°°°
Apakah kau punya penerus? Tentu saja, sebagai hashira sia-sia jika tidak meneruskan kekuatannya kepada orang lain, jika tidak punya penerus maka akan membuat posisi hashira kosong dan hal itu pasti merugikan korps. Selama ini tidak hanya satu orang yang kamu latih bahkan lebih dari itu.
Tetapi..
Tidak terjadi sekali, baik laki-laki atau perempuan, Tsugoku yang kamu latih pasti selalu berakhir mati di tangan para iblis.
"Hashira-sama!" Sato Hiiro.
Mati dibunuh iblis bulan atas.
"Ten-Bashira-sama!" Akihiko Rei.
Mati saat seleksi akhir.
"Hime-Shishou.." Keito Miko.
Mati di mutilasi iblis.
"Shishou!" Fumi Asahi.
Mati kehabisan darah.
"(name)-san!" Izumi Keiko.
Mati dimakan iblis.
"Sensei" Hanawa Kenta.
Mati di seleksi akhir.
"Himejima-sensei" Sugimoto Ryuu.
Mati dibunuh iblis bulan bawah.
Sampai kamu tidak menerima murid lagi.
Panggilan mereka yang beragam bergema di ingatanmu, kamu memutuskan untuk berhenti, apa karena pelatihanmu yang terlalu lemah lembut? Atau karena mereka terlalu lemah? Kamu tidak mengerti. Seberapa keras atau lembutnya kamu mengajar, mereka pada akhirnya ditakdirkan mati di tangan makhluk rendahan. Perihal mereka menggunakan pernafasanmu atau tidak itu bukanlah masalahnya.
Kamu memberi penghormatan kepada mereka, mengunjungi makam mereka setiap ada waktu dan berdo'a untuk kedamaian mereka di akhirat. Musim panas, musim gugur dan musim dingin kamu lalui, gagakmu menjadi saksi seberapa lama kamu berdoa di depan makam mereka setiap waktunya.
"Tuhan..mereka masih muda..tolong buatlah mereka bahagia di akhirat sana.." gumamanmu di tengah butiran salju yang turun terdengar sangat pilu.
Sadar Bayangan tinggi besar datang dari arah belakangmu, Gyomei melatakkan haori besar miliknya di pundakmu, kamu berdongak untuk melihat wajahnya yang basah karena air mata, dia menangkupkan kedua tangan untuk ikut berdoa denganmu.
"..Namu..Manusia punya batasan. Kita tidak bisa memaksakannya.."
"Aku tahu.." Gyomei mendengar suaramu yang datar, dia tidak terkejut mengetahui bahwa kamu tidak menangisi satupun mantan Tsugoku-mu, dia tahu kamu memang bukan tipe yang melampiaskan kesedihan dengan cara menangis, istrinya memang bukan wanita cengeng seperti dia.
"Ini adalah takdir..", matamu yang sayu hanya memberikan kesan kekosongan, meski kamu ingin menangis tapi air matamu tidak keluar setetes pun, kamu juga menyalahkan dirimu karena tidak bisa menangisi kepergian mereka.
.
Di saat seperti ini Gyomei harus mengambil perannya, istrinya murung dan tidak nafsu makan selama berhari-hari karna masih dalam perasaan berduka. Apa yang bisa membuat kamu tersenyum dan tertawa kembali?. Dia berpikir, kamu pasti perlu lebih banyak waktu sendirian, dan dia sudah mencobanya, tetapi tampaknya membiarkanmu sendirian adalah ide yang sangat buruk.
Dengan ide barunya Gyomei berharap bisa membuatmu merasa lebih baik. Kapan terakhir kali dia memanjakanmu?. Oh dia harus melakukannya lagi sekarang.
Kini kamu sedang menyisir rambutmu di depan cermin, tanganmu perlahan bergerak ke atas lalu menyisir ke bawah.
"Tsuma?.."
