Duchess Ellworth

By B3rryZee

73.4K 7.5K 3.1K

Victoria Neville, Putri seorang Duke yang telah disembunyikan selama hampir delapan belas tahun. Untuk yang p... More

Permulaan
Pergi ke Istana
Istana Kekaisaran
Tuan Pemilik Kamar
Pesta Pertama
Sedikit Kesenangan
Penyusup yang Menyebalkan
Sidern dan Krisis
Bertanggung Jawab
Fakta Putri Mahkota
Pengobatan yang Menggoda
Teman Baru
Kekuatan Sevaro
Ikut Campur
Bantuan [Licik]
Pelaku Terungkap
Sanggahan Marquess
Masalah Selesai
Undangan Rahasia
Tea Time Permaisuri
Penetapan Hukuman
Menenangkan Kucing Liar
Mencari Partner
Pilihan Sudah Ditentukan
Rumah Kaca Istana
Baju Pasangan
{1} Ulang Tahun & Kedewasaan
{2} Ulang Tahun & Kedewasaan
Dansa Pertama
Hadiah & Perubahan Status
Lamaran Kesepakatan
Teman atau Lawan?
Pesta Teh Lady
Desakan bagi Ellworth
Penyerangan Wilayah
Wilayah Zest
Sebuah Harapan
Kesadaran & Ketenangan
Langkah Pertama
Taman Ellworth
Luka-Lupa
Tentang Ibu
Sevy-Vicy
Tugas Baru
Perpisahan Manis Sebelum Badai
Morrow Terdeteksi
Duka Malam

Pulang ke Nevius

1.4K 161 42
By B3rryZee

Victoria berjalan melewati lorong istana. Sejak pagi, sudah banyak para bangsawan yang kembali ke kediamannya masing-masing setelah berada di istana cukup lama karena suatu kondisi yang tidak terduga. Sekarang adalah gilirannya untuk menyapa Kaisar sebelum kembali ke Nevius.


"Lady Neville?"


Langkah Victoria terhenti. Ia berbalik guna melihat siapa orang yang telah memanggil namanya itu.


"Oh, Kyle? Senang melihatmu."


"Begitupun Saya, Lady," Kesatria Kyle tersenyum senang, lelaki itu berjalan mendekati Victoria, "Anda sudah akan pulang?"


"Iya. Aku sangat merindukan Nevius."


"Hahaha, sepertinya yang dikatakan oleh Kakak Anda benar. Anda sangat menyukai kediaman Anda, ya."


"Tidak ada tempat yang lebih nyaman selain rumah sendiri, Kesatria Kyle."


"Anda benar, Lady," Kyle mengulurkan tangannya membuat Victoria memandang bingung, "Mari Saya antar ke ruang singgasana. Anda pasti ingin memberi salam pada Kaisar kan?"


Victoria mengangguk pelan. Ia menerima uluran tangan Kyle dengan ragu. Kesatria itu tersenyum lebar. Victoria dapat merasakan tangannya digenggam dengan erat. Entah lah, ini sedikit kurang nyaman. Mungkin karena mereka baru beberapa kali bertemu. Tapi, karena hal ini tidak akan terjadi lagi ke depannya, maka ia biarkan saja.

Mereka berdua berjalan beriringan melewati koridor. Ada banyak hal yang dibahas, terlebih karena Kyle adalah orang yang ramah. Ia mampu membuat Victoria nyaman dan tanpa sadar tertawa kecil menanggapi apa yang laki-laki itu ucapkan.


"Benarkah? Aku tak tahu bahwa Kakak adalah orang yang ceroboh."


"Terkadang pemimpin memang memiliki sikap seperti itu jika sedang terburu-buru."


"Maafkan sikap Kakakku yang menyusahkan kalian."


"Tidak, Lady. Lebih dari itu, beliau adalah sosok yang dapat diandalkan."


Victoria kembali tertawa. Ia senang mendengar banyak cerita tentang Kakaknya selama di perbatasan. Jika ia bertanya langsung, belum tentu Sidern akan langsung menjawabnya.

