Argh!..
Sial.. jantungku..
Noya melompat ke bawah, sekarang bahkan ia tidak yakin bahwa ia kan baik baik saja, sinar matahari mulai menyentuh kulitnya dan itu terasa sangat menyiksa
Sebelumnya tidak seperti ini, sekarang ia merasa terbakar oleh sinar matahari itu.
Bruk!!
Noya mendarat di bawah, suaranya sangat nyaring dan keras, ia mulai meringis kesakitan, sekarang kaki nya terluka dan ia tidak bisa meneduh dari sinar matahari begitu pula kemampuan penyembuhan nya menjadi terhambat akibat terus terkena sinar matahari.
Sialan.. bodoh.. apa yang kulakukan.
Sekarang ia terlihat menyesal turun ke bawah, ia kira matahari akan terus membuatnya merasa nyaman namun ternyata sebaliknya.
Terkadang sesuatu yang menghangatkan bisa saja perlahan membakar
Ia memandang tangan nya yang perlahan menjadi serpihan serpihan debu "argh... tidak.. jangan sekarang. Ini sudah berjalan dengan baik. Jangan lagi." Ia memegangi tangannya dengan erat, berharap keajaiban menolongnya
"Kau.. bodoh ya? Apa kau berfikir ingin bunuh diri?" Sang raja datang menghampirinya, noya mulai menatapnya ia hanya terdiam saat melihat ke arah nya.
Sekarang ia benar benar terlihat lemah di hadapan nya, mungkin saja ia akan membunuhnya saat ini juga, tapi itu akan lebih baik daripada harus terus terbakar sinar matahari.
Sang raja terkekeh melihatnya "kau terlihat ketakutan, takut padaku? Atau takut mati?" Sang raja membuka jubahnya dan menutupi tubuh noya dengan jubahnya
Noya terkejut ketika sang raja melakukan nya noya menatapnya percikan di mata menunjukan bahwa ia sedang terluka, perlahan luka di kaki nya mulai sembuh karena bantuan sihir penyembuhan ayahnya
Ia merasa lebih baik sekarang, apakah ia harus berterima kasih..? Ia terlalu keras kepala untuk mengucapkannya.
Lagipula apa tujuan sang raja menolongnya? Tentu saja noya berfikir seperti itu, ia berfikir sang raja melakukan nya hanya untuk kepentingan nya sendiri, mungkin ia akan meminta balas budi?..
Lagipula itu hanya di lakukan oleh orang bodoh.
Siapa juga yang akan berterima kasih pada orang jahat.
Sang raja mengulurkan tangannya pada noya "apa kau akan disini selamanya?" Ucapnya
Noya menolaknya, ia menghempas tangan ayahnya, namun sang raja tetap memaksa memegang tangannya "lepaskan.. kenapa kau tidak membiarkan ku terbakar saja disini?" Ucap noya ia mengalihkan pandangan nya
Sang raja menatap ke arah noya dan hanya terdiam, hingga ia menarik tangan noya untuk berdiri dan membawanya ke suatu tempat.
Ia membawa noya ke makam ibunya yang penuh dengan bunga mawar itu, noya segera melepaskan tangan nya dan hanya terdiam memandangnya
"...bagaimana perasaannya jika kau ikut mati bersama nya?." Ucap sang raja sambil menatap makamnya
Noya terkekeh saat itu juga "lucu, apa baru sekarang kau memikirkan perasaannya? Untuk apa kau melakukan nya? Setelah kau membunuhnya?!." Ucap noya ia menatap ke arah ayahnya, ia terlihat sangat marah, ia merasa di permainkan.
Sang raja tidak menjawab itu hanya membuat noya kesal dan muak "katakan! Kenapa kau-" noya berhenti berteriak ketika ia mulai terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.
"Noya." Sang raja mendekat ke arah noya "maaf.. aku akan memperbaiki nya." Ucap sang raja ia merangkul noya dalam pelukannya
Noya tidak mempercayainya sama sekali, ia tidak ingin membuat kesalahan yang sama dengan yang di perbuat ibunya dahulu
Lagipula ayahnya akan tetap membunuhnya ketika ia dewasa, mau bagaimana pun ia tetaplah anak terkutuk di mata ayahnya
Itu tidak akan merubah segalanya.. perintah dan aturan.. akan tetap berlaku, meskipun ia melanggar banyak peraturan di dunia ini, tapi yang kali ini ia tidak bisa melanggarnya.
Tentu saja, karena dia membenciku.
Namun lagi lagi tubuhnya bergerak sendiri, ia membalas pelukan ayahnya dan merasa aman di dalamnya.. ia tidak tahu memgapa itu terjadi, perasaannya tidak bisa berbohong
"kau tidak perlu memaafkan ku." Ucap sang raja, ia memejamkan matanya dan berharap bahwa istrinya akan hadir dan bergabung bersama mereka
Noya hanya terdiam berharap lepas dari suasana ini, namun ia juga tidak ingin ini berakhir.. setelah 18 kali.. ini pertama kalinya seseorang peduli padanya walau semua itu palsu.
