"Dari sini terus kemana Bil? Udah perempatan ambil kemana arahnya? " Tanya Nando yang terlihat bingung di wajahnya.
Disisi lain Bila justru sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri, hari ini dia berhasil menghindari Rizky pikirnya. Lalu bagaimana dengan besok, lusa atau hari-hari berikutnya. Kenapa juga pria itu harus datang kembali saat ini, kedatangannya sungguh tidak akan mengubah apa-apa yang sudah berlalu dan menjadi luka menurut Bila.
"Bil...? " Ujar Nando sambil melambaikan tangannya di depan Bila.
"Ehiyaa, maaf gimana Pak? Eh Mas? " Jawab Bila refleks sedikit terkejut.
"Kita udah di perempatan ini, daritadi kamu belum jawab saya. Dari sini kita ke arah mana Bil? " Tanya Nando.
Bila terlalu asik dengan pikiran kalut nya sendiri, sampai lupa dengan rencana didepannya sekarang. Nando tidak mungkin mengantarkan nya sampai ke rumah, dia juga tidak tertarik untuk bicara soal pekerjaan di luar kantornya. Tapi untuk saat ini Nando sudah menolongnya, dan bagaimanapun Nando juga calon Mitra kerjanya. Dia harus membuat rencana dan alasan yang tepat untuk mengatasi situasi ini.
"Ahiya dari depan belok ke kiri aja, satu perempatan lagi langsung belok kiri aja.. " Jelas Bila.
"Okee.. " Jawab Nando.
"Nah.. Nahh... Udah berhenti dulu disini, berhenti dulu didepan ya.... " Ujar Bila yang membuat Nando memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Kita ini mau ngobrolin kerjaan dulu? Atau kamu langsung pulang Bil? Tapi rumah kamu daerah sini memang? " Tanya Nando heran. Karena saat ini mereka berhenti tepat di area dekat Mall dan beberapa Outlet perbelanjaan.
"Ahiya. Makasih yaa udah nganterin saya hari ini. Buat penawaran Mas Nando kerja sama itu, seperti yang saya bilang tadi besok kita bahas di kantor kamu besok. Kayanya besok rencana saya kesana sekitar jam 10pagi , bisa? " Tanya Bila
Nando masih sedikit bingung untuk merespon Bila,
"Emm iyaa bisa kebetulan besok saya gaada jadwal meeting yang lain... Oke kalo gitu kenapa kita berhenti disini sekarang? " Tanya Nando penasaran.
"Kebetulan juga saya ga mau ngerepotin kamu untuk anter saya pulang sampe rumah, dan saya ada keperluan dulu juga disekitar sini. Jadi sebelum nya saya minta maaf banget karena udah ngerepotin dan makasih karena udah nolongin saya. " Ujar Bila sopan.
"Loh.. Saya ga ngerasa direpotin kok Bil.. Gapapaa padahal, saya anterin aja beneran" Ujar Nando.
"Emm engga beneran, ini saya juga udah dianterin kok kesini. Kalo gitu saya duluan yaa.. Makasih sekali lagi... " Ujar Bila yang hendak keluar dari mobil Nando.
"Okeokeee bentar Bil... " Ujar Nando yang membuat Bila menahan tangannya membuka pintu mobil.
Bila menatap Nando bingung, apa pria ini akan meminta penjelasan lain pikir Bila.
"Saya boleh minta nomor kamu? Supaya lebih gampang aja komunikasi nya. Maksudnya komunikasi untuk kerjasama kita, jadi saya ga harus nyusulin kamu lagi. " Ujar Nando meyakinkan.
"Bisa langsung ke admin nya aja kok, sama.." Jawab Bila.
"Tapi kamu bukan adminnya kan? " Ujar Nando.
