My Precious Top Star

By WhyppleBlossom

44.8K 6.4K 1.6K

Serial TV melegenda yang berjudul Naruto, akhirnya tamat. Uzumaki Naruto, adalah seorang aktor profesional p... More

Prolog
Bab 1: Apresiasi dan Awal Mula
Bab 2: Kontrak Film Baru
Bab 3: Taruhan Berharga
Bab 4: Permintaan
Bab 5: Tak Terduga
Bab 6: Rival
Bab 7: Keluarga Para Bintang
Bab 8: Kekasih
Bab 9: Sandiwara yang Sempurna
Bab 10: Drama Akhir Tahun
Bab 11: Sepadan
Bab 12: Salah Paham
Bab 13: Insiden
Bab 14: Mantra
Bab 15: Naruto dan Hinata
Bab 16: Perdana
Bab 16.5: Atas Nama Profesionalitas
Bab 17: Mengumumkannya
Bab 18: Bahagia?
Bab 19: Berdua
Bab 20: Bersemi
Bab 21: Tak Terbatas
Bab 22: Jawaban
Bab 23: Bersenyawa 🔞
Bab 24: Tamu Tak Diundang
Bab 25: Fakta Baru
Bab 26: Pertimbangan Yang Rumit
Bab 27: Krisis Kepercayaan
Bab 28: Hati Yang Patah
Bab 29: Bergandengan Tangan
Bab 29.5: Kerja dan Kata Mereka
Bab 30: Ikatan
Bab 31: Mengelak
Bab 32: Perdebatan Suami Istri
Bab 33: Bukti-bukti
Bab 34: Tersudut
Bab 35: Kilas Balik
Bab 36: Terjebak
Bab 37: Berita Buruk
Bab 38: Kekacauan
Bab 39: Berat Siapa Yang Pikul
Bab 39.5: Berita Terkini
Bab 41: Cinta Itu...
Bab 42: Sekaligus
Epilog: My Precious Top Star

Bab 40: Keputusan

1K 140 90
By WhyppleBlossom

My Precious Top Star
Naruto belong to Masashi Kishimoto
Naruto & Hinata Fan Fiction
Don't Like, Don't Read
Tulisan ini tidak sempurna
Semua latar, tempat, penamaan dalam cerita ini hanyalah fiksi
Happy Reading~






Beberapa hari kemudian berita mulai mereda, konferensi yang dilakukan Naruto membuat isu miring tersingkirkan. Tak ingin buru-buru, masih ada 10 hari lagi sampai mediasi dilakukan bersama Sakura dan Sasuke.

Naruto sudah melakukan aktivitasnya sebagai CEO seperti biasa, meski lebih banyak pekerjaan yang ia selesaikan di mansion Namikaze sembari menemani istrinya. Mereka akan tinggal di mansion tersebut setidaknya sampai mediasi selesai dilakukan dan mereka sudah bisa beraktivitas normal.

Pagi itu, Sasori sedang berada di ruang tamu, sengaja datang ke mansion untuk membicarakan mengenai pekerjaan Hinata. Pria itu juga mengatakan bahwa ada satu klien yang masih mempertahankan kontrak kerja.

"Kupikir, semua klien membatalkan kontrak. Tapi, kenapa—?" Hinata masih heran dengan penuturan manajernya. Mulanya berpikir tidak akan melakukan pekerjaan apapun dalam waktu dekat selain karena banyak klien yang membatalkan kontrak kerjasama dengannya, juga karena situasi yang dirasa belum memungkinkan untuk tampil di depan umum.

Akibat pemberitaan kemarin, sejujurnya Hinata menjadi tidak percaya diri untuk langsung menampakkan diri ke muka publik.

"Akimichi sangat menyukai pesta, putri tunggal mereka juga sangat menyukaimu Hinata-san. Hari itu bertepatan dengan ulang tahunnya yang juga merupakan hari besar perusahaan." Terang Sasori. Ia tak memaksa jika Hinata tidak ingin. Namun, jika ada satu kesempatan, tidak ada salahnya.

Akimichi merupakan konglomerat pemilik perusahaan yang bergerak di bidang FnB. Masih menjadi nomor satu dalam urutan 9 naga, posisinya sedikit diatas Namikaze dan Hyuga.

"Tapi, di situasi seperti ini apa tidak akan canggung?"

"Ahh, Akimichi bilang tidak peduli dengan semua pemberitaan kemarin. Mereka ingin Hinata-san tetap tampil. Tapi mereka meminta, agar Hinata-san bisa menampilkan sesuatu yang berbeda dari biasanya." Timpal Sasori.

"Berbeda dari biasanya?"

