1, 2, 3, POOF! Got Ya Stuff!

By Clouchi

465 134 2K

Di dunia tempat sihir hanya dimiliki oleh kaum bangsawan, di tengah masyarakat yang amat memperhatikan kasta... More

! DISCLAIMER !
Eps. 1 : Bocah Cebol dan Pemuda Berwajah Masam
Eps. 2 : Cheat Punya Kenalan Ahli Herba
Eps. 3 : Ternyata Kerjanya Bukan Hanya Mencuri
Eps. 4 : Sampai Jumpa Minggu Depan
Eps. 5 : Al dan Gadis Pelukis Masa Depan
Eps. 6 : Cheat dan Rahasia Kecilnya di Hutan
Eps. 7 : Percakapan dengan Pelukis Masa Depan
Eps. 8 : Naka Sudah Lama Tinggal di Hutan
Eps. 9 : Pertemuan Mereka Berempat
Eps. 10 : Peringatan dan Rencana
Eps. 11: Adegan dalam Lukisan
Eps. 13 : Sungguh, Apa Alasanmu?
Eps. 14 : Firasat Buruk
Eps. 15 : Naka Tahu dan Naka Paham
Eps. 16 : Gelap Usai Badai
Eps. 17 : Yang Ditinggalkan Gelap

Eps. 12 : Hanya Ingin Memastikan

14 3 105
By Clouchi

Cheat tidak percaya ini. Lukisan yang Ria tunjukkan padanya benar-benar terjadi. Bukan hanya itu, lukisannya juga akurat. Posisi duduk, posisi tumpukan jerami, dan segara detail pada tepian jalan yang mereka lalui.

Jantung Cheat berdegup kencang, menggedor-gedor tulang rusuk. Bukan, itu bukan karena dia sempat terempas menghantam bagian belakang kereta, lalu jatuh mencium tanah saat merangsek keluar. Debaran itu menandakan bahwa penantiannya selama ini akan segera berakhir, walau jujur saja, situasi ini sangat tidak ideal.

Semak belukar diterobos, ranting-ranting ditepis, juga akar-akar gemuk diinjak tanpa ampun. Cheat harus bergegas, tak peduli jika harus meninggalkan rekannya yang tahu-tahu muncul setelah menolak ajakannya. Al bisa mengurus dirinya sendiri. Cheat yakin akan hal itu. Permintaan maaf dan penjelasan bisa diberikan nanti setelah semua ini selesai.

Perih pada lengan dan kakinya yang lecet sesekali membuat gadis itu meringis. Tidak ada waktu untuk memikirkan rasa sakit. Dia harus segera mencapai posisi tiga orang yang memanahi kereta kuda tadi berada.

Setelah beberapa kali tergelincir, Cheat berhenti guna mengambil napas. Hari sudah malam, membuatnya tak dapat melihat dengan jelas. Namun, saat mendengar suara itu, suara yang membuat napasnya tercekat, Cheat tahu kalau dia sudah sampai. Dia berdiri hanya tiga meter dari pohon tempat tiga orang itu bertengger.

"Mereka berdua sudah turun dari kereta," ucap suara anak perempuan yang semanis permen susu. "Apa masih perlu kita lanjutkan?"

"Sedikit lagi. Berikan mereka waktu untuk pergi lebih jauh." Suara lain, sama-sama perempuan, tetapi kedengarannya lebih dewasa.

Seseorang berdecak. "Aku ingin melempar bom rakitku sekarang," katanya setengah berbisik. Suara berat yang begitu akrab di telinga, walau sekarang terdengar serius dan pahit alih-alih riang dan menyebalkan.

"Kita akan menggunakannya, tapi sebentar lagi."

Cheat terdiam, masih berusaha mengatur napas yang memburu, juga degup jantung yang temponya terlalu cepat. Dia ingin memanggil setidaknya salah satu dari mereka, tetapi suaranya tidak mau keluar.

Lihatlah kemari! Cheat berseru dalam hati penuh harap. Namun, tidak ada yang menoleh. Mereka terlalu sibuk meluncurkan dan menghindari anak panah.

Cheat terus-terusan mendengar seruan sumpah serapah dari posisi kereta kuda berada. Tak luput gadis itu bertanya-tanya, Kenapa tidak lari terbirit-birit seperti pecundang saja? Itu akan membuat perkara ini cepat selesai.

"Mereka keras kepala sekali. Sebegitu tidak maunya melarikan diri karena itu akan merusak ego mereka?" keluh si laki-laki.