Bila sebenarnya tak ingin memberikan contact personalnya pada Nando, bukan karena dia mencurigai pria ini. Tapi memang karena dia ingin masalah pekerjaannya dibahas melalui admin nya saja. Tapi mau bagaimanapun alasan Nando juga bisa dibenarkan, lagipula mungkin Nando memang ingin lebih mudah untuk follow-up lagi kerjasama mereka dengan komunikasi personal.
"Okee, ini nomor saya.. " Ujar Bila memberikan scan barcode contact nya.
Nando tentu langsung mengeluarkan ponselnya. Dan menyimpan nomor Bila disana.
"Okee terimakasih Bil... "
"Iyaa sama-sama... Saya permisi yaa, sekali lagi terimakasih buat tumpangannya. " Ujar Bila dengan senyum manis di akhir kalimatnya.
"Hatii hatii Bil... " Jawab Nando.
Bila kini berjalan ke arah lain untuk sedikit menghindari mobil Nando yang masih terparkir disini. Sebenarnya Bila tak memiliki keperluan apapun hari ini disini, dia hanya mencoba mencari alasan yang sopan dan mungkin bisa diterima baik oleh Nando. Setelah yakin sudah berada cukup jauh dari tempat mobil Nando sempat berhenti tadi, Bila langsung memesan ojek online untuk mengantarkannya pulang. Sepertinya beberapa hari kedepan dia harus menyiapkan rencana lain lagi saat pulang di kampus jika Rizky masih menghantuinya .
*****
Tadi saat Bila mengabari Mas Ferdi untuk tidak menjemputnya, kakaknya itu hanya mengiyakan tanpa bertanya lebih pada Bila. Dan saat ini dirumah sudah terparkir kendaraan roda empat milik kakaknya itu. Tidak seperti biasanya pikir Bila. Jika kakaknya datang lebih dulu ke rumah itu berarti sebenarnya hari ini dia tidak pulang terlambat dan masih bisa untuk menjemputnya pulang ontime tadi.
Bila masuk ke ruang tamu rumahnya, melihat kakaknya itu sepertinya sedang bicara dengan seseorang di telpon dan melihat ada satu koper di dekat kursi tamu yang nampaknya dia kenali itu milik siapa.
"Ehh Bil... Udah pulang.. " Ujar Mas Ferdi tanpa menutup telponnya.
"Iyaa Mas, ada siapa di rumah? " Tanya Bila penasaran.
"Inii.. Inii.. Jawabannya ada ditelpon sini.. " Ujar Mas Ferdi memberikan telponnya pada Bila.
Bila hanya menerima telpon itu dengan ragu.
"Hallo... " Ujar Bila
"Bila.... "
"Ibuuuu... Loh ibu disini? Bila udah duga ini pasti koper ibu kan dirumah. Kok ga bilang-bilang mau pulang kesini Buu? " Jawab Bila antusias.
"Iyaa maaf ya Ibu belum bilang sebelum nya, kamu baru pulang? " Tanya Ibu.
"Iyaa Buu, Bila baru aja pulang ngampus. Ibu kesini sama Ayah juga? Atau gimana? ".
" Engga Ibu kesini sendiri, Ayah ga kekejar katanya kalo kesini terus besok masih ada jadwal ngajar di kampusnya. Tau sendiri Ayah kamu Bil....
Ibu tadi pake kereta dijemput sama Mas kamu. Udah kerumah tadi cuman ini Ibu lagi ke minimarket sebentar ada yang perlu Ibu beli. Ini juga udah mau langsung ke rumah kok... " Jawab Ibu.
"Kok Ibu keluar ga dianterin sih? Bila jemput yaa... "
"Ehh engga gausah, orang tinggal jalan kaki sebentar kok deket. Tadi kakak kamu juga udah nawarin tapi Ibu bilang gausah. Yaudah Ibu pulang dulu ini yaa... " Tutup Ibu di telpon.
"Mas kok gabilang sih Ibu mau pulang? " Tanya Bila dengan sedikit nada kesal.
"Mas juga gatau Bil... Ibu baru telpon tadi pas nyampe stasiun buat minta jemput.
