Jakarta, Indonesia
MALAM - TAMAN ABHIRAMA
Haru dan bahagia menyelimuti hati Aca dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca. Pria dihadapannya ini adalah satu-satunya orang yang dia percaya dan semuanya terasa mudah jika ia lewati bersamanya. Tidak ada alasan baginya untuk menolak lamaran darinya.
Di sisi lain, Damar menunggu jawaban dari sang kekasih.
"Gimana Aca?" Tanya Damar.
"Iya Damar, tentu aku mau." Jawab Aca dengan lembut.
Jawaban Aca membuat senyum di bibir Damar merekah begitu saja. Rasa lega atas kegelisahan yang kini telah menghilang dan tergantikan dengan penuh rasa syukur.
Damar kemudian meraih sebuah kotak kecil berwarna merah yang ia simpan sedari tadi dalam saku celananya.
Ya! Itu cincin.
Segera Damar memakaikan benda berkilau tersebut pada jari manis Aca. Reflek, Aca langsung memeluk Damar dengan erat. Sedangkan Damar juga membalas pelukan Aca dan membisikkan sesuatu pada telinga Aca.
"Akan aku cintai kamu secara ugal-ugalan." Bisik Damar yang mengundang tawa Aca sambil melepas pelukan Damar.
Plak!
Aca memukul gemas lengan kekasihnya.
"Aduh! Kamu ngga percaya aku bisa lakuin itu?" Goda Damar.
"Percaya Damar. Aku selalu percaya sama pria yang ngga pernah ingkar dengan ucapannya." Ucap Aca dengan senyum manis yang terukir.
"Kita hadapi semua bersama ya." Ucap Damar yang mengakhiri malam itu dengan begitu indah dan berkesan bagi pasangan tersebut.
KEESOKAN HARINYA
PAGI - RUMAH - CARPORT
Kehidupan kakak beradik ini sekarang sudah kembali seperti semula. Damar berangkat kerja dan Ian pergi ke sekolah. Damar kini sedang berada dalam mobil dan siap untuk ke markas, tiba-tiba dihadang oleh Ian. Ian berdiri menghalangi tepat di depan mobil. Aksi adiknya pagi ini cukup membuat Damar penasaran dan kemudian membuka kaca mobilnya.
"Kenapa berdiri di situ? Abang mau berangkat nih." Ucap Damar.
"Nebeng." Singkat Ian.
"Ya Tuhan, kirain kenapa. Yaudah buruan masuk." Damar mempersilahkan, lalu Ian sudah masuk dalam mobil.
Damar melajukan mobilnya menuju ke sekolah untuk mengantar Ian terlebih dahulu.
PAGI - MOBIL - PERJALANAN
Sepanjang perjalanan, Damar melihat Ian yang hanya diam melamun ke arah luar jendela mobil dengan ekspresi datar. Seperti ada yang Ian pikiran atau mungkin sembunyikan.
"Tumben bareng abang, motor kamu kemana?" Tanya Damar yang menyadari bahwa tadi motor Ian tidak terparkir di carport rumah.
"E-euh itu.. Ian service. I-iya aku service." Jawab Ian dengan gugup.
"Service? Bukannya weekend kemaren baru diservice?" Heran Damar.
"I-iya, Ian service biar makin oke." Ucap Ian.
"Beneran?" Tanya Damar memastikan.
"Iyaa bang beneran." Jawab Ian.
"Abang ngga percaya. Abang telfon bengkel langganan kita aja deh, kamu service kesana kan? Abang mau mastiin sendiri." Ucap Damar sambil meraih handphonenya.
Sontak hal tersebut membuat Ian begitu terkejut dan merebut handphone kakaknya.
"Tuh kan, kamu ngga bisa bohongin abang. Sekarang jujur sama abang, motor kamu sebenernya kenapa?" Tanya Damar yang membuat Ian terpojok dan terpaksa untuk berkata jujur.
