) menyukai keduanya. Baik di jarak dekat atau jauh. Tapi di perjalanannya kali ini, ia telah dicegat dan hampir dibegal oleh gerombolan zombie lebih dari lima kali. Pelurunya cepat habis, makanya ia tidak bisa bertindak sesembrono Gentar.

Gentar nampak kewalahan ketika zombie-zombie lain berdatangan. Bantuan dari (Nama) yang menembak melalui senjata laras panjang dari jarak semeter tak bisa membantunya memciptakan jarak aman dalam mempertahankan diri.

(Nama) mengaitkan kembali senapannya di punggung. Ia tidak punya pilihan selain mengotori tangannya dengan darah, potongan organisme hidup, dan cairan muntahan zombie.

Pertarungan jarak dekat.

(Nama) menghela napas dan menerjang zombie yang hendak menggigit Gentar dari belakang. (Nama) mendorong tubuh zombienya, dan ia berakhir duduk di atas zombienya, menimpanya dengan bobot tubuhnya, sebelum akhirnya mengakhiri kesadaran zombie itu melalui tembakan di kening.

Belum sempat ambil napas, (Nama) perlu memback up Gentar lagi. Seorang zombie terlihat mencoba menggigit leher Gentar dari titik butanya. Zombie itu Grade III. Rambutnya mirip tentakel cumi-cumi, dan tubuhnya lebih hancur dari rekan-rekan zombienya.

(Nama) menjambak tentakel si zombie, menyuruhnya berbaring di tanah. Zombie ini lumayan punya otak dari teman sekawanannya. Dia menyerang dengan menyelinap di antara tumpukan bangkai kereta, dan langsung berlari kepada punggung Gentar.

Saat dipegang, tentakelnya memanjang dan mengeluarkan lendir-lendir.

Sebelum melumpuhkannya di posisi ini, (Nama) sempat mendorongnya di dada. Dadanya panas. Panas sekali. Itu artinya, pusat infeksinya bukan di kepala, namun di dada. Atau kedua dari kepala dan dada.

Grade III memang menarik.

(Nama) mengulum senyum culas yang dipelajarinya dari Kaizo. Mereka, Grade III, lebih rumit daripada zombie-zombie berkulit vampir bermulut menganga. Mutasinya selalu menarik untuk dilihat.

Dor! Dor! Dor!

(Nama) menembak kepalanya, lehernya, dan jantungnya. (Nama) tidak ingin menanggung risiko zombie itu akan bangun lagi, dan menyusahkannya di kesempatan lain.

Tampaknya, di sisi lain, Gentar telah merampungkan jatah zombienya.

"Sudah selesai." Gentar menghembuskan napas penuh kelegaan.

"(NAME), AWAS!" Gentar berteriak ketika salah satu tentakel dari zombie yang tengah diurus oleh (Nama) beranjak naik dan berniat menusuknya.

Dor!

Rupanya ada tiga lokasi pusat infeksi. (Nama) menembak lokasi terakhir dari persebaran virus Nega-Genesisnya. Di usus.

"Stay down." (Nama) memperingati mayat si zombie tentakel, dan beralih pergi dari sana. (Nama) berminat menunggu di mobil saja, selagi ia memonitor kondisi stasiun.

Tak lama kemudian, Gentar menyusul dengan panik.

Telinga (Nama) bergetar. Sebuah panggilan baru saja masuk ke air podnya.

"Nama. Misi baru. Tinggalkan Finsbury." Suara Kaizo datang seperti petir. Sangat cepat, tiba-tiba, dan kehadirannya tidak diinginkan. "Seseorang mengirimkan gelombang permintaan tolong dari radio. Lokasinya di Beijing. Dalam morsenya, dia mengatakan, dia memiliki vaksin anti Nega-Genesis."

-

Continue Reading

You'll Also Like

32.3K 186 19
Hali has been living with guilt after he made a huge mistake and lost the person he cared and loved for years. A couple of years passed and he reunit...
550K 14.8K 48
After a year away at Kitty Hawk, Cassie Maybank returns to the Outerbanks with a determination to get her life back on track. To stay healthy, to mak...
128K 6.1K 33
BoBoiBoy finds himself thrust into a world filled with man-eating demons and demon slaying swordsmen. With no indication of how he got here and his p...
Crossfire By 🩶

Fanfiction

126K 12.8K 111
just read. This book contains mature themes, explicit language, and scenes of a sexual nature intended for adult audiences only. It is rated R and is...