'Appreciate good people, they are hard to come by'
●
●
●
Masa kini...
Licha menuruni tangga rumahnya dengan santai, mulutnya tak berhenti bersenandung.
Okee gas..oke gass tambah dua koreng gas..tetteteret...
Entahlah bahasa mana yang dinyanyikan gadis itu kakinya melangkah kearah ruang makan dan sudah menemukan agha yang sedang berkutat didepan meja makan, pemuda itu nampak mengenakan apron berwarna pink.
"Abang kok pake apron punya lili?!" Tanya licha pada agha yang masih terlihat serius menata makanan buatannya.
Agha menoleh kearah adiknya.
"Punya abang dicuci ibu" sahut agha.
"Selamat pagi anak ganteng dan anak cantiknya ibu!" Seru seorang wanita paruh baya yang nampak menyanggul rambutnya.
"Selamat pagi ibu!" Sahut antusias agha dan licha bersamaan.
"Ibu darimana?" Tanya licha.
"Habis jemur pakaian" sahut wanita paruh baya itu.
Ibu, panggilan untuk asisten rumah tangga yang bekerja di rumah mewah agha dan licha, namanya Suryaningsih, ningsih sudah merawat agha dan licha dari mereka kecil hingga sebesar ini.
Ningsih sudah dianggap sebagai pengganti ibu bagi mereka, agha dan licha memang hanya tinggal berdua dirumah ini jika tuan wibowo tak pulang, kebetulan sekali ningsih adalah janda yang ditinggal mati oleh suami serta anaknya, ningsih pun tidak bisa memiliki anak lagi, karena sempat keguguran dan pernah mengalami pengangkatan rahim.
Jadi ningsih hanya akan merawat agha dan licha, sebisa mungkin ia akan merawat kedua anak majikannya hingga ia tutup usia.
Sedangkan kedua orang tua licha dan agha, memiliki kehidupannya sendiri sendiri. Mamihnya yang sibuk dengan keluarga barunya dan papihnya yang sibuk dengan kerjaannya.
Richard Wibowo, pria matang berumur 41 tahun, yang saat ini menjadi seorang single parents, richard sendiri sangat amat mementingkan pekerjaannya akhir akhir ini, tepat saat bercerai dengan sang istri.
Namun pria itu tak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang ayah, sebulan sekali jika ia ingat ia pasti akan pulang dan melepas rindu dengan kedua anak kandungnya, dan selalu memberikan hasil kerja payahnya pada kedua anaknya itu.
Bahkan tak jarang ia mengirimkan hadiah hadiah yang ia beli untuk kedua anaknya
Pernikahan kedua orang tuanya memang hanya sekedar bisnis saja, namun agha berpikir, jika hanya bisnis mengapa mereka mempertahankannya dan licha hingga sebesar ini? Dan akhirnya ditinggal? Kadang dunia memang sebercanda itu.
Sekarang yang agha punya hanya licha dan ibu ningsih yang berada disini, agha berharap tuhan tak mengajaknya bercanda lagi, tuhan tak berpikir untuk mengambil keduanya dari hidup agha lagi.
Agha juga tak terlalu berharap akan kehadiran papihnya, pria itu 3 tahun terakhir selalu sibuk diluar sana, bahkan tak jarang pula pria itu tak pulang kerumah, waktunya hanya sebulan sekali dan itu bahkan tak sampai seminggu.
Jika menyangkut harta, papihnya itu memang tak akan pelit, namun jika menyangkut perhatian, pria itu tak bisa menanggungnya.
Agha merindukan papihnya yang dulu, tepat sebelum kedatangan wanita itu 3 tahun yang lalu.
"Nak? Kok bengong, ayo makan, nanti adik mu marah marah kalau telat" Seru ningsih memecahkan lamunan agha.
Licha marah marah kalau telat? Sepertinya mustahil, anak itu bahkan akan sangat senang jika telat, harusnya yang marah itu agha kalau telat.
"Iya bu" ujar agha tersenyum lembut pada ningsih.
Agha dan licha mendapatkan kasih sayang seorang ibu hanya dari ningsih.
"Abang, uang lili abis!" Rengek licha, bahkan pipinya masih mengembung karena menyimpan dua buah anggur.
Ningsih menepuk pipi berisi milik licha dengan lembut.
"Kunyah dulu makanannya nak!" Tegur ningsih yang langsung dipatuhi oleh licha.
"Nanti abang tf" ujar agha fokus dengan sarapannya.
Semua uang yang diberikan papih maupun mamihnya memang agha yang memegangnya, dan akan memberikan kepada licha setiap seminggu sekali, agar gadis itu tak terlalu boros, namun sepertinya percuma juga, agha tak bisa menolak permintaan licha, saat adiknya itu memalak dirinya.
Ningsih sendiri tetap digaji oleh Richard.
"Ini dari ibu!" Ningsih nampak membuka lipatan uang yang sengaja wanita itu kareti agar tak lupa, lalu nampak mengeluarkan uang sebanyak 50ribu kepada licha.