"Emm itu, ban motor Ian sobek." Ucap Ian lirih.
"Sobek?! Depan sama belakang?" Damar terkejut dan Ian mengangguk.
"Kok bisa? Gimana ceritanya?" Tanya Damar penasaran.
"Ulah geng rese, ngga jelas, dan sok jagoan di kelas yang bego fisika." Jawab Ian yang membuat Damar mengernyitkan dahinya seakan meminta penjelasan lebih.
"Ian dipaksa buat ngerjain tugas hukuman mereka yang dikasih sama Bu Aruna. Yaa Ian ngga mau lah enak aja, yang dihukum siapa, yang ngerjain siapa. Eh ternyata pas kemaren mau pulang sekolah, motor Ian udah sobek bannya depan belakang." Jelas Ian dengan ekspresi datar.
"Kurang ajar!" Umpat Damar yang merasa geram karena mendengar cerita adiknya itu.
"Tapi kamu ngga diapa-apain kan? Ngga dipukul atau gimana gitu?" Khawatir Damar.
"Engga kok bang." Ucap Ian.
"Terus kemaren pulangnya gimana?" Tanya Damar.
"Minta jemput Pak Gede, mana kemaren kan rencananya pulang barengin Naya. Jadi yaa nganterin Naya pulang dulu." Keluh Ian.
"Ck! Nanti biar abang nemuin kepala sekolahmu." Ucap Damar.
"Jangan bang, udah biarin aja. Orang mau lulus juga. Ian ngga mau punya urusan panjang sama anak-anak kayak mereka." Cegah Ian.
Damar mempertimbangkan ucapan Ian dan memilih untuk mengikuti keputusan adiknya.
"Yaudah kalo gitu. Tapi misal kalo mereka berani sampe main fisik, kamu harus bilang sama abang. Janji?" Tegas Damar.
"Iyaa janji." Jawab Ian.
Mereka berdua pun diam sejenak dan Damar kembali membuka pembicaraan. Berhubung Damar pulang ke rumah saat Ian sudah tidur, jadi ia belum sempat memberi tahu kabar baik semalam pada adiknya.
"Emm Ian." Panggil Damar sambil menunjukkan cincin di jari manisnya pada Ian.
Seperti yang diduga, Ian terkejut bukan main. Ia turut bahagia atas kakaknya yang akan menempuh hidup baru.
"ABANG?! WIDIHHH SELAMAT YAA. IAN IKUT SENENG!" Ucap Ian dengan antusiasnya dan Damar tersenyum melihat adiknya yang begitu ekspresif.
"Kapan ngelamarnya?" Tanya Ian penasaran.
"Semalem di Taman Abhirama." Jawab Damar.
"Akhirnya abang Ian mau nikah hehe. Semoga dilancarin semua urusannya kedepan. Sekali lagi selamat yaa bang!" Ucap Ian yang turut bahagia dengan kabar baik dari kakaknya.
"Iyaa aamiin, terima kasih yaa." Balas Damar akan respon hangat dari adiknya.
"Oh iya, nanti malem ada acara barbeque an di rumah gapapa kan?" Tanya Damar.
"Gapapaa, seru malah biar rame. Abang ngundang siapa aja emang?" Ucap Ian.
"Yaa cuma temen-temen deket Abang sama Kak Aca aja. Ajak Naya juga ya." Jawab Damar.
"Ohh oke." Ucap Ian setuju.
PAGI - SMA NUSANTARA
Tak lama kemudian, mereka sampai di SMA Nusantara.
"Dah nyampe, sekolah yang bener ya." Pesan Damar.
"Iyaa, Ian masuk dulu." Ucap Ian sambil menyalami Damar.
"Heh inget, kalo mereka main fisik, kamu mesti bilang abang." Tegas Damar dengan menahan tangan Ian sejenak.
"Iyaa, siap bos! Assalamualaikum." Pamit Ian.
"Waalaikumsalam." Damar menjawab salam.
