Istriku
panggilan tak terjawab dari Istriku
kamu ada nelpon yang?
ada (≡^∇^≡)
kenapa?
nggak😺😼
om sayang kapan pulang ˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙
ini udh mau pulang
mau nitip sesuatu?
❌❌❌🚼
lah trus apa
oh aku tau
kangen ya?
adadeh😺😺😺
om sayang cepetan pulang yaa!!!
aku tunggu!!!(๑•̀д•́๑)
iya
aku naik motor dulu
okeyy om sayangლ(◉❥◉ ლ)
-
Tak terasa usia pernikahan Targa dan Jeci sudah 2 setengah tahun. Tak banyak yang berubah, hanya saja pengetahuan Jeci tentang masakan setiap hari semakin bertambah.
Pernah sekali sifat Jeci tiba-tiba berubah. Yang awalnya suka ngumpulin mainan, menjadi tidak suka. Yang awalnya tiap habis masakin Targa makanan Jeci selalu nonton kartun, kini tontonannya berubah menjadi sinetron.
Karena heran Targa pun menanyakan apa yang membuat Istrinya tiba-tiba berubah. Rupanya dia lagi ngikutin sifat Airin. Kebetulan Airin sudah menikah, dan Jeci pernah melihat sekali Airin sedang bermesraan dengan Suaminya, dan Suami Airin keliatan sangat sayang pada Airin. Makanya Jeci pengen ngikutin biar Targa tambah sayang sama dia.
Targa terheran, emang selama ini sayang dia ke Jeci itu tak terlihat kah di mata Jeci? Sampai sampai Jeci mau berubah biar dirinya tambah sayang.
Maka dari itu sebisa mungkin Targa mengembalikan sifat Jeci yang dulu. Targa nggak mau Istrinya dewasa, Targa lebih suka Jeci yang seperti anak anak, karena itu sangat lucu, imut, dan gemes di mata Targa.
Targa sudah menjelaskan ke Jeci bahwa dia tak masalah sifat Jeci kaya apa aja, karena dia akan selalu sayang dan akan selalu bertambah rasa sayang nya ke Jeci.
Memang dulu tipe Targa adalah wanita yang dewasa. Tapi itu sudah berubah semenjak Jeci menjadi Istrinya. Tipe Targa adalah Jeci. Memang banyak di luaran sana yang sifatnya juga lucu, tapi kalo dia bukan Jeci, percuma saja.
Tentang masalah anak, sebenarnya seringkali Jeci terus menyalahkan dirinya karena sampai sekarang Jeci belum juga ada tanda tanda kehamilan.
"Jangan jangan gara gara aku jatuh, aku jadinya nggak bisa punya dedek lagi?"
Namun Targa terus bilang, "Sayang, mungkin aja emang belum sekarang waktunya. Ini bukan salah kamu, berarti kita memang belum dikasih kepercayaan sama yang di atas. Jadi kita nikmatin waktu berdua kita dulu sebanyak-banyaknya."
-
Targa memarkirkan sepeda motor dihalaman Rumah. Sudah setengah tahun Targa dan Jeci keluar dari Apartemen yang di belikan Papinya Jeci dulu ke Rumah baru yang Targa beli.
"Sayang."
Targa mengetuk pintu Rumahnya, menunggu Jeci untuk membukakan pintu.
Pintu terbuka menampilkan Jeci yang menyambutnya dengan senyuman lebar.
Melihat pakaian Istrinya, Targa sedikit kecewa dengan ekspetasi dia sepanjang jalan tadi. Targa kira Jeci yang menyuruhnya untuk cepat cepat pulang itu karena ingin menyambutnya dengan pakaian Sexy, rupanya tidak.
"Om sayang, aku ada kejutan!" Jeci menarik tangan Targa agar masuk kedalam Rumah.
"Kejutan apa?" Tanya Targa.
"Bentar ya." Jeci mengunci pintu Rumahnya terlebih dahulu, lalu menarik Targa untuk masuk ke dalam kamar mereka berdua.
"Itu." Jeci menunjuk kotak kecil yang terletak di atas kasur.
"Kado siapa Je?"
"Ambil aja, buat Om sayang itu."
Targa berjalan ke kasur, ia duduk dulu lalu mengambil kotak kecil. Jeci juga ikut duduk di sampingnya.
Targa membuka penutup kotaknya, ternyata ada sesuatu yang dibungkus dengan tisu. Targa pun membuka tisu nya. Jantung Targa rasanya berhenti sebentar ketika melihat apa benda yang terbungkus tisu tadi. "Sayang ini beneran?" Tanya Targa memastikan.
Jeci mengangguk.