Licha berbinar menatap itu, lalu hendak mengambilnya.
"Lili! Jangan mengambil uang dari ibu! Itu punya ibu, kan abang bilang nanti abang transfer" Sentak agha pada licha.
Licha nampak menunduk.
Ningsih nampak tak perduli dengan peringatan dari agha, wanita itu kemudian meletakan uang berwarna biru itu di lipatan jemari licha.
"Ini uang ibu nak, jadi terserah ibu mau kasih lili!" Ujar ningsih menatap tajam pada agha, membuat licha tersenyum kemenangan kearah abangnya.
"Tapi bu--"
"Terserah ibu!" Tekan ningsih, agha hanya bisa pasrah saja.
Wanita paruh baya itu nampak mengeluarkan satu lembar uang berwarna biru lagi lalu memasukannya kedalam kantong agha.
Agha nampak akan protes, namun segera ningsih cegah
"Udah! Kalian cepat berangkat, lihat sudah jam berapa, biar ini ibu yang bersihkan" Sambung ningsih saat melihat kedua anak majikannya yang sudah ia anggap seperti anak sendiri ini sudah selesai makan.
"Terimakasih ibu!" Pekik licha bersemangat, lalu gadis itu meraih lengan ningsih dan melayangkan kecupan disana, diikuti oleh agha.
"Terimakasih ibu, sudah hadir diantara licha dan agha" Ujar agha sedikit melirih diakhir kalimatnya, agar tak didengar oleh adiknya, sementara ningsih walaupun sudah berumur 57 tahun, pendengaran wanita paruh baya itu masih sangat jelas.
Wanita itu nampak menatap lekat punggung kedua anak asuhnya yang sudah mulai menghilang dari pandangannya.
Dunia terlihat tak adil memperlakukan keduanya, licha dan agha harusnya masih mendapatkan banyak kasih sayang dari kedua orang tuanya, namun karena keegoisan kedua orangtuanya akhirnya membuat anak anak kandung mereka menjadi korbannya.
"Ibu janji akan selalu berada disisi agha dan lili sampai akhir hayat ibu" Ningsih menatap sendu kearah depan.
●●●
"Abang, lili kangen mamih" agha tersentak kaget mendengar suara adiknya yang berada dibelakang punggungnya itu, saat ini sedang lampu merah, jadi agha mendengar semua perkataan licha yang sedang memeluknya dari belakang itu.
"Lili, dengar abang"
Licha mendongakan kepalanya menatap abangnya yang berada tepat didepannya.
"Jangan pernah bahas wanita itu lagi ya, apalagi sampai merindukannya, dia gak pantas dapat itu semua, ingat orang tua kita hanya papih dan ibu!" Tegas agha
"Tapi kenapa abang? Mamih netta yang ngelahirin kita kan?"
"Kita hanya menumpang dirahimnya! Selebihnya dia bukan siapa siapa, bahkan kita tak pernah diurus dan disusui selayaknya anak!" Suara agha mulai terdengar tajam, rahangnya mengetat, jika ia tak pakai helm pasti akan sangat terlihat.
Swanetta Anggiana, mamih kandung dari agha dan licha, ralat ia tak pantas dipanggil mamih, wanita itu hanya melahirkan licha dan agha, selebihnya tak ada yang bisa diandalkan dari wanita itu.
Dari mulai mengurus keduanya itu hanya ningsih, kadang papihnya juga ikut membantu ningsih merawat kedua anaknya.
Saat agha berumur 1 tahun dan licha masih bayi berumur 1 minggu, keduanya hanya tidur bertiga dengan papihnya, bahkan wanita itu tak pernah menampakan dirinya sejak seminggu licha dilahirkan.
Bayi merah itu tak pernah mendapatkan asi, sedari dulu licha hanya mendapatkan asi yang papihnya beli dari ibu susu di panti asuhan.
Richard dan ningsih yang mengajak keduanya jalan jalan, memberinya makan dan minum, mengajari mereka berbicara, berjalan, membaca dan menghitung, semua hanya dilakukan oleh richard dan ningsih.
Namun saat agha berusia 15 tahun dan licha berusia 14 tahun, wanita itu datang meminta cerai dan meminta hak asuh agha kepada richard, seperti seseorang yang tidak punya salah sama sekali.
Bahkan wanita itu sangat amat tak pantas disebut istri, bahkan panggilan mamih pun tak pantas tersemat di hidup wanita itu.
Agha sangat amat membencinya, dulu agha memang tak mengerti apa apa, namun makin kesini ia semakin mengerti, mengapa ia hanya dibesarkan oleh richard dan ningsih sebagai ibu asuh.
Sesekali agha juga meminta penjelasan dari ningsih yang sejujurnya.
《To Be Continue》
Kisah keluarga wibowo dulu yaa!!
Next 13 votes ya!!, pasti masih ada yg belom vote di chap 2 sama 3...
Komennya juga jangan lupa ya maniss🫶🏻