Putri Duke Neville itu memandang lurus ke depan. Matanya tak sengaja mendapati seorang laki-laki yang sedang berdiri membelakangi mereka. Hanya sekitar lima langkah tersisa, Victoria langsung menyadari sosok tersebut.


"Grand Duke Ellworth?"


Benar saja. Lelaki itu segera berbalik begitu ia memanggil. Ah, sial. Ia sudah sering melihat penampilan Sevaro yang mengenakan setelan formal, tapi hari ini... Entah apa yang membuat ketampanan lelaki itu jadi lebih bersinar. Tentu saja Kesatria Kyle juga tampan hanya saja, matanya tidak bisa melepas fokus dari sosok Sevaro.


"Oh, Kau sudah datang. Ayo, kita harus--" Sevaro menghentikan ucapannya. Ia mengernyit melihat Victoria yang datang bersama dengan Kyle. Ha, apa-apaan tangan mereka yang saling berpegangan itu.


"Grand Duke?" Panggil Kyle, "Apa yang Anda lakukan di sini?"


Sevaro tak langsung menjawab, ia kembali menatap Victoria yang terlihat bingung,
"Kakak Anda meminta Saya untuk menjemput Anda, Lady Neville. Tapi, sepertinya tidak perlu. Kalau begitu Saya pamit."


Eh?
Victoria membulatkan matanya. Ia ingin menahan Sevaro yang terlihat hendak pergi, tetapi gadis itu tak bisa melepaskan tangannya yang sedang dipegang oleh Kyle.


"Grand Duke, tunggu sebentar!"


Sevaro tak menggubris. Lelaki itu tetap melangkahkan kakinya semakin menjauh.


"Kyle lepaskan tanganku!"


"Seperti yang dikatakan Grand Duke, bukankah seseorang harus mengantarkan Anda menemui Kaisar? Waktu semakin sempit, Lady. Percayakan saja pada Saya."


Ah...
Memang benar. Ia sudah ditemani oleh Kyle.
Tapi, apa tidak apa-apa membiarkan Sevaro pergi begitu saja tanpa mendengarkannya berbicara terlebih dulu? Perasaannya tidak nyaman. Lelaki itu telah direpotkan oleh Sidern untuk menjemputnya. Setidaknya Victoria harus berterima kasih.

Putri Duke Neville itu mendengus. Matanya tak lagi menemukan sosok Sevaro di depan sana. Lelaki itu benar-benar sudah pergi, tanpa sempat bagi mereka untuk saling mengucap salam. Padahal setelah ini, mereka mungkin akan sulit untuk bertemu lagi.


Tunggu! Apa yang baru saja Kau pikirkan Victoria.


Gadis itu menggelengkan kepalanya. Ia mengalihkan atensi pada sosok Kyle yang masih setia tersenyum manis kepada nya.


"Haruskah kita melanjutkan perjalanan, Lady?" Tanya Kyle dengan genggaman tangan yang semakin ia eratkan.


Victoria mengangguk pelan,
"...Ya."


Sevaro berjalan cepat menuju tempat latihan. Entah kenapa ia merasa kesal sekali. Di sana, Sorn sedang duduk sambil membuat beberapa boneka dari tanah yang dikeraskan. Rutinitasnya sebagai pemilik kekuatan tanah untuk membuat boneka yang kokoh sebagai alat berlatih para Kesatria Malam.


"Sorn!"


Sorn menoleh,
"Oh hai, Ketua. Apa-"


"Ayo bertarung!"


"-Hah?" Belum sempat ia mencerna, sebuah pedang dilempar ke arahnya. Dengan sigap Sorn menangkap pedang itu, "Tunggu, Ketua. Tiba-tiba?"


Sevaro mengangguk tanpa banyak bicara. Moodnya memburuk secara mendadak. Padahal tadi sebelum bertemu dengan Victoria ia masih baik-baik saja. Sepertinya ada yang tidak beres dengan dirinya. Lelaki itu butuh sesuatu untuk mengalihkan perhatian. Sesuatu untuk menenangkannya.

