Two Different People

By yz_mii

15.6K 1.4K 211

Xiao Zhan yang sangat bingung karena diapit oleh si kembar tampan dengan kepribadian yang jauh berbeda. Baga... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
Epilog

19

420 45 5
By yz_mii


Wangji membawa Zhan ke sebuah hotel yang lumayan jauh dari area perkotaan. Dengan semua keputusan Wangji membuat Zhan kebingungan tentunya hingga ia tak henti-hentinya memikirkan semua pertanyaan yang bermunculan begitu saja di pikirannya.

Wangji mengelus lembut kepala Zhan yang termenung kemudian membelai wajahnya. Zhan tersadar saat merasakan pergerakan di pipinya dan langsung mendongak untuk menatap Wangji yang ternyata tersenyum hangat padanya.

"Aku tidak akan melukaimu, aku berjanji," ucap Wangji dengan tatapan penuh ketulusan pada Zhan.

Zhan mengedipkan matanya berkali-kali menahan supaya air mata yang sudah berkumpul di pelupuk matanya tidak berjatuhan begitu saja.

Dengan perlahan Wangji menarik Zhan ke dekapannya dengan niat untuk memberikan keamanan dan kenyamanan pada Zhan yang pasti tengah merasakan takut.

Mendapatkan sebuah pelukan yang membuatnya merasa aman, Zhan membalas pelukan Wangji dan melingkarkan tangannya di pinggang Wangji seraya memejamkan mata menikmati kenyamanan yang ia rasakan.

Wangji melepaskan pelukannya seraya memberi Zhan senyuman penuh kehangatan.

"Ini sudah memasuki jam makan siang, aku akan menghubungi pihak hotel untuk mengantarkan makanan," ucap Wangji yang dibalas dengan anggukan pelan oleh Zhan.

Wangji berjalan ke arah meja dan menghubungi pelayan hotel dengan telepon kabel yang tersedia di sana. Sementara Zhan memilih duduk di tepi ranjang dengan tatapan yang tak pernah teralih dari Wangji.

Setelah selesai menelepon Wangji menoleh ke arah Zhan yang tengah memperhatikannya dan memberikan senyuman untuk yang kesekian kalinya.

Melihat itu Zhan dengan spontan langsung memalingkan wajahnya seraya berdehem pelan. Entah mengapa senyuman kali ini membuat jantungnya berdetak begitu kencang dan wajahnya kian memanas.

Zhan semakin gugup saat menyadari Wangji tengah berjalan ke arahnya. Zhan meremas kuat celananya saat Wangji duduk tepat di sebelahnya.

Wangji menyadari perubahan sikap Zhan saat ia menghampirinya dan menggenggam tangan Zhan lembut seraya berkata, "Jangan takut, aku akan selalu berada di sisimu."

Rasa cemas Zhan seketika hilang dan dengan berani ia menatap Wangji lalu memberikan senyuman tipis.

Wangji memberikan senyuman lebar kemudian merapikan surai hitam Zhan yang sedikit berantakan lalu ia membelai lembut pipi pria itu.

"Aku tidak akan memberikanmu banyak pertanyaan dari pikiranku," ucap Wangji yang dengan perlahan ia mendekatkan wajahnya dengan Zhan.

Zhan hanya diam tak bergerak bahkan mendorong Wangji yang sudah dekat dengannya. Wajah pemuda itu hanya berjarak 3 cm dengannya hingga Zhan dapat merasakan hangatnya setiap helaan napas Wangji. Hidung mereka juga bersentuhan membuat sebuah getaran aneh pada Wangji.

Wangji mengulurkan tangannya lalu memegang lembut leher Zhan namun hal itu membuat Zhan reflek mendongak karena merasa geli. Patut diketahui jika leher adalah bagian sensitif Zhan.

Zhan memejamkan matanya menahan rasa geli dan nikmat yang menyerang tubuhnya tiba-tiba. Ia merasakan sebuah bibir yang basah tengah bergerak di area lehernya.

Zhan mengigit bibirnya agar tidak mengeluarkan lenguhan yang diakibatkan oleh Wangji. Pria itu begitu menikmati leher Zhan. Ia menjilat, menghisap bahkan menggigitnya seolah leher Zhan adalah santapannya.