"Kak Ez, lempar saja bomnya sekarang. Pi sudah lelah."

"Ya, aku setuju. Mereka pasti sudah cukup jauh dari sini."

Cheat mendengar tawa kecil yang turut membuatnya tersenyum. Akhirnya, urusan mereka akan rampung.

"Bersiap." Ez mengeluarkan sesuatu dari tas pinggangnya, mengotak-atik benda itu, lalu melemparnya ke jalanan.

Tanpa menunggu benda itu mendarat, ketiganya melompat turun dari dahan, bergegas mencari perlindungan di balik batang pohon yang berdiri tegak. Mereka meringkuk hanya tiga langkah dari tempat Cheat duduk.

"N-nacaa?"

Orang yang paling dekat menoleh. Tangan yang menutupi telinganya tersentak turun. "Apa---"

KABOOM!

Ledakan terjadi disertai teriakan dua orang pria. Asap yang timbul sampai pada mereka berempat, hanya tipis, lebih tipis daripada kabut pada pagi hari yang membeku.

Telinga Cheat berdenging. Dia tidak bisa mendengar apa pun yang diucapkan Nacaa sambil mencengkeram kedua bahunya. Namun, satu hal yang dia tahu: Nacaa marah, kelihatan jelas dari air muka dan cara mulutnya bergerak.

Apa Cheat peduli? Tidak. Gadis itu berhamburan memeluk Nacaa. "Aku kangen," ucapnya sementara pendengarannya berangsur jernih.

"Cl---Cheat...." Nacaa butuh beberapa detik sebelum membalas pelukan itu.

"Hah? Pi pikir---"

"Bodoh," Ez memotong ucapan Pi. Lelaki itu beringsut mendekat. "Apa yang kamu lakukan di sini? Kami susah-susah memberimu dan rekanmu itu waktu untuk kabur," desisnya.

Cheat mulai sesenggukan, tetapi dia berusaha membalas, katanya, "Ha---harusnya aku yang bertanya. Kenapa kalian ada d-di sini?"

Hening menyelimuti mereka untuk sesaat sebelum Nacaa memecahnya. "Pi, Kak Ez, tolong pastikan dua orang itu masih bisa bergerak atau tidak."

Tidak ada sahutan, hanya anggukan. Pi sempat bertukar pandang dengan Cheat sebelum ikut mengendap-endap di belakang Ez.

Nacaa yang pertama melepas pelukannya. Gadis itu beralih mencubit pipi Cheat dan menariknya sampai melar. "Sudah kubilang, 'kan? Kami selalu ada di dekatmu. Untuk apa? Untuk melindungimu."

Cheat tidak memberontak, membiarkan Nacaa mencubit pipinya sampai puas seperti saat mereka masih tinggal bersama di panti asuhan. Dia pun menyahut, "Kalau selama ini kalian sungguhan ada di dekatku, kenapa kalian tidak pernah menemuiku secara langsung?"

"Itu...."

"Aku harus memanjat pohon raksasa itu untuk bicara dengan kalian melalui perantara boneka---" Napasnya tercekat, lantas air mata mengalir kian deras.

Nacaa melepas cubitannya. Gadis itu mengusap wajah dengan kasar sebelum berujar, "Dengar, Cheat. Kami punya syarat yang harus kami penuhi. Kuharap kamu bisa mengerti itu. Dan sebenarnya ... kita tidak boleh bertemu secara langsung begini."

Cheat berdengap, menyadari kesalahan yang telah dia lakukan. Jika syarat itu benar adanya, bisa jadi dia telah membahayakan keluarganya karena keegoisan semata. Bukan cuma itu, Cheat juga sudah menyeret Al ke dalam masalah yang tidak ada kaitannya dengan pemuda tersebut. Meski demikian, mulutnya enggan mengucapkan maaf.

Benar-benar egois.

"Hei," panggil Nacaa, "jangan sedih begitu. Mungkin suatu saat nanti kita bisa kembali seperti dulu---"

"Jangan memberinya harapan palsu, Aca," tegur Ez yang baru saja kembali bersama Pi.

"Kak Ez...!" Pi menggeram di sampingnya.

"Oh, para brengsek itu terluka parah. Mereka tidak akan bisa bergerak untuk waktu yang lama."

"Bukan itu maksud Pi...."

Nacaa mengembuskan napas gusar sembari memijat pangkal hidungnya. "Ya, situasi kami memang rumit."