Didalam kotak itu ada testpack yang sudah ada tanda 2 garis merahnya, yang berarti saat ini Istrinya sedang hamil.
Targa langsung memeluk Jeci dengan begitu erat. Air mata terharu mengalir di pipi Targa. Ia sangat bersyukur masih diberi kepercayaan untuk memiliki anak.
Targa menghapus air matanya. Kemudian Targa menatap Jeci, "jadi ini tadi kenapa kamu telpon aku?"
Jeci mengangguk tersenyum. Sebenarnya dia menelpon Targa tadi gara-gara muntah terus. Namun dia langsung ingat pesan Mami dan Ibu Targa, kalo Jeci muntah muntah langsung periksa aja pakai testpack. Makanya Targa dan Jeci punya stok banyak untuk testpack, mereka nggak tau kapan aja Jeci bisa muntah muntah, dan harus berapa banyak testpack yang bakal Jeci keluarkan. Dan allhamdulilah muntah muntah yang ini membawa hasil kebahagiaan.
"Mami, Papi sama Ibu udah tau sayang?"
Jeci menggeleng. "Aku mau Om sayang yang tau ini lebih dulu. Aku nggak mau kasih tau mereka dulu, aku nunggu Om yang nomer 1 taunya." Jelas Jeci.
Bibir Targa terangkat. "Makasih Je. Aku senang, bahagia, terharu." Targa kembali membawa Jeci kedalam pelukannya.
Jeci membalas pelukan Targa. "Aku janji aku bakalan jaga dedek bayinya biar nggak kaya dulu lagi."
"Kita jaga sama sama ya calon bayi kita."
-
Setelah memberi tahu kabar bahagia, semua keluarga Jeci beserta Ibu dan Adek Targa langsung ke Rumah Targa dan Jeci.
"Ibu senang dengar kabarnya, selamat ya."
"Mami juga, sayang selamat ya."
"Jadi pas Jeci muntah tadi, Jeci sendiri disini?" Tanya Neni.
Jeci mengangguk.
"Targa kemana?" Tanya Neni lagi.
Mami mendengus, mulai dah pasti.
"Kerja Ni." Jawab Targa.
"Targa, mulai sekarang sesibuk apapun kamu kalo ada telpon ataupun pesan dari Jeci, harus di angkat!" Ucap Neni.
"Neni, untung aja Om nggak angkat telpon Jeci. Jadi Jeci bisa kasih kejutan ke Om." Bela Jeci.
"Iya Jeci sayang, untuk sekarang nggak papa. Tapi kedepannya Targa harus selalu megang ponsel, kalo kamu kenapa kenapa gimana? Neni yang sedih."
"Mom!" Tegur Maminya Jeci. "Sekarang kita lagi bahagia karena kehamilan Jeci, nggak perlu bahas hal yang nggak penting."
"Iya. Targa juga nggak selalu harus pegang ponsel, saya aja kadang ada seharian nggak pegang ponsel karena kerjaan. Lagian Jeci juga sudah dewasa, sekarang aja dia tau cara ngatasinnya kan." Timpal Papi. Lagian mertuanya nih kebiasaan banget, selalu mikir yang berlebihan ke cucunya.
"Saya sama Neni pulang duluan ya." Kiki langsung mengajak Istrinya. Lagian Istrinya ini demen banget julid in Suami cucunya.
Padahal udah pernah ditegur, kalo kita nggak berhak ikut campur urusan Targa dan Jeci. Cukup sekali aja Kiki ngebiarin Neni yang selalu ikut campur untuk ngurusin Jeci.
Sampai pada akhirnya, cucu satu satunya mereka tumbuh dengan sifat yang kekanak-kanakan dan tidak bisa apa apa. Itu karena Neni yang selalu nyuruh Rena untuk memanjakan Jeci. Tak boleh di ajarkan memasak, pertemanan di batasin. Jeci juga terpaksa jadi anak Homeschooling karena Neni takut Jecinya kenapa kenapa di sekolah. Terpaksa Papi dan Mami Jeci nurutin kemauan Neninya.
Setelah kepulangan Kiki dan Neninya, Jeci langsung memeluk Targa. "Om sayang, maafin Neni aku ya?" Bisik Jeci sambil memandang Targa.
"Iya sayang nggak papa."
"Untuk merayakan kehamilan Jeci, gimana kalo kita makan malam di luar?" Tawar Papi.
Semuanya mengangguk menyetujui.
"Boleh tuh."
"Julian yang traktir." Celetuk Papi.
Julian yang diam aja langsung kaget tiba-tiba namanya disebut.
Melihat ekpresi Julian yang lucu, semuanya langsung ketawa.
***
aku double up, jangan lupa kasih feedback nya ya🥰