"Mereka memang hanya meminta Hinata-san menampilkan satu lagu baru. Tapi dengan kesan badass dan savage."

Hinata mengangguk, merasa sanggup dengan permintaan yang seperti tantangan itu. Kebetulan sekali, Hinata sedang menggarap sebuah lagu saat hanya berdiam diri di rumah beberapa hari ini. Lagu itu memang ditulis dalam waktu yang singkat, karena ia menciptakannya saat sedang marah.

Meski demikian, menurutnya lagu tersebut boleh juga jika segera dibawakan. Cocok untuk situasi seperti ini. Hinata yakin, dengan sedikit aransemen ulang, lagu tersebut beberapa hari lagi bisa rampung sekaligus dengan koreografinya.

"Lalu, bagaimana tanggapan agensi?"

"Mereka masih belum ingin memberikan tanggapan. Tsunade-san sendiri merasa tak bisa memutuskan apapun tentang karir Hinata-san kedepan. Mungkin, akan lebih baik jika Hinata-san sendiri yang bicara pada beliau." Ungkap Sasori.

Hinata menarik napas, tidak peduli itu berita baik maupun berita buruk. Jika sudah menyebabkan keributan di media, menjadi kecil kemungkinan untuk seorang selebriti dapat leluasa muncul di layar kaca seperti sebelumnya.

Hinata sudah memikirkannya matang-matang. Naruto sudah membereskan banyak hal demi dirinya. Kali ini, biarlah masa depan karirnya, Hinata sendiri yang tentukan.

**

Hari itu juga, Hinata mendatangi gedung SoulBi, untuk bertemu dengan Tsunade. Kedatangannya membuat wanita paruh baya itu cukup terkejut. Hinata datang bersama Moegi dan Konohamaru, juga Sasori.

Mereka sudah duduk di ruangan Tsunade. Hinata menyeruput teh melati hangat yang disajikan. Lalu menaruhnya dengan hati-hati sebelum angkat bicara.

Suasana mendadak menjadi hening dan canggung.

"Tsunade-san, saya sudah memikirkannya matang-matang. Saya memutuskan untuk keluar dari grup, juga berencana untuk hiatus." Ungkap Hinata terang-terangan.

Tak hanya Tsunade, tiga orang lainnya yang berada disana tak kalah terkejutnya. Tidak ada pembicaraan sama sekali mengenai hal ini, Hinata tak mengatakan apapun bahkan memberi tanda-tanda pun tidak.

"Tapi kenapa? Agensi belum merilis berita apapun. Kau bisa tetap bekerja seperti biasa Hinata-san." Timpal Tsunade berusaha menolak.

"Pandangan media juga masyarakat sudah berubah sekarang. Jadi, kurasa tidak akan menjadi masalah sekalipun kau langsung kembali tampil di layar kaca." Imbuhnya.

Hinata menanggapi penuturan tersebut dengan tersenyum getir, lalu menunduk.

"Tapi saya masih merasa tidak baik-baik saja Tsunade-san. Semua yang terjadi kemarin, membuat kepercayaan diri saya runtuh. Saya merasa orang-orang masih memberikan tatapan jijik juga menunjuk saya. Butuh waktu untuk menjernihkan hati dan pikiran. Selain itu, saya tak ingin bersikap egois."

Meski rumor sudah berhasil ditepis, untuk sekarang tetap saja Hinata merasa dirinya seperti penyakit. Bagaimanapun, pasti grupnya akan kena imbas jika Hinata masih tetap menjadi anggota. Tak ingin membebani grup maupun agensi, memang langkah terbaik untuk saat ini adalah mundur.

"Tapi, mohon ijinkan saya perform di acara yang akan digelar oleh keluarga Akimichi. Akan kugunakan itu sebagai penampilan terakhir kali sebelum hiatus." Pintanya sepenuh hati.

"Memangnya, Hinata-san berencana akan hiatus berapa lama?" Tanya Tsunade.

"Masih belum tahu akan berapa lama, bisa jadi lebih dari 2 tahun." Jawab Hinata membuat semua orang disana menarik napas dengan berat hati.

Jika sudah begini, siapa yang bisa menahannya? Konohamaru tampak begitu sedih. Baginya, tidak masalah jika kehilangan pekerjaan, dirinya bisa mencari. Namun, idolanya harus berhenti sementara seperti ini, membuat semangatnya kendur.

Dia tak akan bisa melihat Hinata di layar kaca, maupun mendengarkan lagu-lagu terbaru yang selalu dinantikannya, untuk waktu sekitar 2 tahun. Itu lama sekali.

"Itu waktu yang cukup lama, akan susah untuk mendapatkan kepopuleran kembali, Hinata-san." Ucap Tsunade, masih berusaha agar artisnya mempertimbangkan lagi.