Cheat menggeleng pelan, meraih ujung syalnya, kemudian mengelap air mata yang membanjiri wajah. "Tidak apa. Aku mengerti." Dia menjeda untuk meraup udara sebanyak mungkin. Dadanya sesak. "Aku hanya ingin tahu kalau kalian benar-benar masih hidup atau tidak. Ini sudah cukup."

Ez membalikkan badan, tampak sibuk mengatur tas pinggangnya. Cheat tahu, pemuda itu hanya ingin menghindar. "Sebaiknya kita berpisah sekarang. Lebih cepat, maka lebih baik," ucapnya, lantas mengambil langkah bimbang menuju kegelapan hutan.

Bangkit berdiri, Nacaa tersenyum tipis. "Jaga dirimu baik-baik, Cheat." Dia kemudian menyusul Ez, meninggalkan Pi yang masih mematung di hadapan si gadis bersyal biru.

Cheat berpegang pada pohon di samping untuk menopang dirinya berdiri. "Pichie," panggilnya.

Tubuh Pi sedikit gemetar. Matanya yang sudah berkaca-kaca sejak tadi mulai menitiskan air mata. Gadis itu, yang paling muda di antara mereka, akhirnya memutuskan untuk memberi pelukan yang sejak tadi ia tahan. "Pi kangen Kak Ta."

Agak kaku, tetapi Cheat membalas pelukannya, juga mengusap pucuk kepala gadis itu. Rambut sewarna lavender itu masih saja halus. Sekali sentuh mengundang berbagai macam kenangan, baik yang manis maupun pahit. "Aku juga kangen."

"Pi!" seru Ez dari kejauhan, tidak membiarkan pelukan tersebut bertahan lebih lama lagi.

Kali ini, Cheat yang pertama menarik diri lepas dari dekapan. "Pergilah. Aku janji tidak akan membuat kalian kerepotan lagi." Senyum dipaksakannya guna meyakinkan Pi. Walau demikian, senyum itu masih kelihatan natural.

Pi mengangguk sambil menghapus air mata. Dia kemudian berbalik dan pergi menyusul Nacaa dan Ez. Terpaut jarak yang cukup jauh, mereka melambaikan tangan pada satu sama lain, kecuali Ez.

Ketika tiga orang tersebut hilang ditelan gelapnya malam, barulah Cheat berbalik. Dia bergeming sejenak dengan tatapan tertuju pada semak-semak di depan, lalu dia berkata, "Aku tahu kau ada di sana, Al. Kupikir kau paham kalau menguping itu tidak sopan."

Semak-semak tersebut bergemerisik. Dari baliknya keluarlah sesosok pemuda dengan penampilan berantakan seperti habis dikejar gerombolan penduduk yang mengamuk. "Maaf soal itu, tapi kamu berutang banyak penjelasan kali ini."

Wajah Cheat yang mengerut segera dipalingkannya. "Akan kujelaskan nanti. Sekarang kita perlu pergi ke tempat yang aman."

"Kerambitmu tertinggal di jalan tadi. Mau mengambilnya dulu?"

"Tidak usah. Aku punya banyak cadangan."

"Sudah kuduga kamu akan bilang begitu." Al mengeluarkan benda yang dimaksud dari saku, kemudian memutar-mutarnya di tangan. "Jangan sembarang meninggalkan barang. Orang-orang yang niat bisa melacakmu dengan mudah hanya dengan benda ini."

"Ya, ya, terima kasih. Dan ... maaf."

"Permintaan maaf hanya akan diterima beserta penjelasan."

Cheat tertawa kecil. "Sialan."

Sekarang dia harus kembali memilah apa saja yang akan dia ungkapkan dan yang tetap disimpan rapat. Merepotkan sekali.


Clou's note:
Aku kembali! Yay, angst!

Entah kapan kita kembali ke genre utamanya (komedi). Eps berikut masih agak anu, sih. Dan eps berikutnya lagi, dan—hehe gatau deh. Liat aja nanti jadinya gimana (⁠ ⁠╹⁠▽⁠╹⁠ ⁠)

Continue Reading

You'll Also Like

6.1K 2.6K 23
#1st series of Vermilion Class A local fanfiction short story Cast: Lee Minho [ Lino ] Choi Jisu [ Lia ] *** Apa jadinya bila si receh di...
1K 149 7
Ketika Aiora memutuskan masuk di SMA Kalingga, cewek itu sudah merancang segala kehidupan SMA-nya dengan sempurna. Aiora akan memastikan seluruh peng...
2.4M 447K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.βžβ–«not an...
THEORUZ By L I L Y

Teen Fiction

16.2M 1.5M 54
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...