Kebetulan kamu juga ngabarin Mas buat gausah dijemput juga kan... " Jelas Mas Ferdi.
"Iyaa sih... Tapi Ayah gaikut katanya yaa? "
"Iyaa lagian katanya Ibu juga besok siang langsung pulang. Ga mungkin ninggalin Ayah lama-lama sendirian.. " Jelas Kakaknya.
"Loh? Tapi kok Ibu bawa koper? ". Tanya Bila merasa heran.
" Katanya isinya oleh-oleh. Nanti kamu tanya-tanya lagi sama Ibu deh yaa.. Mas mau mandi dulu... " Ujar Mas Ferdi berlalu meninggalkan ruang tamu.
"Oleh-oleh? "
"Ibu gamungkin kan bawa oleh-oleh sebanyak ini cuma buat aku sama Mas Ferdi doang.. Atau Ibu ada rencana lain? " Tanya Bila pada dirinya sendiri memperhatikan koper Ibunya.
Bila masih belum beranjak dari kursi di ruang tamu dan menunggu Ibunya pulang.
Entah kenapa firasatnya mengatakan dia harus segera menanyakan satu hal pada Ibunya itu yang membuatnya penasaran.
"
Bil belom mandi??" Tanya Mas Ferdi menuruni tangga melihat Bila.
"Belom, lagi nunggu Ibu.. " Jawab Bila tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya dari pintu.
"Bentar lagi juga pulang kalii Bil... "
"Iya justru karena sebentar lagi ya gapapa aku tunggu. " Jawab Bila.
Mas Ferdi hanya menggelengkan kepala melihat adiknya. Dan memilih untuk pergi ke dapur menyiapkan makan malam untuk mereka semua.
"Ibuu.... " Ujar Bila menghampiri Ibunya yang baru saja masuk ke rumah dan membantu membawakan belanjaannya.
"Eh Bil... " Jawab Ibu.
"Sinii biar Bila aja yang bawa, Ibu kok lama sih pulangnya.. " Ujar Bila.
"Iyaa Ibu kan jalannya ga lagi jalan cepat kan Bil, terus tadi juga diajak ngobrol dulu didepan sama Bu Dinda ya jadi lama.. " Jawab Ibu.
"Emm iyaa dehh... " Ujar Bila berlalu membawakan barang bawaan Ibunya.
"Buu Bila mau nanya.... "
"Kenapaa? Baru pulang kok Ibunya udah mau di wawancara? Gamau kangen-kangenan dulu? " Gurau Ibu.
"Ish Ibu.... Bila serius.. "
Kini Bila kembali menghampiri Ibunya untuk duduk di ruang tamu, mereka duduk berdampingan di sofa. Hening dan tegang tiba-tiba menyelinap masuk dalam pembicaraan yang hendak Bila mulai.
"Ibuu Bila mau tanya... " Ujar Bila yang sudah memegang tangan Ibunya.
"Bil... Temenin Ibu yaa hari ini, ada acara kumpul keluarga Ayah. Ibu gaenak udah janji datang, soalnya Ayah gabisa ikut datang karena besok ada acara juga di kampus tempat ngajarnya. Tolongin Ibu yaaa... Ibu minta tolong boleh yaa... " Ujar Ibu memohon dan menggenggam erat tangan Bila.
"Buu.... " Ujar Bila memelas.
"Tolong yaa Bil... Ibu udah jauh-jauh kesini, Bila mau kan nolongin Ibu? " Ujar Ibu yang kini mengangkat dagu anaknya yang tertunduk lesu.
"Iyaa Buu, Bila temenin Ibu yaa.. "Jawab Bila mencoba memasang senyum diwajahnya.
"Kapan emang acaranya Buu? " Tanya Bila.
"Nanti jam setengah 7 kita berangkat yaa, acaranya dinner sih katanya. Mungkin yang lain udah kumpul dari sore atau jam 6 . Gapapa yaa Bil? "
"Iyaa Buu, kalo gitu Bila siap-siap dulu yaa.. "
Ujar Bila berlalu dan pergi ke kamarnya.