"Sungguh tidak apa-apa. Tsunade-san bisa mengeluarkanku dari agensi kalau itu diperlukan, aku akan menerima keputusan tersebut." Ungkapnya dengan yakin.

Kali ini, Moegi yang menjadi berkaca-kaca. Tak menyangka jika semua harus menjadi seperti ini. Rasanya baru kemarin ia juga menikmati semua kepopuleran puannya.

"Apa Hinata-san sudah membicarakan ini dengan Naruto-san?" Tanya Tsunade lagi.

Hinata menggeleng, "Suami saya sama sekali belum tahu. Beliau sedang meeting mendadak di kantor. Tapi saya yakin Naruto-san akan mendukung keputusan yang akan saya ambil." Jawabnya dengan yakin.

**

Dalam perjalanan pulang, mobil terdengar begitu hening. Konohamaru dan Moegi yang biasanya sangat berisik, menjadi saling diam. Tak ada satupun sejak tadi yang berminat untuk bersuara, membuat Hinata merasa tak enak juga.

Bukan tanpa perhitungan, Hinata tahu apa yang mereka berdua pikirkan. Tak bermaksud sengaja untuk menghilangkan pekerjaan dua asistennya, ia juga berusaha memberikan kebebasan untuk dua orang itu memilih pekerjaan yang mungkin lebih layak dan menjanjikan dalam jenjang karir mereka.

"Jangan sedih begitu, kalian juga boleh memutuskan untuk bekerja dimana. Aku bisa meminta Naruto-san untuk memindahkan kalian di bawah naungan artis lain." Ungkap Hinata berusaha agar mereka berdua tidak terlalu kecewa.

Moegi mendesah dengan kecewa, "Aku lebih nyaman bekerja dengan Hinata-san dan Naruto-san."

"Aku juga." Sahut Konohamaru dengan raut sedih.

Memang, bekerja sama bersama Moegi dan Konohamaru begitu menyenangkan. Rasanya ingin terus seperti ini saja sampai nanti. Tapi, nyatanya tidak bisa begini terus kan?

Hinata memutar otak, lalu berkata "Hmmmm kalau begitu, aku akan meminta Naruto-san untuk memberikan kalian berdua pekerjaan lain selama aku hiatus."

Moegi dan Konohamaru mengangguk dengan lesu secara bersamaan. Sungguh mereka tidak siap jika harus berpisah dengan pasangan suami istri tersebut. Meski melelahkan, tapi bekerja dengan mereka tidak pernah membosankan.

**

Suasana di mobil sudah mulai mencair, mereka mampir sebentar ke toko es krim dan mochi sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke mansion Namikaze.

Mereka bertiga saling mencicip lalu memuji apa saja yang dibeli barusan, selain bentuknya yang menarik dan unik, rasanya pun juga sangat enak.

"Bagaimana persiapan performance solo Hinata-san nanti? Itu seminggu lagi kan?" Tanya Konohamaru.

Ia sangat kagum dengan Hinata, betapa tidak? Idolanya itu mampu menyiapkan semuanya kurang dari 10 hari. Selain keberuntungan, Hinata juga diberi bakat yang luar biasa. Namun jika mengingat setelah itu idolannya akan hiatus, Konohamaru menjadi kembali lesu.

"Seharusnya, aku diminta sedikiiiitt menurunkan berat badan oleh Sasori-san. Aku sudah mengontrol makanku, juga melakukan sedikit olahraga sejak 2 bulan lalu. Tapi itu tidak berhasil. Berat badanku sama sekali tidak turun." Ungkap Hinata mendadak kesal.

Bukan baru-baru ini, program dietnya sudah dari beberapa bulan yang lalu. Biasanya, Hinata bisa menurunkan berat badan dengan waktu singkat untuk kebutuhan perform tapi sepertinya, itu tidak berhasil sekarang.

"Bahkan stress karena kejadian ini, beratku malah naik 1,5 kg. Bukankah itu sangat aneh?" Imbuhnya lalu melahap satu mochi berukuran besar dalam satu suapan. Pipinya yang menggembung karena penuh dengan makanan, membuatnya tampak seperti marmut sekarang.

Moegi yang melihat itu sedikit terbahak karena puannya terlihat menggemaskan. Bagaimana tidak naik berat badan, jika saat stress pun, beberapa hari ini yang Moegi lihat di mansion, selain tidak banyak beraktivitas, Hinata menjadi lebih banyak makan kudapan?

Bahkan saat konferensi beberapa waktu lalu, wanita itu hampir menghabiskan eskrim satu liter karena gugup menonton suaminya di layar kaca. Lalu berakhir sakit perut karena diare.