Damar memperhatikan Ian sampai memasuki lobby sekolah.
"Banyak banget hal yang dia pendem sendiri." Batin Damar.
Damar lalu melajukan mobilnya pergi berlalu dari sekolah menuju lokasi tugas.
SIANG - BENGKEL TERBENGKALAI
Bukan sembarang bengkel yang baru saja tim Damar grebek, karena bengkel ini adalah basecamp rahasia yang menjadi tempat transaksi jual beli senjata ilegal. Memang bukan misi besar seperti 'Clairevoyant', tapi misi-misi kecil inilah yang "dirindukan" oleh Damar. Meski begitu, misi seperti ini sama saja tetap memerlukan profesionalitas setiap anggota.
Setelah penggrebekan berhasil dan barang bukti telah diamankan, Damar yang hendak melepas bulletproof vest nya atau rompi anti pelurunya pun dikejutkan dengan nada dering handphonenya.
Ia heran melihat nama penelfon yang tertera, namun dengan segera Damar menerima panggilan tersebut.
"Waalaikumsalam, ada apa ya Bu?" Ucap Damar tanpa basa-basi.
"Apa?! Kok bisa?" Respon Damar dengan nada sedikit meninggi.
Aji yang memperhatikan Damar menerima telfon pun jadi ikut penasaran.
"Ya sudah, saya kesana." Ucap Damar yang kesal dan mengakhiri panggilan secara sepihak.
"Kenapa Mar? Kok emosi gitu gua liat." Tanya Aji.
"Ian." Ucap Damar sambil melepas bulletproof vest nya yang sempat urung dia lepas.
"Ian? Kenapa brodie gua? Ada masalah di sekolah?" Lanjut Aji bertanya.
"Yoi, berantem. Gua ngga tau detailnya gimana, makanya ini gua mau jemput dia. Gua pamit duluan ya." Pamit Damar yang bergegas menuju ke sekolah Ian.
"Eh jangan lupa entar malem ke rumah gua ya sama anggota yang lain." Pesan Damar mengingatkan.
"Siappp, gua abisin entar barbeque an lu." Ucap Aji.
Damar dan Aca memang telah mengundang orang-orang terdekat mereka untuk menghadiri Barbeque Party di rumah Damar nanti malam.
SIANG - SMA NUSANTARA
Damar yang berjalan di lorong menuju ruang BK dari kejauhan melihat Ian duduk menunggu diluar ruangan. Ia segera berlari menghampiri Ian yang tertunduk dengan tas ransel dipunggungnya.
Ian yang menyadari kedatangan seseorang dan sudah berdiri dihadapannya pun tetap memilih untuk menunduk.
"Ian? Liat abang." Perintah Damar.
Ian kemudian mendongakkan kepala dan memperlihatkan luka memar di sudut mata kirinya dan ditepi bibir sebelah kanan. Keadaan Ian ini memicu amarah Damar.
"Ini gara-gara hal yang sama? Yang kamu ceritain tadi pagi?" Tanya Damar dan Ian hanya mengangguk.
"Siapa yang mulai duluan?" Lanjut Damar bertanya.
"Rafa." Singkat Ian.
Mengetahui itu, benar-benar membuat Damar murka. Ia akan hadapi siapapun yang berani melukai adik satu-satunya, termasuk siapapun yang ada didalam ruang BK tersebut. Ian kemudian masuk ke ruang BK didampingi oleh Damar.
SIANG - SMA NUSANTARA - RUANG BK
Saat memasuki ruangan tersebut, mereka berdua melihat ada guru Konseling, Bu Aruna, Rafa dan empat kawannya yang didampingi wali masing-masing.
"Permisi, Saya Bu Salamah, guru konseling yang akan mendampingi jalannya pertemuan pada siang ini. Dengan Mas Damar, kakak dari Adrian betul?" Sambut ramah Bu Salamah yang mengulurkan tangan untuk bersalaman.