Bila baru saja selesai dan sedang memandang dirinya di cermin untuk bersiap, namun ketukan pintu kamarnya menghentikan lamunannya .
"Bil... " Ini suara Mas Ferdi sambil mengetuk pintu kamarnya .
"Iyaa Mas.. Bentar... " Ujar Bila dan membukakan pintu kamarnya.
"Mas boleh masuk? "
Bila hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Kamu duduk disini... " Ujar Mas Ferdi mengarahkan Bila untuk duduk disamping tempat tidurnya, dan Mas Ferdi bersimpuh dibawahnya dan mulai menggenggam tangan Bila.
"Bil... Kalau kamu memang gamau pergi, kamu gausah paksain. Mas baru tau tadi dari Ibu, biar Mas yang jelasin sama Ibu yaa... " Ujar Mas Ferdi meyakinkan.
Bila menghela nafasnya berat.
"Udah gapapa kok Mas, Bila udah bilang mau nemenin Ibu kok.. " Jawab Bila
"Iyaa Mas tau, tapi kamu ga perlu pergi kalo memang ga ingin. Don't push yourself too much.. Atau perlu Mas temenin kesana? "
"Apasii Mas, Mas tuh gadiajak.. Mas kan lagi banyak kerjaan juga pasti. Gapapaa kok.
Bila yakin aku gapapa beneran. " Jawab Bila.
"Hemmm okeee kalo gitu, tapi janji kalo ada apa-apa atau hal yang bikin kamu merasa ga baik-baik aja. Kamu harus cerita dan langsung hubungi Mas ya... " Ujar Mas Ferdi mengelus ujung hijab adiknya.
"Iyaa Mas, Bila janji. Makasih yaa... " Jawab Bila dengan mata berbinar.
Sebenarnya Bila sadar, jika dia pernah mengalami satu ketidak beruntungan dalam hidupnya. Dia justru memiliki banyak keberuntungan lain yang mungkin tak semua orang miliki, kakaknya ini salah satunya. Bila bahkan belum bisa membayangkan jika dia memang benar-benar harus berjarak dari kakaknya ini.
"Bil... Udah siap?? Kita berangkat sekarang yukk... " Suara Ibu yang terdengar dari ruang tamu..
"Yaudah kamu berangkat nanti hati-hati yaa.. " Jawab Mas Ferdi
"Iyaa Kakak-ku...... " Jawab Bila usil.
*****
"Iyaa alhamdulillah sudah ketemu tanggal baiknya, yaa semoga semuanya dilancarkan aja yaa kedepannya. Minta do'anya dari semuanya... " Ucap Tante Mira.
"Alhamdulillah.. Semoga lancar yaa Sinta sayang, Tante do'ain yang terbaik.. " Ucap Ibu Billa.
Hari ini sebenarnya adalah pertemuan keluarga dari pihak Ayah nya Bila yang sudah direncanakan, seharusnya keluarga Bila bisa datang kesini bersamaan. Namun karena beberapa kesibukan Kakak dan Ayahnya, jadi hanya Bila dan Ibunya saja yang hadir.
Pertemuan keluarga ini memang biasa dilakukan 3-4bulan sekali oleh keluarga Ayahnya. Meskipun Kakek dan Nenek nya sudah tidak ada, agenda itu menjadi agenda rutin untuk dilakukan, yang sayangnya selama enam bulan belakangan ini sudah sengaja oleh Bila dan keluarga nya lewatkan.
Namun kali ini keluarga Bila sudah diwanti-wanti untuk datang dan hadir di sana. Selain karena agenda keluarga ini, ada kabar gembira yang akan disampaikan oleh salah satu keponakan Ayahnya.
Salah satu sepupunya Sinta akan mengabarkan acara lamaran nya yang akan berlangsung bulan depan, yang tentu saja kabar gembira ini disambut antusias oleh seluruh anggota keluarga.