"Benar, itu tidak normal. Hinata-san bahkan tidak naik berat badan meski makan banyak. Atau mungkin fast metabolisme Hinata-san sudah mulai mengalami penurunan kemampuan?" Timpal Moegi yang baru ingat bahwa puannya itu termasuk dari golongan perempuan yang sulit naik berat badan meski makan banyak.

"Sepertinya." Jawab Hinata menjadi gelisah, namun mulutnya masih tak berhenti mengunyah.

"Ini berarti, aku harus lebih keras berolahraga, dan lebih ketat melakukan diet. Berhenti makan manis dan tepung-tepungan." Imbuhnya dengan semangat membara.

Konohamaru terkekeh, "Hinata-san bicara serius soal diet tapi dua tangan dan mulut pun masih penuh dengan dessert yang tinggi kalori." Celetuknya.

"Hei, bukankah diet memang selalu mulai besok?" Timpal Hinata merasa tak terima.

"Pffttt hahahahaha."

Ketiganya kemudian terbahak-bahak, sejenak melupakan kesedihan yang sempat mampir.



🧸🧸🧸🧸🧸


Seminggu berlalu dengan cepat, malam sebelum hari H, Hinata telah merebahkan diri di ranjang, sedangkan Naruto duduk di sebelahnya, masih membaca dokumen untuk mediasi esok lusa.

"Apa besok benar-benar tidak masalah? Kau mengeluh sakit perut lagi tadi pagi." Ujar Naruto, melirik sekilas istrinya yang berbaring menggelung dibawah selimut menghadap ke arahnya. Raut mukanya cukup khawatir, namun tak melarang apa yang istrinya itu inginkan.

Hinata memang sudah memberitahu Naruto jauh hari tentang performance besok, juga telah menceritakan tentang pertemuannya dengan pihak agensi seminggu yang lalu. Tak banyak berkomentar, seperti dugaan, Naruto mendukung penuh keputusan istrinya itu.

"Sudah tidak apa-apa sekarang. Persiapannya juga sudah matang. Hanya satu lagu, aku akan menyelesaikannya dengan cepat, lalu langsung pulang untuk kembali rebahan." Terang Hinata sedikit mengantuk.

Naruto terkekeh, lalu menggut-manggut mendengar jawaban lugas sang istri. Lalu, pria itu sedikit melirik, tak yakin dengan apa yang ada di pikirannya sekarang. Namun itu terus mendesak hingga tak tahan lagi untuk terus dipendam.

"Lalu, apa rencanamu setelah ini?" Ucapnya meski tak memiliki keberanian penuh untuk mendengar.

Hinata menatap suaminya sebentar, entah kenapa ia kembali merasa kesal. Lalu mengubah posisi menjadi telentang, tatapannya ke arah lain, sementara tangannya sibuk memilin ujung selimut.

"Sepertinya, aku akan melanjutkan pendidikan di jurusan seni selama hiatus." ujarnya, tanpa pikir panjang.

"Itu ide yang bagus. Ingin dimana? *Gedai? *MAU?" Tawar Naruto menunjukkan dukungannya. *Tokyo University of Arts *Musashino Art University

Tak segera menjawab, Hinata malah merasa semakin kesal. Ia menatap Naruto lagi sejenak, lalu berkata "Aku tidak yakin, tapi rasanya ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri."

Perkataan Hinata sontak membuat Naruto membeku. Bisa jadi maksud Hinata positif, namun apa yang terdengar di telinga pria itu menjadi sangat negatif sekarang.

"Kau ingin kita *LDM?" Tanya Naruto terlihat murung. *Long Distance Marriage

Enggan menjawab, Hinata menatap Naruto dengan tatapan yang sulit diartikan oleh suaminya itu. Membuat Naruto semakin berpikiran buruk.

"Tunggu, kau tidak berpikir untuk berpisah kan?"

Hinata mendengus, lalu memiringkan badan, kali ini memunggungi Naruto yang penuh rasa penasaran.

"Uhmm, tapi Hinata, aku sudah mengatakan pada media kalau kita tidak akan bercerai." Ucapnya kembali terdengar sedih. Tak bersimpati, hal itu malah membuat Hinata semakin merasa kesal.

"Yang ada dipikiran Naruto-san, sekarang hanya ada kata perpisahan ya?" Ungkapnya kemudian.

"Ehh?" Naruto semakin dibuat bingung. Kenapa istrinya itu sangat sensitif akhir-akhir ini?.

"Bukan begitu. Tapi aku merasa sangat digantung sekarang. Apalagi sikap dan ucapanmu selalu terdengar ambigu di telingaku, maaf." Ucapnya, lalu menutup laporan, menaruhnya diatas nakas.