"Iyaa betul." Singkat Damar sambil menjabat tangan Bu Salamah.
"Baik, silahkan duduk terlebih dahulu pak." Bu Salamah mempersilahkan.
Belum sempat Ian dan Damar duduk, ada salah satu wali murid yang tiba-tiba berdiri, yang mana itu adalah Ibu Rafa.
"Heh! Mas! Bilangin tuh adeknya! Main pukul anak orang aja! Diajarin tata krama ngga sih sama ibunya! Jadi anak kok kasar banget!" Ibu Rafa mencaci maki di hadapan Damar.
Dengan Ibu Rafa yang bersikap demikian, membuat Damar dengan mudah mengetahui bagaimana cara menghadapi orang seperti beliau. Damar dengan postur tubuh yang tegap dan wajahnya yang terlihat tegas, memberi tatapan tajam. Sebisa mungkin ia menjaga sikapnya agar tetap tenang dan merespon dengan kepala dingin.
"Sopan Anda bicara seperti itu?" Ucap Damar dengan ekspresi datar.
"Ibu, saya mohon untuk duduk terlebih dahulu, kita bicarakan dengan baik-baik yaa." Lerai Bu Salamah.
Lalu mereka semua pun duduk di tempat yang sudah disediakan dan Bu Salamah memulai pertemuan.
"Baik, saya ingin tau cerita dari Rafa dulu. Bagaimana kronologinya Rafa?" Tanya Bu Salamah.
"Ian yang mulai duluan Bu. Kami berlima lagi nongkrong di belakang sekolah. Terus Ian nih tiba-tiba dateng mukul saya sama nyerang temen-temen saya membabi buta Bu. Sumpah ini mah, saya juga ngga tau alasan dia apa kayak gitu." Jelas Rafa.
"Tuh kan emang jelek kelakuannya, biar apa sih kamu mukulin anak saya. Biar keren? Hah?" Sahut Ibu Rafa.
"Ibu diam dulu. Saya tanya Rafa, bukan Ibu ya." Tegas Bu Salamah.
"Saya lanjut ya, lalu temen-temen yang lain juga sama dengan Rafa ceritanya?" Tanya Bu Salamah pada empat kawan Rafa.
"Sama Bu, bener yang dibilang sama Rafa. Emang aneh nih anak Bu, main pukul aja. Padahal kita lagi diem-diem aja loh Bu." Ucap salah satu teman Rafa yang diiyakan oleh yang lainnya.
Damar yang sangat mengetahui bagaimana ciri-ciri orang berbohong pun tahu betul jika mendengar jawaban dan melihat ekspresi serta gestur mereka saat menjawab, jelas mereka bohong.
"Oke, sekarang saya ingin tau cerita dari sisi Adrian. Bagaimana nak?" Tanya Bu Salamah.
"Kita bisa cek sama-sama CCTV bagian samping Kantor Pajak sebelah. CCTV nya menjangkau area titik buta di belakang sekolah tempat kejadian. Itu bukti yang bisa saya sertakan Bu, terima kasih." Ucap Ian dengan sangat yakin dan tegas.
"Bagus! Adek gua nih!" Batin Damar yang bangga dengan Ian sekaligus yakin bahwa adiknya tidak bersalah.
Bu Salamah pun dengan segera menyuruh security untuk meminta hasil rekaman CCTV waktu kejadian pada Kantor Pajak sebelah yang berada dibelakang sekolah.
Sementara Rafa dan teman-temannya saling melempar tatapan, seakan takut dengan adanya bukti yang tidak mereka ketahui untuk antisipasi.
"Mampus lu semua! Haha panik kau dek?" Batin Damar sangat puas melihat gestur mereka.
"Sambil menunggu bukti CCTV, saya mau tanya lebih detail. Awal permasalahannya bagaimana Adrian?" Tanya Bu Salamah lagi.