"Yah.. Maaf yaa Bil jadi keduluan Sinta deh kan... Kamu sih kemarin kenapa coba... " Ucap salah satu adik Ayahnya.
Bila hanya tersenyum menanggapinya.
"Iyaa Bil... Padahal aku udah seneng banget kemarin bakal jadi saksi kamu di lamar duluan diantara persepupuan kita ini.. Tapi ya mungkin memang bukan jodohnya yaa.. " Ujar Natya saudari sepupunya.
"Makanya Bil.. Kalo cari pasangan itu dari awal udah diseleksi dulu, bibit-bebet-bobot nya betul-betul... Jangan sama orang yang ga jelas backgroundnya... Kita juga sebagai orang tua harus lebih selektif buat seleksi pasangan untuk anak kita" Ini ucap Tante Linda yang mulai membuat hati Bila memanas.
"Iyaaa itu keteledoran aja sii..
jadi pelajaran aja yang kemarin yaa Bil, Mbak.. " Ujar Om Firman.
"Udah-udah lagian kemarin emang belum jodohnya aja iya kan Bil? " Ujar Natya menengahi.
"Iyaa ini masalah jodoh aja kok.. " Jawab Ibu Bila.
Bila hanya tersenyum menanggapi semua orang yang sedang membicarakan nya sekarang.
"Bila izin ke toilet dulu yaa semuanya, " Ujar Bila berlalu ke halaman belakang rumah.
Di halaman belakang kini Bila sedang berusaha mati-matian menahan tangisnya. Dia tidak ingin terlihat lemah didepan semua orang di sana. Dia juga tidak berniat membela diri ataupun membalas ucapan mereka. Meskipun dia sudah berusaha menahan air matanya, namun tetap saja air matanya kini sudah lolos membasahi pipinya.
Bila sudah tau sejak awal saat mendengar Ibunya mengajaknya kesini, hal ini pasti akan terjadi. Tapi sepertinya bagaimanapun dia menyiapkan dirinya untuk luka-luka itu, Bila tetap saja manusia. Dia pasti akan tetap bisa merasakan lemah saat terluka.
"Bil..... " Sapa Natya menghampiri Bila.
"Ehiyaa... " Ujar Bila yang mulai menghapus air matanya.
"Kamu gapapa? " Tanya Natya khawatir.
" Kamu kok disini? Ayoo kita balik lagi ke depan, tadi aku baru keluar dari toilet kok ini. " Ujar Bila.
"Bil gapapaa kok kalo kamu lagi ga baik-baik aja... Kita gausah ikut nimbrung didepan juga gapapa kok. "
"Ish apasii, engga gaada apa-apa. Yuk kita gabung kedepan lagi.. " Ujar Bila mengajak Natya.
"Lagian aku juga sama males bentar lagi pasti dibandingin juga sama Sinta" Keluh Natya yang kini mengikuti Bila kedalam.
Bila dan Ibunya sudah hendak melangkah menuju mobil mereka untuk pulang.
"Bil... " Panggil Om Firman yang menghentikan langkah Bila.
"Iyaa Om? " Jawab Bila menghampiri Om Firman.
"Om sebenarnya serius untuk yang tadi didalam yaa... Yang kemarin itu cukup kamu jadikan pelajaran aja, dan gaperlu menghindari keluarga. Mungkin dengan mendengarkan beberapa masukan kita itu jadi masukan untuk kamu kedepannya agar lebih hati-hati dan ga mengulangi kesalahan yang sama.. Yaa penting lah Bil untuk sedikit mendengarkan beberapa masukan disini, buktinya itu benar bermanfaat juga kan kedepannya" Ujar Om Firman
Bila hanya tersenyum mendengar nasihat pamannya ini.
"Iyaa makasih yaa Om.. " Jawab Bila berlalu kembali ke mobilnya.