"..."

Naruto ikut memiringkan badannya, lalu menyentuh lengan istrinya itu dengan penuh perasaan.

"Coba beritahu yang jelas. Sejujurnya, kau ingin kita bagaimana? Bercerai atau tidak bercerai? Kalau kau bertanya inginku, sudah sangat jelas jawabannya."

"Kita bahas ini nanti." Timpal Hinata malas.

"Aku tak bisa menunggu jawabanmu lebih lama, Hinata. Karena aku sudah memberimu waktu cukup lama." Protes Naruto tak tahan lagi, merasa status mereka tak kunjung mendapat kejelasan.

"Baiklah. Lusa setelah mediasi selesai." Balasnya sok jual mahal.

"Hmm Oke." Gumamnya merapatkan diri lalu memeluk istrinya hingga keduanya tertidur pulas.






🧸🧸🧸🧸🧸




Pagi ini Hinata sudah berada di lokasi acara. Masih ada beberapa jam lagi sebelum tampil. Sedangkan Naruto sudah membaur dengan tuan rumah dan tamu yang lain.

Acara yang digelar cukup besar, para tamu yang diundang bukan dari kalangan biasa saja. Hampir semua yang datang adalah kolega dan rekan bisnis dari keluarga Akimichi. Para pemilik perusahaan keluarga pun juga berkumpul bak reuni akbar.

Hinata sudah mengenakan outfit sesuai tema lagu yang akan dia bawakan. Dress ketat pendek diatas lutut berwarna hitam polos dengan one off shoulder. Tak lupa ia telah mengenakan celana hitam pendek sebagai lapisan.

Belum dirias, Hinata sudah separuh merebahkan dirinya di sofa ruang makeup dengan lemas. Saat itu, Moegi tergopoh-gopoh datang membawakan air hangat.

"Hinata-san, sebenarnya kenapa?" Tanya Moegi panik.

"Aku merasa K.O. Padahal aku tidak melakukan apapun sejak kemarin." Jawabnya. Padahal sejak kemarin Hinata merasa sudah menjaga stamina. Dirinya memutuskan break latihan sehari setelah digempur lembur menyelesaikan lagu dan koreografi.

"Sudah sarapan kan?" Tanya Moegi lagi.

Namun puannya itu menggeleng, "Tidak ada yang bisa kumakan."

Sementara Moegi menyodorkan air hangat untuk diminum, seorang staff lewat di dekat mereka. Saat staff tersebut sudah tak terlihat didepan mata, tak disangka, Hinata menutup hidungnya.

"Astagaaa aroma apa itu? Hoek." Keluhnya lalu berlari menuju toilet yang ada di dekat sana.

Moegi mengikuti dari belakang dengan cemas, lalu membantu Hinata dengan menepuk punggung.

"Apa Hinata-san masuk angin lagi? Gejalanya mirip saat kita di Okinawa. Kukira yang waktu sudah sembuh." Ujar Moegi tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Beberapa jam lagi akan tampil sedangkan kondisi Hinata seperti ini, bukankah lebih baik batal saja daripada pingsan di panggung?

"Entahlah, itu timbul dan pergi seenaknya." Jawab Hinata setelah membasuh muka dengan air di wastafel.

Moegi seperti menyadari sesuatu, kemudian mengerjap, mulutnya membuka lalu menutup. Merapatkan diri ke badan Hinata, Moegi berbisik, "Apa bulan ini Hinata-san sudah menstruasi?"

Hinata sontak membelalak, menatap asistennya itu dengan panik. Tak menjawab, ia mengeluarkan ponsel dengan tergesa-gesa, lalu masuk ke laman aplikasi flow yang selama ini digunakannya untuk mencatat siklus menstruasi bulanan.

Matanya membelalak semakin lebar saat membaca keterangan yang tertera di aplikasi tersebut.

Mestruasi anda terlambat 20 hari.

"Astaga."

"Ohmy! Hinata-san mungkin hamil." Pekik Moegi menahan suaranya.

"Tapi bisa saja karena aku stress." Tampik Hinata masih belum percaya. Sengaja merendahkan ekpektasi agar tak terlalu kecewa.

"Tapi semua gejalanya ke arah sana. Aku yakin itu positif, Hinata-san." Timpal Moegi masih berbisik.

"...."

Sementara bosnya itu masih termangu, Moegi tak bisa berdiam diri saja. Napas keduanya tersengal-sengal padahal tidak sedang berlari marathon.

"Aku akan ke apotek untuk membeli tespack, Hinata-san jangan kemana-mana, ok?"