Kamu mendengar suara panggilan lembut Gyomei. "Hm?" tanpa menoleh kamu meneruskan perkerjaanmu, "kau sedang menyisir rambutmu?" tanyanya berjalan mendekatimu, "iya. Rambutku sering kusut di musim dingin" dia duduk bersila di belakangmu, "Biarkan aku melakukannya", pinta Gyomei.
Tanpa protes kamu menyerahkan sisir itu, ia mulai menyisir rambutmu dengan terampil, jari-jarinya pun ikut menyisir pelan.
"Apa gaya rambutmu sekarang?"
kamu menjelaskan secara rinci gaya rambutmu, entah mengapa membuatmu agak malu mengatakannya, "Begitukah?..cantik sekali.." Gyomei lanjut menyisir rambutmu, matamu melihat ke depan cermin memperhatikan sosoknya yang tinggi besar duduk di belakangmu.
Kamu tersipu mendengar pujiannya, sungguh manis mengatakan bahwa dia sebenarnya tidak bisa memberikan kata-kata menggoda, tapi dia selalu berusaha melakukan yang terbaik, kupu-kupu di di perutmu mulai menari saat jarinya secara tidak sengaja menyentuh panggungmu. Kamu menggenggam tanganmu lebih erat sekali-kali menunduk untuk melihat cincin dijarimu.
"Sudah selesai.." kamu bernafas lega setelah dia menyelesaikan kerjanya, berpikir dia akan mengembalikan sisirmu, kamu langsung berbalik dan melihat dia memberi ciuman kepada helaian rambutmu. Kamu bisa mengerti bahasa cintanya, dia bukan tipe pria yang buru-buru, dan itulah yang membuatkamu menyukainya.
"Kamu sedang mencoba menghiburku?" tanyamu. Kini duduk bersimpuh di depannya dengan lutut yang saling bersentuhan, Gyomei tersenyum dan mengangguki pertanyaanmu.
"Apa itu mengganggumu?"
Kamu meraih tangan Gyomei sedikit membungkuk meletakkan telapak tangannya yang hangat di pipimu yang dingin, "Tidak..sama sekali tidak..". Dia senang mendengar pengakuanmu, air matanya jatuh namun senyumannya menetap.
Helaan ringan keluar dari mulutmu, jari-jari Gyomei yang memegang wajahmu kini menelusuri garis telingamu. "Gyomei..Terima kasih sudah bersamaku.." kamu memejamkan matamu saat tangannya meneruskan usapan di pipimu.
"..Namu Amida Butsu..."
"Kau sungguh diberkati..akulah yang beruntung memilikimu. Istriku yang paling baik,cantik dan kuat" kata-kata nya pun berhasil membuatmu terhibur.
"bisakah Mei-chan memujiku lebih banyak?.."
"Sesuai keinginanmu istriku.."
.
Gyomei benar-benar serius memanjakanmu, dia selalu membuatmu nyaman dengan apapun yang di lakukannya. Menyuapimu makan, mengusap kepalamu sampai kamu tidur, memangkumu sambil mengobrol tentang hal-hal kesukaanmu, hingga menemanimu ke pasar dengan membeli banyak barang, dia tahu kamu boros, tapi tak apa kali ini saja, pikirnya.
"Gyomei. Menunduklah" Dia membungkuk perlahan dan kamu mengikatkan syal ke lehernya, Lalu kamu dan dia pulang berjalan berdampingan, kamu meniup tanganmu berusaha menghangatkannya mendengar itu Gyomei langsung berbicara "Apa para kucing sudah di beri makan hari ini?" dia sepertinya memberimu isyarat dengan jarinya agar kamu segera menggenggam tangannya.
Kamu tersenyum langsung menggenggam tangannya dengan erat, "Sudah. ku harap Kenta dan Mao tidak membuat keributan saat kita pergi" dia tertawa pelan "kau Benar..". Diapun membalas genggaman tanganmu juga.
Kalian pun pulang bersama sambil bergandengan sampai ke rumah.
.
Kamu benci musim dingin, saat dihari itu kamu berharap tidak bangun dari kasur dan tetap berbaring di tempat tidur seharian, ya hibernasi. Kamu harap kamu bisa hibernasi dan menetap di kotatsu yang hangat sampai musim dingin berakhir.