...beraninya.. ibu dan anak tidak ada bedanya.. takan ku biarkan mereka merebut yang mulia.
Sang ratu memperhatikan mereka dari belakang, ia membuka kipasnya dengan lebar dan menutupi seringai di wajahnya, ia pun segera kembali ke dalam.
ׅ͡🍷 ๋⏤ ͡ ׅ͡🍷 ๋ ⏤ ͡ ׅ͡🍷 ๋
Malam harinya pun tiba, vel baru saja menyelesaikan tugasnya bersama para panglima, ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan beristirahat, ini hari paling melelahkan.
Namun saat ia berjalan ke kamarnya sang ratu mencegatnya di jalan "mau kemana kau..? Anak tidak berguna." Sang ratu membelalak ke arah vel dan membawanya ke gudang istana.
"Apa.. apa maksudm-" belum sempat menyelesaikan nya sang ratu menamparnya dengan keras "kau tidak lihat?! Anak wanita sialan itu semakin dekat dengan ayahmu, apa kau mau dia mengambil tahta dan kasih sayang ayahmu?!" Ucap sang ratu
"...aku tidak peduli. Lagipula aku tidak pernah mendapatkan nya sama sekali." Perkataan vel Itu membuat sang ratu jengkel ia menampar vel kembali "sekarang kau berani melawan ibumu ini..? Apa kau lupa apa yang akan ku lakukan pada moon jika kau melawan perintahku?." Perkataan sang ratu itu membuat vel terdiam, ia mengepalkan tangannya.
"Baiklah, maafkan aku, aku akan membuatnya menjauh dari ayah." Vel memegangi wajahnya dan segera keluar dari gudang itu.
"Ingat.. kalau kau gagal.. kau akan tahu akibatnya." Sang ratu membelalak ke arah vel yang telah pergi meninggalkan nya.
Vel menghela nafasnya, ia tidak menyangka akan ada masalah baru padahal hari ini sudah cukup melelahkan untuknya dan ia ingin segera beristirahat, namun masalah baru terus muncul kapan ia akan beristirahat jika begini caranya? Memang ia pikir menjadi putra mahkota semudah itu?
Vel berhenti berjalan ketika ia merasa seseorang berdiri di belakangnya, kemudian ia menoleh ke belakang.
Ia melihat noya disana, noya mememgang erat jubah vel itu membuat vel heran apa yang ia lakukan disini, bukan kah ia seharusnya di kamar? Namun hal lain mengganggu pikiran vel ia mengepalkan tangan nya dan menatap tajam ke arah noya.
Noya terdiam sejenak dan tahu apa yang vel pikirkan tentangnya, tentu saja sekarang ia akan berusaha memisahkan dirinya dan sang raja, noya mendengar semua percakapan sang ratu dan vel di gudang tadi
Mungkin vel akan membencinya lebih dari sebelum sebelumnya, tapi kenapa terlalu noya memikirkannya?.. ia sendiri bahkan tidak tahu, akhir akhir ini ia merasa aneh, seperti sesuatu mengendalikan nya.
"Apa kau membenciku?" Noya melontarkan pertanyaan itu dan membuat vel tercengang dengan pertanyaannya
"... menurutmu?" Vel ber balik arah pada noya dan tetap menatapnya seperti itu, noya menundukan kepalanya "kau membuatku jengkel" vel mengulurkan tangannya dan menggandeng tangan noya.
"Ayo, aku antar ke kamarmu." Vel tersenyum tipis pada noya dan menggandengnya hingga ke kamar noya "...apa aku masalahnya disini?" Ucap noya, ia melepaskan tangannya ketika sampai di depan kamarnya, vel tidak menjawab apapun dan segera pergi meninggalkan noya.
Noya memperhatikan nya, sekarang ia sadar musuhnya bukan mereka tapi wanita sialan itu, ia lah yang harus ia singkirkan pertama tama.
Noya pun masuk ke kamarnya dan berbaring di ranjangnya, berusaha mengistirahatkan tubuhnya itu, ia kembali memandang pergelangan tangannya itu sudah membaik, namun ia tidak bisa terkena sinar matahari lagi.
Noya melihat ke arah langit langit kamarnya, ia mengosongkan pikirannya dan tanpa ia sadari air mata mengalir dari mata nya.
Tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain mengharapkan kebahagiaan..
ׅ͡🍷 ๋⏤ ͡ ׅ͡🍷 ๋ ⏤ ͡ ׅ͡🍷 ๋
N : my baby :(