Moegi melenggang pergi dengan tergesa-gesa. Meninggalkan Hinata yang masih berdiri di toilet dengan perasaan yang berkecamuk sampai tak bisa memikirkan apapun sekarang. Dipikirannya banyak sekali suara, jika, bagaimana jika—

**

Selang beberapa menit, Moegi kembali dengan membawa kantung dari apotek. Setelah memastikan tak ada siapapun yang berada di toilet itu selain mereka berdua, Moegi meminta Hinata untuk segera melakukan tes.

"Astaga, kau membeli banyak sekali." Ujar Hinata melihat kantung yang tampak berat itu.

"Agar lebih pasti. Aku juga membeli yang paling bagus sesuai rekomendasi apotekernya." Timpal Moegi lalu mendorong tubuh bosnya agar segera masuk ke bilik toilet.

Moegi mengunci pintu paling depan agar tak seorangpun dapat masuk untuk sementara.

Lalu Hinata keluar dengan satu cup air seni miliknya, sedangkan Moegi membantu membuka satu persatu bungkusan dari 5 tespack yang dibelinya.

Dengan jantung berdegup kencang, Hinata mencelupkan satu persatu alat tersebut ke dalam air seni, lalu menaruhnya berjejer di meja wastafel.

Kemudian mereka berdua menunggu. Tak lama,


Pregnant!

"Aakhh!" Hinata memekik masih tak percaya apa yang dilihatnya

"Chotto matte chotto matte, astagaa." Moegi merasa takjub apa yang di hadapannya sekarang. Senyum terlintas di wajahnya sebelum Hinata terdengar gelisah.

"Bagaimana ini Moegi?"

Dengan heran, Moegi menatap Hinata, "Bagaimana apanya? Bukankah itu berita bagus?" Tanyanya dengan perasaan bahagia sekarang.

Namun Hinata menggeleng dengan raut muka yang ditekuk. "Semalam, aku mengatakan pada Naruto-san kalau aku berencana kuliah keluar negeri. Naruto-san juga beranggapan kalau aku ingin kami berpisah." Jawabnya menjadi begitu emosional.

Moegi mengernyit keheranan, "Kenapa Hinata-san bersikap ceroboh begitu? Lalu kenapa tetap membiarkan Naruto-san berasumsi seperti itu?"

"Entahlah entahlah, kenapa aku berkata seperti itu ya? Terkadang melihat wajahnya tiba-tiba membuatku sangat kesal." Jawab Hinata menjambak rambutnya sendiri.

Beberapa hari ini, setiap kali dirinya menatap sang suami sedikit lama, tidak tahu darimana perasaan kesal itu muncul. Sebetulnya Hinata tak serius mengatakan akan kuliah ke luar negeri dan meninggalkan suaminya, namun ada kepuasan tersendiri saat melihat Naruto menunjukkan wajah sedih karenanya.

"Positif semuanya positif. Hinata-san benar-benar hamil." Ujar Moegi benar-benar yakin. Asistennya itu menduga semua keanehan yang terjadi pada Hinata adalah bawaan bayi.

"Uhhh ummm Kita harus ubah koreonya kalau begitu." Usul Hinata tiba-tiba terlihat semakin panik, karena teringat sebentar lagi ia akan tampil.

"Apa tidak apa-apa tetap melanjutkan performance?" Tanya Moegi terlihat cemas.

"Tidak ada pilihan lain. Aku akan berusaha meminimalisir gerakan, dan tidak menggunakan sepatu berhak tinggi. Moegi, Tanyakan tim wardrobe apakah punya sejenis obi atau apapun yang bisa membantu menyangga atau menutupi perutku."

**

Moegi kembali dengan beberapa pakaian, lalu membantu Hinata memilih yang cocok. Untuk sepatu, Hinata memilih boots kulit setinggi lutut tanpa hak. Lalu, menemukan sejenis obi dengan bahan senada dengan boots yang ia pakai, juga memberikan sedikit asesoris di pinggang agar tak terlalu polos.

"Ohh ini bagus, dengan ini dia tak akan jatuh kan?" Puji Hinata saat melihat pantulan dirinya di cermin.

"Maksudnya?" Tanya Moegi bingung dengan pertanyaan tersebut.

"Janinnya, tak akan jatuh kan?" Tanya Hinata yang tak yakin dengan kalimatnya sendiri.

Moegi kembali mengerutkan keningnya, "Pertanyaan Hinata-san terdengar sangat mengerikan."

Tak ingin membahasnya lagi, Hinata merasa kembali mual. "Ugghh Aku akan ke dokter setelah mediasi besok."

"Jangan bocorkan ini dulu pada siapapun, oke?" Pintanya lalu mendapat sebuah anggukan dari Moegi.