"Kemarin saya dipaksa untuk mengerjakan tugas hukuman mereka dari Bu Aruna dan saya menolak, saya tidak mau. Alhasil mereka tidak terima dan melampiaskannya pada motor saya. Saya akhirnya memilih untuk diam saja dan tidak ingin memperpanjang masalah. Tapi ternyata hari ini mereka dapat hukuman tambahan karena tidak mengerjakan tugas hukuman mereka, jadi saya rasa mereka menyalahkan saya karena menolak paksaan mereka. Lalu tadi setelah saya dari kantin, mereka langsung bawa saya ke belakang sekolah dan selebihnya nanti bisa dilihat pada bukti CCTV." Pengakuan Ian panjang lebar.
Rafa dan teman-temannya merasa tidak suka dengan pengakuan Ian, kesal dan takut menjadi satu rasanya. Sementara para wali juga mulai ragu dengan pengakuan anak-anak mereka. Di sisi lain, Damar menyimak pengakuan Ian yang menurutnya jujur tanpa ada penambahan ataupun pengurangan.
"Adek gua dilawan, ketar-ketir kan lu pada?" Batin Damar kagum dengan Ian yang bisa dan berani menghadapi masalahnya sendiri tanpa bantuan dari kakaknya.
Tak butuh waktu lama, security pun kembali dengan membawa salinan file hasil rekaman CCTV Kantor Pajak sebelah. Setelah itu mereka menyaksikannya bersama-sama melalui layar proyektor.
---o---
POV IAN
SIANG - SMA NUSANTARA - LORONG SEKOLAH
Ian yang baru saja kembali dari kantin menuju ke kelasnya tiba-tiba dihadang oleh Rafa dan teman-temannya.
"Wetsss mau kemana? Ikut kita dulu." Ucap Rafa sambil merangkul paksa Ian dan mengajaknya ke area belakang sekolah tanpa memberi Ian kesempatan untuk menolak, meski Rafa sedikit kesusahan merangkul Ian yang posturnya lebih tinggi dari Rafa.
SIANG - SMA NUSANTARA - AREA BELAKANG SEKOLAH
"Ini titik buta area sekolah, jadi ngga ada CCTV yang menjangkau area belakang ini. Itu artinya, apapun yang terjadi sama lu setelah ini lu ngga akan punya bukti apapun!" Ucap Rafa yang tidak membuat gentar Ian ketika ia melihat adanya CCTV pada Kantor Pajak sebelah yang menjangkau area belakang sekolah tempat dimana Ian dan Rafa beserta teman-temannya berdiri sekarang.
Rafa kemudian mendorong keras Ian ke arah tembok dan memojokkannya, diikuti teman-teman Rafa yang mengepung Ian.
"Gua bilangin ya, lu tuh kalo disuruh nurut aja kenapa sih! Gara-gara lu ngga mau ngerjain tugas hukuman kita, kita jadi dikasih hukuman tambahan lagi sama Bu Aruna ya anjing! Kita-" Ucap Rafa terjeda.
"Ya resiko kalian lah, kenapa jadi gara-gara gua. Aneh lu, dah ah gua mau balik kelas." Ucap Ian memotong pembicaraan Rafa karena tak terima dan merasa tidakan Rafa saat ini sangat tidak penting, sehingga membuat Ian ingin berlalu pergi.
Bugh!
Rafa pun emosi dan tiba-tiba memukul wajah Ian. Lalu..
BUGH!
Tak ingin kalah, Ian pun membalas pukulan Rafa dengan lebih keras dan menyakitkan bagi Rafa, sampai-sampai tubuh Rafa tersungkur.
Melihat Rafa jatuh membuat keempat teman Rafa juga tak terima. Perkelahian pun tak terhindarkan.
Ian harus melawan keempat teman Rafa yang berusaha menyerangnya dari berbeda arah. Ian yang tidak begitu pandai dengan teori beladiri pun melawan mereka sebisa mungkin menurut sepengetahuannya.
