Demon's Side 2 - Missing Him...

By julianabella13

5.3K 423 94

Kini kita berada di tempat yang sama. Berdekatan satu sama lain. Tapi kenapa justru jarak yang dekat malah me... More

Prolog
My Ex Angel
Diego & Rein
Olivier Giroud
The Light of The Party
This Feelings
Move On
Sadness
Don't Let Me Go
The Return Of Delena
One Last Night
No Happy Ending
Epilog
DEMON'S SIDE 3 - Loving Him is Red

Don't Give Up

305 27 4
By julianabella13

"Dreaming 'bout the day when you wake up and find, that what you're looking for has been here the whole time." You Belong With Me by Taylor Swift

******

Aku mengerjap tak percaya mendengar ucapan Olivier barusan. Apakah.. Apakah Olivier bisa merasakannya? Walaupun dia tidak mengingat apapun? Berarti apa yang pernah Shailene bilang itu benar. Akan selalu ada tempat di hati Olivier untukku.

Aku tersenyum sambil menatap Olivier. Aku mengerti amnesia bukanlah hal yang menyenangkan. Ketika kita terlihat seperti orang bodoh tanpa bisa mengingat apa-apa.

"Cara.." Ujarnya pelan. Aku menjawab, "Ya?" Tidak ingin memaksanya berpikir lebih keras. Kalimatnya tadi sudah cukup membuatku bahagia.

"Lo mau tetap sama gue walau kecil kemungkinan gue bisa inget apa yang pernah kita punya?" Tanya Olivier dengan nada datar. Aku membalas, "Ya, gue akan selalu  ada buat lo, Vier. Kembali atau engga nya ingatan lo, gue akan selalu ada buat lo."

Karena aku sangat mencintaimu.

*******

Aku termenung di kamarku malam ini. Apa yang dikatakan Olivier di makam ibunya tadi terus mengiang di pikiranku.

Olivier hanya merasa nyaman saat di dekatku? Tapi tidak memperbesar kemungkinan dia akan ingat semuanya.

Aku menghela nafas berat. Sampai kudengar pintu kamarku terbuka dan Shailene masuk dengan seenanknya. "Jangan ganti-ganti alarm gue lagi." Ujarku begitu ia tisuran di kasur.

Shailene terkekeh sebentar sebelum bertanya, "Lo tadi bolos bareng Olivier ke mana?" Aku segera menoleh dari meja belajarku ke arahnya. "Lo tau darimana?" Tanyaku cukup terkejut. Bukan maksudku ingin merahasiakannya dari Shailene, tapi aku baru berniat bercerita dia sudah tahu duluan.

Shailene duduk tegak di kasurku dan berkata, "Diego." Dan seketika wanahnya memerah. Aku tidak bertanya lebih lanjut tentang hubungannya dengan Diego. Karena aku yakin ada sesuatu yang kulewatkan terjadi di antara mereka.

Shailene bertanya lagi, "Kalian ke mana tadi?" Sambil tersenyum jahil. Aku tersenyum kecil dan menjawab, "Ke makam ibu kandungnya Olivier." Yang sukses membuat Shailene melongo.

"WHAT?! KUBURAN?! ATAGA! Dari sekian banyak tempat bagus dan dia pilih kuburan buat first date kalian?!" Seru Shailene yang membuatku harus menutup kedua telingaku dengan kedua tanganku. "Berisik, Shai!" Seruku. "Lagian first date apaan, deh. Orang cuma bolos kuliah."

Shailene menatapku agak lama sebelum berkata, "Iya juga, sih." Emang paling-paling ini anak. LLu is kembali menatapku dan bertanya dengan wajah penasaran, "Kalian ngomongin apa aja?"

Dan hanya dengan pertanyaan itu, mengalirlah cerita tentang obrolanku dengan Olivier. Namun bagian tentang malaikat ku skip semua.

Shailene memberi tanggapan seperlunya dan pada akhirnya berkata, "Ini kesempatan yang harus lo pakai sebaik mungkin, Car. Karena Olivier ga inget apa-apa, dia kurang yakin sama perasaannya sendiri. Jadi sikapnya bisa berubah kapan aja."

*****

Aku menyusuri koridor kampus dengan buku-buku tebal yang kudekap dalam tanganku. Sambil sesekali membetulkan letak letak tali tas di bahuku. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru kampus. Ya, tidak perlu ditebak lagi siapa yang kucari. Tentu Olivier.

"Morning, sweetheart." Ujar Rein yang entah muncul darimana dan langsung melingkarkan lengan kanannya di bahuku. Ia melirik buku-buku tebal di tanganku lalu berkata, "Butuh bantuan dengan itu?" Aku melirik bukuku sekilas sebelum memandanganya dan menjawab, "Nope. Thank you." Rein terkekeh. "Kau jadi pendek nanti jika tiap hari memikul beban seberat itu." Ujarnya yang kubalas dengan, "Aku bisa, Rein."

Rein mengedikkan bahunya dan berkata, "Ya, ya, stubborn as always." Yang membuatku terkekeh.

Aku melewati sebagian besar kelas hari ini tanpa bertemu Olivier. Hari ini memang hari di mana aku hanya bertemu dengan Olivier di kelas terakhir.

Saat jam istirahat, aku menuju cafeteria bersama Rein, yang sepertinya tidak akan pernah bosan menempeliku. Kami berjalan bersama sambil sesekali meledek satu sama lain seperti biasa.