🧸🧸🧸🧸🧸


Hinata sedang menaiki tangga dengan hati-hati menuju panggung acara, tak disangka matanya bertemu tatap dengan Sakura yang berada tak jauh darinya. Tentu saja wanita itu ikut hadir, karena Uchiha juga merupakan salah satu kolega dari Akimichi, meski mereka  bukan perusahaan yang sama besarnya.

"Ohh, ini katanya gadis polos dan lugu yang sangat dicintai oleh suaminya itu." Sindir Sakura tak tahu tempat.

Hinata hanya memicingkan matanya, seolah tak peduli apa yang dikatakan oleh wanita itu.

"Seharusnya, kau tak perlu menyembunyikan sifat jalangmu itu, lalu lihat apakah Naruto-kun masih masih mencintaimu atau tidak." Imbuhnya lagi.

Tak berniat untuk membalas, Hinata menaruh dua jarinya di depan matanya, lalu mengarahkannya ke mata Sakura. Seolah berkata 'lihat aku dengan seksama'.

Melihat itu, Sakura mendengus kesal.

"Apa keributan yang selama ini kau timbulkan belum membuatmu merasa cukup?" Tegur Sasuke pada istrinya.

Terhenyak, seolah merasa takut, Sakura hanya memalingkan muka, tak berani menatap Sasuke.

"Jika kau masih saja belum berhenti, kita lihat hukuman apalagi yang bisa kuberi." Ancamnya pada sang istri.

Sakura bergeming, lidahnya kelu. Bahkan tubuhnya merasa kaku sekarang.

**

Hinata sudah siap diatas panggung bersama 18 dancer yang akan tampil mengiringi penampilannya kali ini.

Makeup hari itu sedikit lebih tipis, dengan sedikit mempertajam daerah mata, juga sedikit menonjolkan blush on di bawah mata ke tulang pipi. Ala-ala gadis mabuk. Rambutnya dibagi dua, lalu dicepol kanan kiri dengan poni.

Hari ini begitu simpel, namun tetap membuatnya terlihat on point.

Lampu sengaja padam, tanda penampilan Hinata akan segera dimulai. Musik kemudian memulai bagiannya seiring dengan  lampu yang mulai menyala mengikuti tema.

Hinata memposisikan diri di tengah kerumunan pata dancer, ia menengadah seolah memeluk tubuhnya sendiri. Tak biasa, tatapan Hinata sengaja dibuat sayu, ia menjiwai dan menyatu dengan lagu.

🎶Suruh mereka masuk, kenapa matamu tertunduk?🎶

Semua orang seperti terhipnotis. Musik yang tak berisik, dengan lirik yang provokatif membuat Hinata terlihat 'baru'.

🎶Ahh tenang saja, aku akan merahasiakan kebusukan dan dosamu🎶

Meski dengan gerakan sederhana ia masih terlihat memesona. Hinata masih tegak berdiri sementara para dancer melakukan bagiannya di lantai. Begitu rapi meski sejujurnya koreo ini harus dirubah di menit-menit terakhir.

🎶Lihat aku menari dan menyanyi🎶

Kali ini Hinata agak berjongkok menekuk lututnya dikerumuni para dancer. Ia tampak seperti bunga yang tengah bersembunyi diantara para duri. Sengaja menatap Sakura agar wanita itu benar-benar memerhatikannya kali ini.

🎶Aku ijinkanmu naik kesini, cepatlah pergi🎶
Kembali memprovokasi, seolah sedang mengajak musuh untuk lekas bergabung bersamanya di atas panggung. Ya, kalau dia sudi.

🎶 Lihat aku menari dan menyanyi🎶

Kali ini Hinata berada di posisi paling depan, memimpin. Sesuai apa yang mendadak dirubah tadi, ia mengontrol power, agar gerakannya tak terlalu ekstrem.
Moegi yang ikut menonton meneguk ludah tiap kali puannya itu menggerakkan pinggul. Harap-harap cemas semoga sesuatu yang buruk tidak terjadi.

🎶Jangan tertangkap lagi, atau kau akan lihat si jalang yang jahat ini🎶

Hinata menyanyikan lagu dan menarikanya dengan percaya diri. Tak peduli akan komentar apa yang ia dapatkan setelah ini. Toh, ini penampilan terakhir sebelum dirinya hiatus. Selain itu, apa yang ditampilkannya hari ini sudah mendapat persetujuan dari sang klien.

🎶Jalang, inilah jalang yang sesungguhnya🎶

Tak disangka, keluarga Akimichi—sang klien tersenyum cerah dengan tatapan bangga, mereka bertepuk tangan di udara meski lagu belum usai. Bagi mereka, Hinata sukses membawakan sosok perempuan yang savage dan badass.