Sungguh diluar dugaan Ian sendiri, ia berhasil menaklukkan Rafa dan teman-temannya. Walaupun Ian juga menerima beberapa pukulan, tapi setidaknya ia menang. Namun dengan cepat mereka bangkit yang membuat Ian memutuskan lebih baik lari.
"Woi! Mau lari kemana lu!" Teriak Rafa yang mengajak teman-temannya mengejar Ian.
Ian kemudian lari melewati lorong-lorong sekolah dan memilih untuk bersembunyi di suatu ruangan, namun Ian tidak memperhatikan ruangan apa yang ia masuki.
Ia masuk ruangan tersebut dan menutup pintu ruangan itu kembali. Dengan nafas yang terengah-engah, Ian mendudukkan dirinya begitu saja sambil memejamkan mata karena merasa sepertinya sudah aman.
Sedangkan Rafa dan teman-temannya telah kehilangan jejak Ian untuk ditemukan.
"Adrian?" Panggil seseorang yang membuat Ian terkejut dan membuka mata untuk mengetahui siapa orang yang memanggilnya.
"Loh Bu Salamah? Kok Ibu ada disini. Ibu ngapain?" Tanya Ian yang merasa heran dan belum sadar.
"Justru Ibu yang harusnya tanya ngapain kamu disini?" Bu Salamah balik bertanya.
Ian yang kebingungan pun melihat seluruh penjuru ruangan yang dimasukinya.
"Loh ini ruang BK?" Tanya Ian yang mendapat anggukan dari Bu Salamah.
SIANG - SMA NUSANTARA - RUANG BK
"Ah syukurlah, Ibu tolong saya. Tolong panggilkan Bu Aruna kesini. Saya mohon tolong saya Bu." Pinta Ian. Bu Salamah pun merasa aneh dengan permintaan Ian, seperti ada yang tidak beres.
Bu Salamah kemudian mendekat dan baru melihat jelas luka lebam di wajah Ian.
"Kamu kenapa nak? Kok lebam gini?" Tanya Bu Salamah khawatir dengan muridnya.
"Panjang ceritanya Bu, tapi sekarang tolong panggilkan Bu Aruna lebih dulu Bu. Tolong." Pungkas Ian yang permintaannya dituruti oleh Bu Salamah. Ia menelfon Bu Aruna untuk segera datang ke ruang BK.
---o---
Sampailah kembali pada momen dimana para guru, wali murid, dan murid yang bersangkutan telah menyaksikan hasil rekaman CCTV Kantor Pajak sebelah bersama-sama. Bukti yang memvalidasi kebenaran cerita dari sisi Ian yang sesuai dengan fakta pada hasil rekaman CCTV tersebut.
Rafa dan teman-temannya hanya menunduk ketakutan. Sementara para wali murid merasa malu karena anak-anak mereka terbukti berbohong, kecuali Ibu Rafa yang justru sangat kesal dengan Ian dan Damar.
"Bilangin tuh anaknya Bu.. Jangan main pukul aja.. Diajarin tata krama ngga sih sama ibunya.. Jadi anak kok kasar banget.." Sarkas Damar yang membalik kata-kata Ibu Rafa yang semakin membuat beliau marah.
Dengan demikian, Rafa dan teman-temannya pun diskors serta mendapat poin sanksi sesuai pelanggaran yang mereka lakukan.
Usai pertemuan, Ibu Rafa dan Rafa menghampiri Damar dan Ian.
"Awas kalian ya! Kalian berurusan dengan keluarga yang salah!" Ancam Ibu Rafa.
"Rafa Sudiotomo. Sudiotomo? Budi Sudiotomo pemilik tambang emas itu?" Ucap Damar yang justru salah fokus dengan nama belakang Rafa pada nametag nya.
"Ya! Benar itu! Jadi kamu tau kan bermasalah dengan siapa!" Lanjut Ibu Rafa dan Damar hanya mengangguk dengan tersenyum.