"Mustahil..dingin sekali.. Bahkan kotatsu tidak mempan." kamu berbaring melihat langit-langit ruangan dengan setengah badan di dalam kotatsu. Happi milik Gyomei menjadi selimut keduamu, sementara kamu merengek kedinginan di dalam rumah, suamimu Gyomei memanfaatkan waktu ini untuk latihan dan memotong beberapa kayu untuk di bawa pulang.
"sepertinya..kulitmu memang terbuat dari batu ya..Danna.." kamu tengah menonton Gyomei memotong kayu-kayu dengan kapak, kamu duduk di Engawa dengan Happi miliknya melingkar di tubuhmu. "Cuacanya akan semakin dingin sebaiknya masuklah ke dalam" dia berjalan menghampirimu. Sepertinya kamu semakin sadar, bahwa tinggi pria ini semakin bertambah, terakhir kali kamu menghitung tingginya adalah 195cm ketika dia berumur 19 tahun, sekarang berapa?, kenapa tinggi sekali? Hal itu mengharuskan kamu berdongak untuk menatap wajahnya.
Man or bear? Oh aku pilih Gyomei. Dia benar-benar pria manis bertubuh beruang.
"Ayo..biar ku tuntun masuk ke dalam" dia menawarkan tangannya agar kamu segera menggenggam, tapi tidak, otak kotormu saat ini berpikir lain.
"Kakiku..sepertinya tidak kuat berdiri.."
Ucapmu dengan nada manja, padahal kenyataannya mungkin masih sanggup berlari sejauh 6 kilometer. Awalnya kamu berpikir dia pasti tidak menganggap serius omonganmu, ternyata salah besar, kamu terkesiap berteriak kecil ketika satu lengan kekarnya mengangkatmu.
"istri kecilku memang punya tubuh yang rapuh.." Gyomei lanjut berjalan membawamu masuk ke dalam, ia akan menunduk ketika masuk ke ruangan membuka lalu menutup pintu. Beginikah rasanya dibawa oleh raksasa? Kamu bisa merasakan jantungnya dan jantungmu berdetak kencang, pria ini lembut dan sangat hangat, kamu bisa gila karenanya!.
"ada apa?" tanyanya ketika menyadari kamu terlalu memperhatikan wajahnya.
"Tetap disini.." kamu menyandarkan kepalamu kepada dada pria ini, detak jantungnya terus berdetak cepat ketika kamu berada di dekatnya.
"Aku mengerti.." ia tersenyum mendekapmu lebih erat saat kalian berdua duduk di kotatsu.
Ini hanyalah Awal mula kamu semakin lengket dengannya. Pada suatu hari Gyomei ingin pergi misi dan kamu menarik Haorinya agar membuatnya tidak pergi. "Namu..(name).." dia tetap berjalan menuju pintu keluar dengan terpaksa membuat kamu terseret juga.
"Jangan pergiiiiiiiii.." katamu dengan nada merengek.
"Aku harus pergi" Gyomei tampak meneteskan air matanya.
"Yasudah tidak usah pergi"
"ini perintah Oyakata-sama.."
Kamu mendengus kesal dan kembali masuk ke kamarmu dengan merajuk. Gyomei memaklumi ini, dia sendiri juga ingin tinggal tetap lama tapi banyak misi menyerangnya. Setelah Gyomei berjalan cukup jauh dari rumah kamu melambaikan tangan untuknya serta berdoa atas keselamatannya.
"Tuhan..tolong lindungi suamiku.." Gumammu kini melihat punggungnya semakin jauh, tapi tak disangka Gyomei berbalik dan melambai ke arahmu, kamu berbinar-binar dan melambai dengan kuat sambil tersenyum lebar.
"Aku akan menyusulmu ya!"
Sungguh manis sekali.
__________________________ _
Tsuma : istriku
Danna :suamiku
Chiiww! ><
-Author tengas stres dengan lombanya-