Naruto yang duduk di sebelah mereka cukup terkejut. Selain mengagumi kemampuan dan bakat istrinya dalam bermusik, penampilan Hinata kali ini sangat berbeda dari biasa, meski sama menakjubkannya. Ia juga cukup bisa menyadari bahwa istrinya itu sedang menahan diri. Ada apa?

🎶🎶🎶🎶🎶

🎶Tidak peduli apa yang telah kau lakukan, apa yang kau katakan atau apa yang telah kau sesali🎶

Kali ini Hinata berpura-pura menendang salah satu dancer, seolah sudah sangat merasa kesal dengan sesuatu, bisa keadaan maupun pada seseorang.

🎶Aku memaafkanmu karena telah menghancurkan dan menginjak-injakku🎶

🎶Sayang sekali kamu kehilangan kesempatan terakhirmu untuk kabur, kesempatan untuk lari karena kau datang dan memulai perkelahian🎶

Hinata kembali menatap Sakura. Sedari awal, memang wanita itu yang menghampirinya dan memulai perseteruan.

🎶Tapi rupanya, jalang nakal ini yang menang aaaah🎶

Lagu ini memang ditujukan untuk menyindir, dan juga sebagai pembalasan dendam.

🎶bad bitch just a real bad bitch🎶
🎶don't ever get caught again you'll then see the crazy bitch🎶

Karena pemberitaan tak bertanggungjawab kemarin, Hinata dihujat dan banyak sekali yang mengatainya jalang.

Dengan lagu ini ia sengaja menunjukkan satu sisi jalang yang ia miliki sekalian. Menyindir ungkapan mereka, seolah membenarkan bahwa dia adalah seorang jalang, yang mampu menjadi lebih kejam daripada yang bisa mereka pikirkan. Bukankah ini pembalasan dendam yang cukup adil atas sakit hatinya?








Musik selesai, Hinata mengkahiri penampilannya dengan luar biasa. Moegi sangat lega sampai membuatnya menangis. Semua orang bertepuk tangan dengan banyak pujian yang dilontarkan.

Yang paling penting, keluarga Akimichi terlihat begitu puas. Penampilan terakhir kali yang menghibur dan sangat memuaskan.

Tak diam saja, Naruto menghampiri istrinya ke dekat panggung. Tak membiarkan wanita itu menuruni tangga, Naruto merentangkan tangannya dari bawah panggung. Bermaksud agar Hinata melompat saja ke pelukan suaminya.

Mengerti maksud Naruto, Hinata tertawa. Namun tak pikir panjang, ia menyambut dengan senyum cerah.

Pria itu memeluk istrinya, lalu segera menurunkannya ke lantai dengan hati-hati. Kemudian menyelimuti badan Hinata dengan coat yang sengaja ia bawa. Sebentar lagi musim dingin dan Hinata berpakaian minim. Mana lagi yang lebih membuatnya khawatir?.

Tak puas, selain mengungkapkan banyak pujian, Naruto memeluk istrinya agar tak kedinginan. Meski nyatanya wanita itu sudah cukup hangat.

Para tamu seolah tak peduli dengan kebucinan dua orang itu karena acara masih berlanjut, dihibur oleh artis lain. Meski ada juga yang cekikikan karena menganggap mereka berdua lucu dan menggemaskan. Padahal di sosial media masing-masing,  jarang sekali menunjukkan kemesraan.

Namun, Sakura yang melihat kemesraan itu dari jauh menunjukkan rasa jijik. Saat itu juga, matanya  bertemu tatap sekali lagi dengan Hinata. Namun tak disangka, Hinata sengaja menjulurkan lidah padanya.

Membuat Sakura menggertakkan gigi, tangannya mengepal kuat menahan amarah.















Bersambung




**creditsongby: BIBI-Vangeance

*AuNotes*

Olaaaaa... ternyata belom tegang. Kita harus rileks dulu 🤣🤣.

Udh panjang ini aku ga perlu ngemeng banyak.

Jangan lupa sawer vote dan komennya😌🩷
Makasii bangett yg udah ikutin sampe sini 🥹🥹 aku terharuu.

Continue Reading

You'll Also Like

9.5K 297 5
A brush with death and an encounter with a stranger leads Naruto to a decision. Set during the blank period, months after the movie, "The Last." Bas...
2.2M 48.9K 200
This story about y/n Uchiha. Yes, you heard another Uchiha. She lives with her mom and dad. Are best friend with Sasuke since they were one year old...
573K 18K 41
You're the new girl in a mysterious school of Konoha. Your life takes an exciting turn when you make new friends and new admirers. [various character...
763K 12.1K 31
What if Naruto was more intelligent than he was in the canon. What if he was more like his father than his mother, both in looks and personality? Sma...