"Baik kalau begitu, sampai jumpa di lain waktu ya Bu. Saya sama Ian pamit dulu." Ucap Damar yang kemudian pergi dan diikuti oleh Ian.
SORE - SMA NUSANTARA - BASEMENT
Damar masuk ke mobil, begitu juga Ian. Tetapi Ian memilih untuk duduk di seat belakang.
"Loh kok duduk di belakang?" Tanya Damar.
"Ian mau tidur, capek." Singkat Ian yang kemudian merebahkan tubuhnya meski tidak begitu muat karena Ian terlalu tinggi.
"Bang? Abang ngga takut sama anceman Ibunya Rafa tadi?" Tanya Ian.
"Engga sama sekali. Orang bapaknya Rafa mafia berdasi, bentar lagi juga ketangkep. Tambangnya ilegal." Ucap Damar dengan santai.
"Dah ah, kita jemput Kak Aca dulu ya." Pungkas Damar.
"Iyaa." Jawab Ian.
SORE - RS. BATIK - BASEMENT
Damar langsung mempersilahkan Aca untuk memasuki mobil dan Aca sedikit terkejut dengan Ian yang tertidur pulas di seat belakang.
"Loh kenapa dia?" Tanya Aca.
"Abis berantem. Nanti minta tolong obatin dia ya." Jawab Damar.
"Ohh berantem. Iya iyaa nanti aku obatin." Ucap Aca.
"Sudah siap Nona?" Tanya Damar.
"Sudahh Tuan." Jawab Aca.
"Okee, meluncurr." Ucap Damar.
MALAM - RUMAH
Sesampainya di rumah, Ian langsung diobati oleh Aca di sofa.
"Awwstt pelan-pelan kak." Protes Ian.
"Ini udah pelan, emang berantem gara-gara apa sih ini?" Tanya Aca.
Ian pun bercerita panjang lebar dan Damar juga ikut mendengar percakapan mereka sambil membantu Regas menyiapkan acara Barbeque Party malam ini.
"Ohh gitu, kerenn. Pasti abang kamu langsung jumawa banget ituu." Ucap Aca.
"Hm bukan lagi, Ibunya Rafa aja disarkasin sama abang." Imbuh Ian.
"Iyaa lahh, enak aja. Lagian sukanya nuduh, nyerocos ngga jelas. Mana mukanya pada kocak banget abis liat rekaman CCTV hahaha. Biar mampus kena ulti adek gua." Sahut Damar, sementara Ian dan Aca hanya geleng-geleng mendengar ucapan Damar.
Damar kemudian mendekat pada Ian dan Aca.
"Eh inget ya kalian berdua, jangan sampe Naya sama Dokter Eliza tau tentang profesi kami yang sebenernya ya. Okey?" Pesan Damar pada Ian dan Aca.
"Siapp bang!" Sanggup Ian.
"Iyaa sayang." Ucap Aca.
"Udah." Ucap Aca selesai mengobati.
"Makasih ya kak." Ucap Ian.
"Iyaa, sama-sama." Balas Aca yang kemudian ikut membantu Damar dan Regas.
Tak lama setelah selesai diobati, Naya datang.
"Assalamualaikum!" Salam Naya.
"Waalaikumsalam." Jawab mereka serempak.
"Gimana keadaan kamu? Aku tadi tau dari cerita anak-anak. Rame banget tau." Tanya Naya khawatir sambil duduk di sebelah Ian.
"Aku gapapa kok, cuma lebam dikit. Eh tapi jadi topik gosip orang-orang dong?" Ucap Ian.
"Iyaa, gosip jelek buat Rafa sama temen-temennya. Kalo kamu mah makin banyak fansnya, banyak tuh cewek-cewek yang makin terkagum-kagum sama kamu." Ucap Naya dengan intonasi dan ekspresi yang berbeda.
"Ihh kenapa tiba-tiba mukanya ditekuk gituu, ooo cemburu yaa?" Ian menerka-nerka.
"Iya cemburu! Puas!" Ucap Naya kesal.
