Hello pren👋
Kurang baik apa lagi coba,bela-belain up tengah malam.
Follow,komen,and vote jangan lupa ya pren...
Sayaaang kaleean🤍
Perlahan namun pasti kedua mata Lara kembali terbuka,walau kepalanya masih terasa pening dan berat.
Lara yakin bahwa sekarang ia sudah berada di dalam kamar yang sudah ia tempati selama 3 hati.kejadian didermaga tadi kembali berputar diotaknya,membuat bulu kuduknya merinding.
Lara mengedarkan pandangannya mencari handphone miliknya.
Ia melirik ke arah meja kecil yang berada tepat ditepi kasur.
Dan benar saja handphone nya tergeletak di sana,bersama dengan jaket kulit berwarna hitam dengan bordiran kepala singa di bagian dada kiri ,serta bordinar JERVANOS berukuran besar dibagian punggungnya.
Lara mengerutkan dahi nya penuh tanya."punya siapa?",batinnya .
Lara mengubah posisinya,kini ia duduk bersandar pada pembatas belakang kasur.tangannya maraih jaket kulit itu.
Entahlah, Lara merasa tidak asing dengan jaket itu.
Lara mengendus-endur nya ,aroma mint yang sangat mendominasi.
Lara berusaha keras mengingat semuanya,dan kini pikirannya tertuju pada satu orang yang bertemu dengannya diparkiran,pintu kantin,dan.....
Orang yang menggendong nya di dermaga.
Apa mereka orang yang sama?
Fokus Lara seketika buyar ketika seorang pria tiba-tiba membuka pintu kamar nya.
Arya berdiri dipintu memandang penuh kekhawatiran kearah Lara .
Sebelum akhirnya berjalan cepat dan mendekap Lara erat .
Begitupun dengan Lara,ia membalas pelukan Arya tak kalah erat.
Dapat Lara rasakan bahwa punggung kakanya itu bergetar,yaa... pria itu menangis dalam pelukan Lara .
"Jangan gini lagi Ra...",ujar Arya dengan suara yang kini terdengar serak .
"Jangan buat gua merasa gagal jadi seorang kaka.semenjak gue mutusin bawa Lo pergi,Lo udah jadi tanggung jawab gue sepenuhnya Ra".kini Arya beralih menangkap kedua pipi Lara,ia mengelusnya lembut.
Kedua pelupuk mata Lara sudah digenangi cairan bening,Lara selalu tersentuh ketika melihat Arya yang begitu mengkhawatirkan nya.
"Jangan pernah ngerasa sendirian Ra, Lo masih punya gue....gue bakal antar Lo kemanapun,selalu ngejaga Lo,mastiin Lo selalu aman,dan gue ga bakal ngizinin bajingan itu nyentuh Lo". Arya menatap lekat kedua bola mata adik kesayangannya itu.
Lara mengerti siapa yang Arya sebut dengan julukan bajingan itu.
Hal itu membuat Lara tak kuasa menahan tangisnya,ia kembali memeluk Arya erat.
Tangis Lara benar-benar pecah kali ini."makasih kak... makasih karena selalu ada buat Lara".
"Jujur Lara takut kak...takut kalau dia nyari kita,dia nemuin kita,dan di-"
Arya meletakkan jari telunjuk di bibir Lara,seolah memintanya untuk tidak melanjutkan ucapan nya.
"Gue udah bilang,gue ga bakal ngizinin bajingan itu nyentuh Lo lagi". Arya menghapus air mata Lara dengan lembut.
Kemudian mengelus pucuk rambut Lara,"istirahat ya,besok lo harus masuk sekolah".Arya membantu Lara untuk kembali berbaring,serta membenarkan selimut Lara.
Cup...
Arya mengecup kening Lara penuh kasih.
Setelahnya Arya melangkah pelan ke arah pintu.
"Kak".
Arya kembali menoleh.
Lara mengangkat jaket kulit yang sedari tadi berada didekatnya.
"Punya Verel?".
"Hmm",Arya mengangguk.
"Jadi lo tau kan harus berterima kasih sama siapa?".
Tanya menunggu respon Lara,Arya kembali melangkah , kemudian menutup rapat kamar adiknya.
****
"Gue gak papa",ujar Dewa singkat dengan ekspresi datar setelah dihujani puluhan pertanyaan dari teman-temannya.
"Udah bonyok,pingsan,sampai dibawa ke rumah sakit masih aja bilang gak papa",Saka memutar bola matanya malas.
Dewa memperhatikan ke-empat orang yang kini berdiri di samping brangkar tempatnya berbaring.