"Nghh~" Zhan tak kuasa menahan lenguhannya dan berhasil mengeluarkannya saat Wangji menggigit kecil leher jenjang itu.

Lenguhan Zhan seolah mengirimkan sensasi liar pada Wangji hingga membuatnya semakin terangsang dan berniat untuk membuka kancing kemeja Zhan.

Ting!

Wangji mengurungkan niatnya untuk membuka kancing kemeja Zhan karena mendengar bunyi bel dari luar.

Wangji menjarakkan wajahnya pada Zhan dan melepaskan tangannya dari leher pria itu. Zhan menatap Yibo dengan jantung yang berdebar-debar dan napas yang sedikit terengah-engah.

"Sepertinya makanan sudah tiba," ucap Wangji seraya tersenyum kemudian beranjak dan membuka pintu hotel yang memperlihatkan pelayan hotel tengah mengantarkan banyak hidangan yang Wangji pesan.

Zhan beranjak dan duduk berhadapan dengan Wangji dengan banyak hidangan di meja.

"Isilah energi mu," ucap Wangji lembut yang dibalas dengan anggukan oleh Zhan.

Zhan mulai meraih sumpitnya dan menyumpit beberapa makanan berupa potongan bebek peking, telur dadar gulung, dan beberapa sayuran.

Wangji tersenyum senang melihat Zhan menyuap makanan itu dan mengunyahnya dengan perlahan. Entah mengapa Wangji merasa sangat senang padahal hanya melihat wajah Zhan.

"Kamu lebih banyak diam dari biasanya," ucap Wangji seraya melahap makanannya.

Zhan sontak menatapnya dengan mulut terisi penuh kemudian ingin menjawab tapi Wangji memasukkan sepotong telur dadar gulung ke mulut Zhan.

"Aku tidak membutuhkan jawaban, makanlah saja makanan ini," ujar Wangji seraya terkekeh gemas melihat wajah Zhan yang terlihat sangat lucu dengan pipi membulat berisi makanan.

Zhan tersenyum lebar seraya mengunyah makanannya. Entahlah mengapa tetapi saat ini ia merasa salah tingkah. Zhan merasa Wangji sangat romantis–tidak memberikan penekanan padanya dan selalu mengedepankan perasaanya.

"Jarak hotel kita ke daerah perkotaan sangat jauh, sekitar membutuhkan waktu 2 jam," ucap Wangji yang dibalas anggukan mengerti oleh Zhan.

"Kamu lebih baik pergi dari perusahaan itu atau sesuatu yang lain akan terjadi," sambung Wangji.

"Selama ini aku baik-baik saja bersamanya," jawab Zhan dengan wajah polos.

Wangji menatapnya heran kemudian bertanya, "Bersamanya? Apa maksudmu?" tanya Wangji bingung. Jika mereka sebatas karyawan dan atasan maka hubungan mereka tidak akan sedekat itu untuk bisa dikatakan 'bersama'.

"Sebenarnya...atasan yang memberikanku tempat tinggal adalah dia," jawab Zhan lirih seraya menundukkan kepalanya.

Wangji terdiam dengan pikiran yang tiba-tiba kalut memikirkan semuanya mengenai beberapa hari terakhir Zhan selalu bersama sang atasan, ternyata yang dimaksud adalah pria bajingan itu.

"Jadi...yang menjawab telepon pada malam itu adalah pria itu?" tanya Wangji datar. Ia merasa sesak karena baru menyadari ternyata pada saat malam itu yang melakukan adegan panas dengan Zhan adalah kembarannya.

Zhan reflek mendongak dan menatap Wangji yang menatapnya sedih.

"Maaf...," tutur Zhan lirih dan kembali menundukkan kepalanya.

"Untuk apa? Itu adalah hak mu," ucap Wangji datar dan kembali melahap makanannya. Menahan rasa sakit di hatinya padahal ia sangat terluka. Semua rasa cemburu Wangji teredam karena mengingat ia bukanlah siapa-siapa yang berhak mengatur Zhan.

Zhan kembali mendongakkan kepalanya dan menatap Wangji merasa bersalah.

"Maaf karena selama ini aku tidak pernah memberitahumu."

"Tidak apa, aku tidak penting bagimu," jawab Wangji tanpa menoleh pada Zhan dan asik melahap makanannya padahal dadanya terasa sesak dan tenggorokannya tercekat.