Begitu tiba di cafetaria, aku dan Rein mengambil makanan masing-masing dan segera menuju meja yang biasa kami tempati. Tak lupa, aku juga menyempatkan untuk mencari keberadaan Olivier.

"Look like you're still looking for him." Ujar Rein sambil duduk di depanku begitu kami tiba di meja kami. Aku langsung menoleh ke arahnya dan memaksakan seulas senyum. Aku tahu Rein menyadari senyumanku yang dipaksakan, namun dia memilih untuk diam.

*****

"Caaar." Aku menoleh sekilas ke arahnya, lalu kembali bergelung di tempat tidurku. Shailene duduk di sebelahku dan mwngguncang bahuku. "Lo kenapa galau gini? Olivier ngapain lagi?"

Aku menghela nafas berat lalu duduk dan menghadapnya. "Dia gak muncuk seharian di kampus." Ujarku pelan. Shailene memandang ke arahku dan tersenyum lebar. aku mngernyit bingung. "Kenapa lo malah senyum selebar itu?" Tanyaku.

Shailene menjawab, "Ayo kita ke rumah Diego." Kerutan di dahiku semakin dalm mendengar ajakannya. Shailene mendecakkan lidahnya sebelum berkata, "Siapa tahu Olivier sakit. Lo jenguk dia sekalian gue..." "Shailene ide bagus!" Seruku merasa sedikit lega.

******

Malam ini kami sudah berada di depan rumah Diego. Sekitar pukul tujuh malam. Shailene menekan bel, dan  sekitar lima menit kemudian seorang wanita, yang mengenakan blouse biru agak kusut dan rok pensil setengah paha, keluar membukakan pagar. Tunggu. Wanita?

Wanita itu memandang kami dengan tatapan menyelidik dan bertanya, "Kalian siapa?" Shailene sudah lebih dulu mewakili kami berdua untuk membalas dengan nada yang aku yakin ia berusaha sesopan mungkin, "Harusnya kami berdua yang bertanya, anda siapa?" Wanita itu hendak menjawab ketika tiba-tiba terdengar suara dari dalam, "Siapa yang datang?" Lalu disusul langkah kaki menuju ke arah kami.

Dan seseorang itu adalah Olivier yang agak terkejut begitu melihatku.

Kulihat Olivier melirik wanita yang membukakan pagar itu, dan ada tatapan menyesal di matanya. Semoga, kumohon semoga tidak seperti yang ada di pikiranku.

"Sayang, mereka siapa?" Tanya wanita itu memeluk pinggang Olivier dan melirik aku dan Shailene. Bisa kurasakan tatapan terkejut dari Shailene dan aku sendiri merasa tubuhku kaku. Lidahku terasa kelu.

Olivier tidak menghindar atau merasa jijik dengan kehadiran wanita itu. Aku merasa sakit melihatnya. Namun aku siapa? Dan ketika wanita itu mencuri ciuman singkat dari bibir Olivier, aku sudah tidak tahan lagi.

Sebelum Shailene mengatakan apapun aku berkata lebih dulu,

"Bukan siapa-siapa. Kukira tadi Olivier sakit tapi sepertinya dia sudah baik-baik saja. Maaf mengganggu waktu kalian. Kami permisi." Begitu selesai mengucapkan itu, aku segera menarik pergelangan tangan Shailene dan meninggalkan Olivier dan wanita menyebalkan itu.

Begitu aku yakin sudah agak jauh dari rumah itu, aku berhenti menarik Shailene dan membuang nafas keras-keras. Shailene yang memeperhatikanku segera memelukku, namun aku hanya meletakkan kedua tanganku di pinggang dan berusaha mengatur emosiku.

"Gue bukan siapa-siapanya, Shai." Ujarku pelan. Sudah kedua kalinya kulihat Olivier berciuman dengan wanita lain. Aku merasa kesempatanku semakin tipis untuk mendapatkan Olivier kembali.

Shailene menggeleng masih sambil memelukku dan berkata, "Gak. Lo adalah salah satu bagian terpenting dalam hidup dia. Please, Car. Don't give up." Hingga akhirnya aku membalas pelukannya.

Kudengar Shailene kembali berkata, "There's still a chance, that the old Olivier, the ones who loves you is still inside, trying to get back to you. Don't give up on him."

********

Bersambung

Yeash, aku mencuri kalimat favoritku dari novel dan film favoritku, trilogi The Hunger Games. Kalimat terakhir chapter ini dari novel Mockingjay, dan itu diucapkan oleh Primrose ke Katniss pas Peeta anggap Katniss mutan. Well, aku makin gak sabar Mockingjay part 2.

Vote dan comment masih aku tunggu, dan aku berharap kalian setia sama cerita ini sampai selesai. Thanks! :D

-Cara Taylor



Continue Reading

You'll Also Like

373K 24.8K 21
Dalam novel dewasa berjudul Aggressive, Peony adalah tokoh figuran dan 'mainan ranjang' sang antagonis gila sekaligus second male lead; Kaisar Khezar...
150K 13.7K 22
Bagaimana jika seorang gadis pekerja keras meninggal saat ia tertidur, hal itu terjadi karena kebakaran di rumahnya akibat kosleting listrik dan buka...
1.4M 124K 34
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
57.6K 1.5K 2
"ASTAGA, DARI SELURUH KARAKTER KENAPA KAU MENJADIKAN KU CASSMIRE?!" Entah apa yang telah terjadi, setelah kematian nya, pria berumur 38 tahun masuk k...