Ia melihat ada sedikit memar,dan luka-luka kecil disana.
"Habis ngapain?".Dewa tetap mempertahankan intonasi datarnya.
"Habis main petak umpet...yaa habis ngehajar anak Retro lah,ga terima gue !!",ujar Restu mengebu-gebu.
"Lagian Lo kenapa bisa di keroyok sih sama mereka?",tanya Ghani yang kini duduk di tepi brangkar kemudian melipat kedua tangannya didepan dada
"Lagi sial".Dewa memegang rahang nya yang masih terasa nyeri.
"Verel ga ikut?".
"Lagi nganterin calon ibu ketua pulang".sahut Restu.
"Hati-hati Lo,di denger Verel bisa ngamuk dia",Fagas menyikut perut Restu.
"Sakit kampret",Restu menoyor kepala fagas pelan.
"Kan moment langkah tuh,si bos ngegendong cewe se-sweet tadi.
Bahkan Saka yang notaben nya buaya SMA Brawijaya aja,mana pernah gendong cewe".
"Heh umbul-umbul Agustusan kenapa jadi bawa-bawa nama gue sih?!", pekik Saka kesal,ingin rasanya ia meng-enyahkan Restu dari hadapannya.
"Ngegosipin gue?".
Heh? Sejak kepan Verel berdiri didepan pintu.
Restu langsung mengangkat tangannya✌️,dan cengar-cengir tak jelas .
"Ga lagi deh vel".
"Mampus Lo!",Saka menjulurkan lidahnya ke arah Restu.
Verel melanggang masuk,dan ikut berdiri di tepi berangkar Dewa.
"Aman kan?".
Dewa mengangkat satu alisnya singkat,tanda meng-iyakan pertanyaan Verel.
"Jaket Lo mana Vel?",tanya Fagas ketika menyadari bahwa ketuanya itu hanya tampak menggunakan kaos polos berwarna hitam.
Padahal Verel sangat jarang melepas jaket kebesarannya itu.
Verel memejamkan matanya ketika mengingat sesuatu.
Sial!,ia lupa mengambil jaket yang tadinya ia gunakan untuk menyelimuti tubuh Lara ,saat di dalam takxi perjalanan pulang kerumah gadis itu.
Setelah mengabari Arya tentang kondisi Lara,Arya langsung serlock lokasi rumahnya agar Verel bisa langsung mengantar Lara pulang.
****
Lara menundukkan kepalanya,ia sama sekali tak berani menatap wajah pria yang kini berdiri tepat dihadapan nya.
Sudah hampir 3 menit lamanya,kedua insan ini berdiri didepan kelas XI IPS2 tanpa ada obrolan.
"Lo buang-buang waktu gue".Verel hendak berbalik untuk masuk kedalam kelasnya,namun suara Lara menghentikan langkahnya.
"Tunggu".
Verel kembali berbalik,tampak Lara menyodorkan paperbag berukuran sedang berwarna pink soft ke arahnya.
"Jaket lo,ketinggalan dikamar gue".ucap Lara dengan kepala yang masih tertunduk.entahlah,setelah melihat keberingasan Verel semalam,ia jadi enggan untuk menatap pria itu.
"Semalem udah gue cuci,udah kering juga kok".Verel menerima paperbang yang diberikan Lara.
Begitu merasa tugasnya sudah selesai,Lara ingin segera berlalu meninggalkan Verel.
Namun,tangan kekar pria itu malah mencekal lengannya.
"Udah?,ga bilang makasih gitu?".Verel masih mengengam erat tangan Lara.
Lara kembali berbalik,namun kini ia memberanikan diri untuk menatap wajah Verel."gue juga pingsan gara-gara lo".
"Kenapa gue?",Verel mengerutkan dahinya.
"Yaa lo!,ngapain coba ribut didermaga".
"Lagian lo ngapain didermaga malem-malem?",cercah Verel tak mau kalah.
"Bukan urusan lo",ujar Lara penuh penekanan.
"Lemah!".
Lara mengerutkan dahinya, penuh tanda tanya.
"Gitu doang pingsan",kini Verel melepas cengkramannya pada legan Lara.
"Apa kata lo? Lemah?".Lara meju selangkah ,kemudian menempelkan jari telunjukkan pada dada kanan Verel."Lo ga tau apapun soal gue.jadi,tutup mulut lo!".
****
"Demi apa Ra?,Verel
ngegendo-mmmftt".
Angisa langsung membekap mulut Visa,bisa-bisanya gadis itu berteriak dengan hebohnya.
"Pelan-pelen ege',bisa-bisa seisi kantin denger teriakan lo".