"Bukan seperti itu..."

"Aku bukan siapa-siapa bagimu," ucap Wangji lagi.

Zhan hanya diam kemudian melahap makanannya yang tersisa dengan rasa bersalah.   Zhan tahu jika hubungan mereka hanya sebatas teman tetapi ia rasanya seperti dituntut untuk menjelaskan sesuatu antara hubungan dengan Yibo.

"Aku mengenal Yibo saat pertama kali bekerja di sana," ucap Zhan berniat menjelaskan.

Wangji mengernyitkan dahinya saat mendengar nama yang tak dikenalnya. Bukankah yang ia maksud adalah kembarannya? Kenapa bernama 'Yibo' ?

"Siapa Yibo?" tanya Wangji menatap kedua mata Zhan serius.

Zhan terlihat bingung mendapatkan reaksi Wangji yang seolah tidak tahu siapa nama kembarannya.

"Kembaranmu, Wang Yibo," jawab Zhan.

Wangji terdiam kemudian beberapa detik kemudian ia terkekeh kecil.

"Dia bukan Wang Yibo,"

"Lalu siapa dia?" tanya Zhan penasaran. Kenapa semuanya begitu tidak dapat dimengerti olehnya?

••●✿✿✿●••

Di dalam kamar kediamannya, sebuah benda terlihat berserakan dan beberapa vas bunga pecah berceceran di lantai itu karena semua ulah Wang Yibo yang mengamuk sejak tadi karena tidak mendapati keberadaan Zhan.

"Wangji brengsek itu ingin melawanku!! Dia tahu aku pemilik perusahaan dan menggeledahnya!!" raung Yibo seraya melemparkan botol alkohol yang tersimpan di atas laci dari koleksinya.

"Untung aku mengetahui hal itu lebih dulu," ucap Yibo seraya menyeringai licik. Sebelum semua detektif dan inspektur datang ke perusahaannya, Yibo lebih dulu tahu apa yang akan terjadi dari salah satu dari mereka.

"Tetapi Wangji sialan membawa milikku!!" teriak Yibo layaknya orang kesetanan dan melemparkan lagi alkohol yang tersimpan hingga berserak ke mana-mana.

Yibo melangkah keluar dengan tangan terkepal erat dan rahang yang menguat karena menahan amarah. Untuk saat ini ingin sekali rasanya ia mencabik-cabik tubuh Wangji dan memberikannya kepada harimau peliharaannya.

Yibo mendudukkan bokongnya di kursi kekuasaannya yang langsung dihampiri oleh seluruh anak buahnya. Saat Yibo sudah duduk di kursi besar yang berada di ruang tamu, itu berarti menandakan ada hal penting yang akan ia sampaikan.

Seluruh anak buahnya yang berpakaian serba hitam dan tinggi tegap sudah membungkuk hormat padanya dengan barisan yang sudah rapi dalam sekejap.

"Cari di mana milikku berada, right now!!" titah Yibo dengan wajah menggelap karena marah dan tatapan mata yang tajam serta napasnya yang memburu karena marah.

"we will carry it out, Mr. Lion!!" jawab mereka semua serempak dan bergegas pergi dari sana untuk langsung melaksanakan tugas.

Yibo merogoh ponselnya di saku kemudian menelepon seseorang untuk ikut mencari informasi.

"Ada apa Mr. Lion?"

"Bukankah kau akan lebih mudah mencari tahu di mana lokasi Wangji?"

"Kenapa kau mencari Wangji?"

"Dia mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku!"

"Jika kau membayar dengan banyak, maka akan aku laksanakan, Mr. Lion."

"Aku akan memberikan apa yang kau inginkan."

"Jadikan aku ketua divisi kejahatan berat."

"As you want."

••●✿YZ✿●••

Abaikan typo.

Siapa ya kira-kira pengkhianat dari anggota kepolisian? 🤔🤔


Continue Reading

You'll Also Like

508K 36.4K 44
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
51.7K 3.1K 16
Jeno membayar semua hutang keluarga Jaemin, tapi dengan syarat pria manis itu harus menikah dengannya.
619K 64.7K 45
Bertransmigrasi menjadi ayah satu anak membuat Alga terkejut dengan takdirnya.
134K 10.8K 35
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...