Grand Duke Muda itu melesat tanpa memberi aba-aba. Beruntunglah Sorn sudah dalam posisi siap. Lelaki itu lumayan kewalahan mengimbangi serangan Sevaro yang begitu menggebu.


"Ketua, apa ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Sevaro di sela-sela pertarungan mereka.


"Tidak."


Pedang bayangan milik Sevaro terus menyerang tanpa ampun. Lelaki itu tak peduli. Ia seakan buta. Sorn telah terpundur hingga setengah lapangan. Anggota Kesatria malam itu terengah. Sevaro seperti sedang kerasukan iblis.



Trang!



Serangan terakhir, pedang milik Sorn sukses terpental di udara, lalu jatuh tertancap tepat di sampingnya yang kini terduduk karena kelelahan.
Sorn menatap ngeri. Salah sedikit, pedang itu pasti sudah tertancap di kakinya.

Sevaro menunduk. Ia menopang tubuhnya dengan pedang. Meski lelah, lelaki itu kembali mengangkat pedangnya dengan kedua mata yang memandang tajam.


"Lagi."


"Apa?!" Teriak Sorn. Ia terkejut bukan main. Tidakkah sang Ketua lihat ia sudah sangat lelah sekarang? Belum sampai lima menit tapi pertarungan mereka sudah berakhir karena Sevaro menyerangnya dengan beringas.


"Lagi, Sorn!"


"Ketua Kau berniat membunuhku? Tidak, Aku tidak mau!"


Mendengar penolakan keras yang dilayangkan oleh Sorn, Sevaro seakan tersadar. Lelaki itu meraup wajahnya kasar. Apa yang baru saja ia lakukan?

Sevaro melirik ke arah Sorn yang terlihat sedikit kesakitan. Telapak tangan anggotanya itu mengeluarkan darah. Sepertinya tersayat saat menahan serangan yang ia berikan. Perasaan bersalah muncul dalam hati.


"Pergilah. Obati lukamu," perintah Grand Duke Muda itu.


"Sebentar, Kau harus menjelaskannya dulu Ketua. Apa yang telah terjadi?"


"Tidak..."


"Kau mengajakku bertarung dengan tiba-tiba. Tidak mungkin tidak ada yang terjadi."


Sevaro mendesah kasar, ia membuang pandangannya. Tak sengaja, ia menatap sebuah bunga mawar merah mekar tak jauh dari tempatnya berdiri. Bayangan diri Victoria yang datang bersama dengan Kyle beberapa waktu lalu melintas di kepalanya. Lelaki itu mengepalkan tangan tanpa disadari.


"Aku... tidak tau," lelaki itu memejamkan mata erat, "Tolong tinggalkan Aku sendiri."


Sorn menatap resah. Jarang sekali ia melihat Ketuanya bereaksi seperti ini. Mungkin, ini adalah pertama kalinya dalam hidup ia melihat sosok Sevaro yang nampak kebingungan akan sesuatu.


Sorn mengangguk singkat,
"Baiklah jika itu yang Ketua inginkan. Aku juga akan mengabari yang lain agar tidak menganggu Ketua untuk sementara waktu."


Sevaro hanya diam. Membiarkan Sorn berlalu pergi meninggalkan dirinya sendirian di tempat latihan. Lelaki itu memilih duduk di bawah pohon, tempat favoritnya untuk menenangkan pikiran. Daun-daun yang berjatuhan memberikan suasana damai. Lelaki itu memandang langit. Wajah Victoria terbayang. Senyum dan tawa manis gadis itu. Hah.


Grand Duke Muda itu dengan cepat bangkit. Tertawa pelan, Sevaro memegangi kepalanya yang serasa berdenyut.




Haaaa, Aku pasti sudah gila!



Kereta kuda keluarga Neville resmi meninggalkan istana kekaisaran. Victoria duduk memandang keluar jendela. Meski singkat, tapi waktu yang dihabiskan selama berada di istana cukup menyenangkan.


"Apa ada sesuatu yang tertinggal?"


Victoria tersentak mendapat pertanyaan dari sang Ibu,
"Ah, tidak. Kenapa Ibu berpikir seperti itu?"