Keluarga Ayah Bila ini sebenarnya memang termasuk keluarga yang cukup terpandang. Kakeknya yang merupakan salah satu pengusaha berhasil juga Nenek nya yang dulu adalah seorang direksi Rumah Sakit ternama. Anggota keluarga nya juga memiliki profesi yang beragam, ada yang seorang dokter, polisi, pengusaha ataupun dosen seperti Ayahnya.
Keluarga Ayahnya ini memang memiliki standar yang cukup tinggi untuk beberapa hal. Salah satunya hal yang sebenarnya sensitif dan privasi menurut Bila.
Tak jarang kadang kebanggaan nya tentang keluarga ini menjadi boomerang untuknya sendiri.
Bila dan Ibunya kini sedang sibuk dengan lamunannya masing-masing di dalam mobil.
Mereka sama-sama terlalu dalam dengan segala lamunan hingga tak ada yang memecah hening di dalam mobil. Sampai Bila menyadari jika Ibunya seperti nya sedang melamun terlalu jauh sekarang saat dia menoleh ke sampingnya.
"Buu... Tadi oleh-oleh yang Ibu bawa mereka pada seneng loh dapetnya. Ohiya Alhamdulillah yaa Sinta ternyata kasih kita kabar bahagia, Bila jadi bisa pake kebaya Bila kemarin dalam waktu dekat deh ya Buu... " Ujar Bila memecah hening,
Tak ada jawaban yang Bila dengar dari Ibunya.
"Buu mereka tuh ada-ada aja ya kadang-kadang. Agak berlebihan juga sih menurut Bila. Aku kan kemarin baru gagal tunangan aja yaa Buu, bukan gagal nikah. Tapi masih dibahas segitunya.. Ada-ada aja kan Buu... "
"Bil... " Tegur Ibu mendengar ucapan Bila.
"Maaf Bu... " Jawab Bila yang kini lebih fokus untuk menyetir dan memandang ke depan.
****
Begitu sampai di halaman rumahnya dan memarkirkan mobilnya. Bila menahan tangan Ibunya untuk membicarakan hal yang ingin dia ungkapkan.
"Buu, Bila minta maaf yaa kalo Bila pernah bikin Ibu atau Ayah malu... Bila pernah salah percaya sama orang Buu.. Bila minta maaf yaa Buu... " Ujar Bila yang kini sudah sempurna menangis dan menggenggam tangan Ibunya.
"Bil.. Kamu ga pernah bikin kita malu kok.
Baik Ibu sama Ayah ga pernah malu sama kamu ataupun Mas Ferdi. Kalian berdua selalu membanggakan kita. Yang kemarin itu cuma masalah jodoh ajaa.. " Jawab Ibu menenangkan.
"Tapi Ibu jadi harus menghadapi omongan orang lain, padahal ini bukan kesalahan Ibu atau Ayah.. "
"Kata siapa? Bil.. Yang kemarin itu justru teguran untuk kita sebelum terlalu jauh ke arah yang salah, ujian kemarin juga menjadikan kamu lebih kuat kan.. " Jawab Ibu.
"Bila minta maaf yaa Buu, Bila juga kemarin cuma perlu bernafas sejenak buat nyiapin mental Bila mengahadapi semuanya setelah kejadian kemarin. "
"Gapapaa yaa Bil... Ibu sama Ayah percaya sama kamu, kamu gadis yang kuat. " Ujar Ibu mengelus pipi Bila yang sudah basah dengan air matanya.
Saat sedang sempurna mengungkapkan lukanya, Bila melihat jika Mas Ferdi sedang berjalan ke arah mobilnya. Dengan segera Bila menghapus air matanya dan mengarahkan telunjuk didepan bibirnya pada Ibunya agar tidak memberitahu apa-apa pada kakaknya itu. Dia sudah cukup melindunginya Bila tak ingin jika Mas Ferdi juga khawatir berlebihan lagi dengan keadaannya .
Maaf guys sebelumnya draft nya kepotong:')
Happy Reading 💙