Ian memegang kedua tangan Naya agar menatapnya.
"Naya hey, liat aku. Aku cuma mau kamu, ngga ada yang lain. Kamu kan tau sendiri kalo aku takut dicaplok sama cewek modelan ani-ani kayak di sekolah. Jadi ngga perlu cemburu yaa, Cantik!" Ucap Ian menenangkan.
MALAM - RUMAH - HALAMAN BELAKANG
Acara Barbeque Party di rumah seperti ini merupakan hal yang langka bagi keluarga Damar, pasalnya ini bahkan kali pertama diadakannya acara seperti ini. Semua orang yang Damar dan Aca undang telah datang, namun tidak ada yang tau tujuan utama diadakannya acara tersebut.
Dari semua undangan yang datang, mata Damar tertuju pada gadis kecil yang pernah ia temui sebelumnya.
"Sayang, yuk ikut aku bentar nemuin tamu paling istimewa." Ajak Damar yang menggandeng tangan Aca yang merasa penasaran.
"Halo Ara! Ihh cantik banget kamu! Sini gendong Om Damar." Ara langsung ingin digendong oleh Damar.
"Eh Ara, kenalin nih kakak cantik. Namanya Kak Raya." Damar mengenalkan Aca pada Ara.
"Hai Kak Laya." Ucap Ara yang membuat Aca sangat gemas.
"Hai juga Araa, kamu lucu banget sihh." Ucap Aca.
"Maaf yaa kita datengnya agak telat." Ucap Bima.
"Ah gapapa, yang penting kesininya sama Ara ya kan?" Ucap Damar pada Ara yang hanya mengangguk setuju.
Malam yang cerah dan suasana yang mendukung ini melengkapi momen langka seperti saat ini. Semua orang kini telah duduk dan menikmati hidangan di satu meja yang panjang dan besar. Damar dan Aca kemudian berdiri bersamaan.
Ting Ting Ting!
Bunyi gelas yang Damar ketuk pelan dengan sendok supaya mendapat perhatian dari orang terdekat yang telah diundang. Sekarang semua mata tertuju pada pasangan yang telah berdiri.
"Terima kasih sebelumnya buat kalian semua yang sudah bersedia hadir di acara sederhana dan kecil-kecilan ini. Disini dan saat ini, saya dan Aca ingin memberi kabar baik." Ucap Damar sambil mengajak Aca untuk menunjukkan cincin tunangan yang mereka gunakan sejak semalam.
Semua yang hadir dibuat terperangah dan antusias dengan kabar pertunangan dari Damar dan Aca. Disambut dengan sorak dan tepuk tangan yang meriah membuat keduanya salah tingkah. Begitu juga ucapan selamat yang terdengar ramai.
"Dannn masih ada nih kabar baiknya lagi. Jadii, dalam waktu dekat, kami akan melangsungkan pernikahan dan semua yang hadir malam ini kami undang untuk datang di acara kami nanti." Ucap Damar sambil merangkul bahu Aca.
Kabar tersebut membuat semua yang hadir berdiri dari kursi mereka. Senang rasanya melihat respon dari orang-orang terdekat mereka yang ikut merayakan kebahagiaan mereka. Dimana suka cita menemani jalannya acara mereka hingga selesai.
Semua orang kini ikut bernyanyi bersama Ian dan Naya yang diiringi oleh Aji. Namun saat mengedarkan pandangannya, Damar melihat Elang yang seperti melaporkan sesuatu, namun ia tidak bisa mendengarkan pembicaraan Elang karena posisi mereka berjauhan.
"Mereka sudah tunangan dan akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat Om." Ucap Elang melalui earpiece yang hampir tidak terlihat.
"Baiklah, saya rasa sudah waktunya untuk kembali."
Bersambung...
oOo
[YEAY TUNANGAN! STAYTUNE BUAT KELANJUTANNYA YAA. SALAM DAMAI PEMBACA LAMUNAN!]