Sedangkan Lara ia tampak memijat pangkal hidungnya, pening menghadapi sifat Visa.
Ia menyesal telah menceritakan semua kejadian semalam kepada dua sahabatnya itu.
"Tangan lo bau tai!",brontak Visa.
Angisa langsung mengendus-endus tangannya."sembarang lo".
"Verel beneran ngegendong Lo Ra?",tanya Visa lagi,dengan volume yang lebih kecil .
"Iyaaa visaaa iyaaa....",Lara tampak memelas.
"Gimana Ra rasanya di gendong sama mahluk se-paripurna Verel?",kini giliran Angisa yang bertanya."wangi ya pasti?".
"Terus Ra,Lo dengar detak jantungnya Verel ga?", Visa ikut bertanya.
"Lo gak modus megang roti sobeknya Verel gitu Ra?"
"Atau modus megang jakun nya juga boleh Ra ".
"Verel ganteng gak sih Ra, kalau dilihat dari bawah?".
Bukannya menjawab Lara malah mendengus kesal,kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan kedua sahabatnya.
"Eeh Ra lo mau kemana? Kok malah pergi?",teriak Visa dari tempat duduknya.
" makanan lo juga belum abis Ra...",Angisa ikut berdiri dari tempat duduknya,menatap Lara heran.
"Kenyang gue ngedengar ocehan Lo berdua",jawab Lara tanpa menoleh kebelakang,ia titip berjalan menuju keluar kantin.
****
Lara baru saja keluar dari ruang kelas nya,tepatnya kelas XI MIPA 4.
Lara harus mencatat banyak materi yang tertinggal ,mengingat ia siswa baru,jadi harus segera mengejar yang menyesuaikan materi .
Sekolah SMA BRAWIJAYA sudah tampak sepi,hanya tersisa siswa-siswi yang mengikuti ekskul saja yang tersisa.
Sebab, bell pulang sudah berbunyi sekitar setengah jam yang lalu.
Bahkan Visa dan Anggisa pun sudah pulang deluan,karena keduanya sudah dijemput.
Kini Lara berjalan seorang diri dikoridor utama,tangannya merogoh benda pipi di sagu seragam nya.
lara: kak Arya
Lara: kayaknya Lara pulangnya agak telat,soalnya banyak materi yang harus Lara salin.
Lara membaca kembali pesan yang ia krimkan ke Arya sekitar setengah jam yang lalu,namun masih terlihat ceklis satu.
Lara kembali mengetik pesan disana.
Lara: kak Arya ga jemput Lara?
Lara: Lara pulang sendiri yaa,naik takxi.
****
Sudah 15 menit lamanya Lara berdiri ditepi jalan,sialnya belum ada satupun takxi yang melintas.
Lara juga sudah mencoba untuk memesan takxi online,namun semuanya ditolak,entah apa alasannya.
Lara mendengus pelan.tubuhnya terasa sangat lelah hari ini,ia hanya ingin segera sampai kerumah dan beristirahat.
Tapi kesabarannya malah diuji sekarang.
Tiba-tiba telfon Lara berdering, menandakan ada panggilan masuk.
Nomer tak dikenal
Lara mengerutkan dahinya, "siapa?" Batinnya .
Dengan ragu-ragu Lara memutuskan untuk mengangkat telfon itu.
Hening beberapa saat,hingga suara berat terdengar dari sebrang.
"Hallo sayang...."
Nafas Lara terasa tercekat,tubuhnya terasa kaku,dan lidahnya terasa begitu keluh.
Suara itu....
"Lara nungguin siapa hmmm? Mau aku anter pulang?".
Shit!.
lara langsung gelegapan,ia mengedarkan pandangannya kemudian menoleh kekanan dan kekiri dengan panik.
Tangan Lara terasa dingin,bahkan wajahnya sudah tampak pucat sekarang.
"Gak usah ketakutan gitu dong Ra,aku juga ga bakal ngapa-ngapain kamu kok".
Sial!,Lara tak bisa melihat dimana keberadaan orang itu.
"Aku gak bakal ngelepasin kamu gitu aja Lara Atmaja".
Sambungan telfon diputus secara sepihak.
Lara masih mematung ditempatnya,berusaha mencerna semua ucapan orang itu.
Hingga sebuah tangan kekar menyentuh pundaknya.
Dengan gerakkan cepat Lara berbalik dan memukul orang itu dengan ransel miliknya secara brutal.
Udah panjang kan yaa part nya?
Moga suka ya pren🤍
Minimal follow and vote yaa pren,biar outhor makin semangat up nya....
See u next part pren👋