"Entahlah. Matamu seolah menyayangkan sesuatu. Jadi, Aku bertanya kalau saja ada yang Kau tinggalkan di istana."


"Tidak Ibu. Aku hanya... Yah, Ibu tahu? Istana Kekaisaran tidak seburuk yang ku pikirkan."


Victoria tersenyum tipis. Di sisi kanan dan kiri kereta kuda, Ayah dan Kakaknya menunggangi kuda Lusitano. Hanya tinggal sedikit lagi, Duke Neville akan segera membuka portal untuk mereka kembali ke Nevius.


"Nah, nah. Dari pada memikirkan hal yang tidak perlu, bagaimana kalau kita membahas pesta debutante Putri Ibu tersayang?"


Victoria memiringkan kepalanya,
"Bukankah masih satu bulan lagi?"


"Satu bulan apanya? Tinggal tersisa dua minggu sayang. Ibu tak tahu bagaimana caramu menghitung, tapi waktu yang tersisa sangatlah terbatas untuk menyiapkan semuanya," Duchess Neville menepuk tangannya sekali. Bibirnya menyunggingkan senyum lebar. Perasaan Victoria tak nyaman, sepertinya ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi, "Jadi.. Ibu telah meminta butler untuk menyusun jadwal yang harus dikerjakan setelah kita pulang nanti. Ibu tak sabar. Bersiaplah untuk sibuk Sayang."


APA?
Jadwalnya sudah dibuat?
Oh ya ampun, Victoria sudah berkhayal untuk bermalas-malasan ketika kembali ke Nevius. Tapi apa ini, rasanya ia ingin kembali lagi ke istana saja.


"Besok kita harus ke pergi ke butik untuk memesan gaunmu, setelah itu menyiapkan dekorasi. Tema apa yang Kau inginkan? Air? Itu sudah pasti karena keluarga kita adalah pemilik kekuatan Air tertinggi, tapi apakah ada tema lain yang Kau sukai? Ah, jangan lupa juga untuk menulis daftar orang yang akan Kau undang. Jangan terlalu pemilih, bahkan seorang putri Baron pun boleh hadir."


Victoria merasa mual. Memikirkan betapa sibuknya ia begitu sampai di kediaman rasanya saja sudah tidak sanggup.


"I-ibu... Bisa kita bicarakan ini nanti?"


"Oh, baiklah. Sepertinya Ibu terlalu bersemangat," Duchess Neville tertawa lalu mengelus rambut putrinya sekilas.


Victoria menghela napas lega. Syukurlah Ibu nya mengerti. Setidaknya selama dalam perjalanan pulang, ia tak mau memikirkan apapun tentang persiapan pesta debutante nya. Dua minggu itu adalah waktu yang panjang. Mungkin Duchess Neville terlalu melebih-lebihkan.


"Ekhem... Tapi serius, tema apa yang Kau inginkan sayang?"


"IBUU!"


"Hahaha... Baiklah, baiklah, Maaf."




••~••~••




Sevaro, may I tell u something? Itu kamu lagi kena penyakit, Nak. Namanya penyakit puber. Hihi...
Oh, and Victoria... Kamu beneran gak ninggalin sesuatu nih? I mean like a, big baby boy? ^~^



As usual,
I'll see u next! ❣️

Continue Reading

You'll Also Like

227K 16.4K 61
Arletta Davies kembali terbangun setelah dibunuh dengan keji oleh suami dan keluarganya. Demi membalaskan dendam pada kekejaman keluarga dan mantan s...
513K 23.7K 47
[tahap revisi] "eh masak mati sih cuman kesedak jajan belum ketemu ayang yoongi elah" batin Aileen. Bukannya ke alam baka menemui kedua orang tuany...
237K 26.5K 43
"Jangan pernah berpikir kau bisa lari dariku, tak akan terjadi sekalipun dalam mimpi." ~ Zale Mitnar, pria brengsek yang mengambil satu gadis dari t...
704K 47.5K 62
Nerissa, seorang gadis pengangguran yang sering membaca komik. baginya menamatkan satu serial komik dalam tiga hari adalah sebuah kewajiban. namun se...